"Sampe kapan gue harus jadi majikan kalian?" Tanya Seungmin pada El dan setan tanpa kepala yang sekarang dia panggil Le, biar gampang diinget katanya.
"Sampai kami mendapatkan apa yang kami mau."
"Kenapa kalian ngebet banget pengen ambil nyawa Jisung?"
Kedua setan itu terkikik. "Karena nyawa anak indigo memberi kekuatan lebih untuk kami! Hihi!"
"Anak indigo kan banyak, kenapa Jisung yang diincer?"
"Sebenarnya ada satu orang lagi yang sekarang jadi incaran kami, hihi!"
"Siapa?"
"Yang Jeongin! Hahaha!"
Seungmin membulatkan kedua matanya, terkejut karena tahu temannya jadi incaran kedua setan itu.
"K-kenapa harus Jeongin?" Tanya Seungmin dengan nafas tercekat.
"Karena dia anak indigo juga! HIHI!"
"Tapi kalian bilang kalian ngincer Jisung sama Kak Minho, kenapa jadi Jeongin?!" Tanya Seungmin marah.
El berdecak. "Bukannya kamu mau pemuda itu mati? Kenapa kamu marah? Sudah telat kamu marah pada kami, Seungmin."
"Ta-tapi, kalian gak bisa-"
"Apa? Kamu mau menggantikan Jeongin? Kamu kan anak indigo juga," kata Le yang membuat Seungmin diam membeku.
"KAK FELIX! WOI SINI LO!"
"JISUNG, TOLONGIN GUE!"
Dari tempat duduknya, Jisung tertawa melihat Jeongin yang sedang mengejar Felix.
Semua itu berawal ketika Felix tak sengaja menumpahkan teh ke baju Jeongin. Bukannya meminta maaf, Felix malah meledek dan membuat Jeongin kesal.
Jadi lah mereka kejar-kejaran layaknya anak kecil.
"KAK FELIX, LO HARUS TANGGUNG JAWAB! BAJU GUE KOTOR NIH"
"KAN GUE GAK SENGAJA!"
"GAK SENGAJA PALA LO BOTAK!"
Tawa Jisung makin keras, bahkan sampai mengundang perhatian orang-orang di sekitar. Ada yang geleng-geleng kepala, ada yang ikut tertawa, ada pula yang menyoraki Jeongin untuk semangat mengejar Felix.
"Jisung."
Mendengar ada yang memanggil, Jisung menolehkan kepalanya. Tawanya seketika sirna melihat Woojin yang berdiri di sampingnya dengan tatapan datar, tanpa ekspresi.
"Gue mau ngobrol empat mata sama lo," ucap Woojin tegas tak mau dibantah dan sengaja dikeraskan volumenya agar Felix dan Jeongin dengar.
"Ehm, boleh. Duduk di-"
"Cari tempat lain, gue gak mau dua orang itu ganggu."
Felix dan Jeongin mendengus bersamaan.
"Kak Woojin, sampe Jisung kenapa-napa, gue bakal hajar lo sampe bonyok," ancam Felix tak tanggung-tanggung.
"Gue gak takut," balas Woojin santai lalu melangkah pergi lebih dulu.
Jisung menatap Felix dan Jeongin sesaat, kemudian berlari kecil menyusul Woojin dan menyamakan langkah mereka.
"Kak Woojin mau ngomong apa?"
"Diem sebelum dapet tempat yang pas buat ngobrol."
Seketika Jisung bungkam mendengar nada suara Woojin yang terdengar seperti, "lo ngomong gue bunuh lo."
Setelah beberapa saat mereka berjalan, Woojin menemukan kursi panjang yang di sekitarnya tidak ada orang sama sekali.
"Duduk," suruh Woojin datar.
Setelah Jisung duduk, dia juga duduk. Tatapan datarnya membuat Jisung gelagapan, tak tau harus bicara apa.
"Lo masih mau hidup?"
Jisung mendongak dengan tatapan heran, pertanyaan macam apa itu.
"Kalo lo masih mau hidup, gue bisa bantuin lo," kata Woojin, membuat Jisung terkejut.
"S-serius?" Tanya Jisung tak percaya, yang dibalas anggukan malas oleh Woojin.
"Tapi ada satu syarat."
Jisung yang awalnya tersenyum lebar menjadi heran. "Apa syaratnya?"
"Lo harus bunuh gue setelah gue berhasil ngusir setan-setan itu."
"Haha! Muka lo tegang banget sih, gue cuma bercanda!" Kata Woojin sambil tertawa ngakak.
Jisung menganga, Woojin kenapa tiba-tiba mau bercanda dengannya ya. Kesambet setan apa sih dia.
"Gue bakal bantuin lo kok, tenang aja," lanjut Woojin sambil tersenyum.
"Ta-tapi Kak Chan bilang-"
"Gue gak peduli walaupun nyawa gue jadi taruhannya. Gue tau kok selama ini gue salah karena gak bertindak, maaf ya, Sung."
Jisung hanya diam karena masih tak menyangka Woojin yang selama ini dikenal datar ternyata orang yang baik juga.
Astaga, Jisung bahagia.
"Sekarang kita temenan?" Tanya Jisung polos, membuat Woojin tertawa.
"Ya iya lah! Sekarang lo temen gue, gue bakal bantuin lo supaya setan-setan itu gak gangguin lo lagi."
"Kenapa lo berubah pikiran?"
Woojin terkekeh. "Gue sadar kalo gue harus ikut turun tangan buat bantu lo. Jeongin sama Felix juga bujuk gue, bahkan sampe nungguin gue di depan rumah. Mereka temen yang baik, ya."
"Iya, mereka temen yang baik," gumam Jisung dengan kepala tertunduk.
"Lo beruntung punya temen kayak mereka, Sung. Lo jangan sia-siain mereka, ya. Pertahankan pertemanan kalian, jangan sampai renggang hanya karena masalah kecil."
"Makasih kak atas sarannya," ucap Jisung sambil mendongakkan kepalanya dengan senyuman tipis yang terukir di bibirnya.
Tapi selanjutnya, dia terkejut.
"Kak Woojin?"
Jisung mengadahkan kepalanya kesana kemari dengan bingung.
"Loh, Kak Woojin kemana? Kok ngilang?"
Semakin membingungkan guys haha!
Chapter selanjutnya bakal sampe disaat-saat mereka bakal ngusir setan-setan itu.
Itu tandanya cerita ini bakal... :)
IYA, BAKAL END SEBENTAR LAGI
Ga kerasa udah mau end aja, thank you bagi yang baca dan setia nunggu book ini.
I LUV U ♡♡♡