"Hyunjin, lo ngapain?"
Hyunjin yang sedang bersembunyi di balik pohon sambil mengawasi sesuatu terlonjak kaget dan refleks berbalik badan.
Dilihatnya Felix dengan tatapan kebingungan. Tapi yang buat dia bingung ngapain Felix pakai pakaian formal.
"Lo liat semuanya, ya?" Tanya Felix yang membuat Hyunjin terkejut.
"Kenapa lo gak nolong Kak Changbin?"
Hyunjin tergagap, bingung harus menjawab apa.
"Kenapa lo tega biarin Kak Changbin meninggal gara-gara temen lo sendiri?"
"Maksudnya?"
"Kak Changbin meninggal gara-gara Seungmin, Jin. Dia nyuruh setan-setan itu bunuh Kak Changbin karena Kak Changbin tau rahasia terbesar Seungmin."
"Lo nuduh Seungmin?" Tanya Hyunjin sarkas. "Seungmin orang baik-baik, mana mungkin dia kerja sama sama setan buat bunuh orang."
"Kak Minho bakalan meninggal dibunuh Seungmin kalo Jisung gak dateng ke rumah sakit hari ini. Lo masih mikir dia orang baik?"
"Oh ya? Lo punya bukti apa buat bikin gue percaya?"
"Apa kejadian tadi gak bikin lo percaya?"
Hyunjin langsung diam seribu bahasa. Sebenarnya dia tidak mau berpikiran buruk tentang Seungmin. Tapi kejadian tadi lah yang membuatnya mau tak mau membuatnya marah dan kecewa pada Seungmin.
"Hyunjin, lo mau ikut gue, gak?"
"Kemana?"
"Ayo ikut gue, nih pake jasnya. Gue mau ajak lo ke suatu tempat, kita harus berpakaian rapih."
Agak janggal ketika Felix mengatakan itu, mulai dari nada suaranya yang datar hingga badannya yang tampak seperti patung.
Benar-benar bukan Felix yang biasanya.
"Ehm, kayaknya gak bisa deh, Lix. Gue harus ke rumah Jeongin."
"Lo pasti takut kan sama gue?"
Hyunjin berani bersumpah kalau nada suara Felix terdengar mengancam, juga senyuman miring yang mendadak terukir di sudut bibirnya membuatnya merinding.
"Sorry, Lix. Jeongin udah nunggu gue, gue pergi dulu, ya," pamit Hyunjin seraya tersenyum kaku.
"Hyunjin, lo gak boleh pergi. Lo harus ikut gue," cegah Felix.
"Loh, kok lo maksa? Gue bilang gak bisa ya gak bisa."
"Tapi lo harus ikut gue."
"Gue bilang enggak ya enggak!"
Felix langsung diam ketika Hyunjin membentaknya. Dengan nafas memburu, Hyunjin melangkahkan kakinya lebar-lebar pergi dari sana.
Namun, panggilan Felix membuatnya berdecak.
"Hyunjin."
"Ck, apaan?"
"Hyunjin."
"Apa sih? Buruan gue buru-buru."
"Hyunjin."
"Apaan sih!" Hyunjin yang kesal berbalik badan ke arah belakang dengan geramnya. Tapi, dia langsung terkejut.
"Hyunjin, lo gue bunuh, ya."
Seungmin terkekeh puas dari kejauhan, merasa senang akan tindakannya.
"Makanya, jadi orang jangan kepo. Untung ada si Felix lewat, gue kan bisa suruh setan itu ngerasukin dia. Maaf ya, Jin. Lo bukan temen gue lagi. Jadi, good bye."
Keesokan harinya, mayat Hyunjin ditemukan oleh Jisung yang tak sengaja lewat dalam perjalanan pulang.
Dengan keadaan mata yang melotot dan lidah yang menjulur keluar. Di dada dan perutnya, terdapat lubang besar yang mengeluarkan darah, dengan organ dalamnya yang hilang.