Rupanya Tuhan masih memberikan kesempatan hidup untuk Minho. Walaupun kini tubuhnya terbaring lemah dengan selang oksigen yang terpasang di hidungnya.
Di samping bangsal, Jisung terdiam dengan tatapan kosong, kedua tangannya terkepal di atas kedua lututnya.
Chan dan Woojin yang berdiri di sisi lain bangsal mengerutkan dahinya bingung.
"Sung, lo kenapa?" Chan memberanikan diri untuk bertanya, membuat Jisung mendongakkan kepala dengan senyum getirnya.
"Seharusnya dari dulu gue biarin nyawa gue diambil sama setan-setan itu. Liat kan? Gara-gara gue, orang-orang yang berhubungan sama gue celaka, bahkan sampe kehilangan nyawa."
"Gak gitu caranya, Sung. Pasti ada cara lain."
"Emang apa yang bisa gue lakuin?!" Tanya Jisung membentak. "Gak ada yang bisa gue lakuin selain nyerahin diri ke mereka!"
"Ada, Sung, ada! Lo jangan pesimis, kita pasti bisa buat mereka pergi."
"Apa, Kak Chan? Apa yang bisa kita lakuin?!"
Woojin yang melihat perdebatan mereka tersenyum miring sesaat lalu membuang muka.
"Woojin bisa bantu lo," ucap Chan langsung, membuat Woojin mendelik.
"Apa-apaan."
Chan menuding Woojin dengan tatapan seriusnya. "Sekali lagi gue minta tolong sama lo, tolong bantu Jisung," pintanya penuh penekanan.
"Gue gak mau."
"Woojin, tolong dong Jin, gak cuma Jisung, kita juga dalam bahaya."
"Gue gak mau, Chan."
"Jin-"
"Gue gak mau, Bang Chan!"
Nafas Woojin memburu, bentakkannya barusan menggelegar disana membuat Chan langsung terdiam dan membuat Jisung terlonjak kaget dari duduknya.
"Batu banget sih, emangnya lo siapa maksa-maksa gue? Lo mau gue meninggal beneran?! Mau?!"
"B-bukan gitu, gue cuma-"
"Apa? Lo lebih milih dia yang selamat daripada gue?!" Bentak Woojin lagi sambil menunjuk Jisung dengan tatapan marahnya.
"Woojin!" Chan balas membentak Woojin.
Dia hendak melanjutkan ucapannya, tetapi lampu ruangan mendadak mati, membuat mereka berdua kebingungan.
"Mati lampu? Tumben," kata Woojin sambil memandangi sekelilingnya yang gelap.
"Gue keluar dulu, gue mau cek," ucap Chan.
Ketika Chan hendak keluar, suara Jisung terdengar, melarangnya keluar dari sana.
"Kak Chan, jangan melangkah selangkah pun dari tempat lo berdiri."
"Lo gila? Ini demi Minho juga!" Bentak Woojin.
Dari tempatnya berdiri, Jisung gemetar hebat dengan keringat dingin yang bermunculan di wajahnya. Tangannya menggenggam erat pinggiran bangsal, dengan tatapan terkejutnya melihat sesuatu yang menatapnya dari sudut ruangan.
"Jisung?" Panggil Chan khawatir.
"K-Kak Chan, sekarang lo pergi."
"Loh, tadi lo larang gue pergi."
"Tau nih, jangan main-main, dong," sahut Woojin jengkel.
"KAK CHAN, PERGI SEKARANG!" Teriak Jisung panik.
Chan mengernyit bingung. "Apaan dah, lo jangan-"
Tiba-tiba, Chan merasakan tubuhnya terdorong ke samping, membuat Woojin berjengit kaget dan refleks berteriak.