Sorry

3.6K 289 13
                                    

"Kau mandilah" perintah tiffany.
"Seohyun sudah tidur?" Tanya taeyeon sambil melepaskan kemejanya.
"Ya, ia sedikit cerewet tadi tapi untungnya bisa tidur lagi." Ucap tiffany.
Seohyun memang terbangun saat orangtuannya mengajak pulang namun tak lama tidur kembali tapi saat sampai rumah entah kena angin apa anaknya itu jadi cerewet tanpa sebab.
"Ini handukmu." Tiffany mengambil kemeja dan celana jeans taeyeon lalu menyerahkan handuknya.
"Tak ingin mandi bersama.." goda taeyeon dengan mata genitnya lalu menarik pinggang tiffany untuk mendekat.
"Anni , aku sedang datang bulan." Kekeh tiffany.
"Aish." Kesal taeyeon melepaskan pelukannya dan berlalu kekamar mandi.
"Ckck , dasar mesum." Tiffany tertawa sebentar lalu keluar kamar menuju ruang cuci untuk menaruh pakaian taeyeon.


Cklek
"Kau sudah mandi?" Tanya taeyeon setelah keluar kamar mandi dan melihat tiffany sedang membersihkan tempat tidur dengan sudah berganti baju.
"Ne , aku mandi dikamar seohyun soalnya kau lama sekali." Sahutnya masih fokus pada tempat tidur.
"Oh" jawab taeyeon singkat.
Bruuukk
"Aahhh nyamannya." Setelah tiffany selesai taeyeon langsung merebahkan tubuhnya diranjang.
"Kemarilah." Perintah taeyeon dengan melebarkan tangannya menyuruh tiffany tidur dipelukannya.
Tiffany menurut lalu merebahkan tubuhnya dipelukan taeyeon dengan nyman.
"Apa yang kau bicarakan dengan eomma?" Tanya taeyeon akhirnya.
"Huh."
"Bukankah eomma mengatakan sesuatu?" Lanjutnya lagi sambil mengelus pundak tiffany.
"Rahasia , chupp." Sahut tiffany mencium bibir taeyeon singkat.
"Huft , jangan buat aku penasaran fany ah. Apa eomma menyakitimu?" Taeyeon menatap mata tiffany.
"Anni." Geleng tiffany.
"Eomma tak mengatakan hal yang buruk , eomma hanya memintaku untuk menyakinkanmu.." lanjutnya gantung.
"Menyakinkan apa?" Tanya taeyeon penasaran.
"Agar kau cepat menikahiku.." Sahut tiffany pelan.
Taeyeon mengusap wajahnya dan menghela nafas. Mereka kembali diam lebih tepatnya taeyeon yang diam, tiffany yang melihat mode diam taeyeon hanya menahan rasa sakit hatinya.
Apa itu hal yang berat untukmu. Batinnya
"Taeyeon ah.. mianhae harusnya aku tak mengatakan itukan." Gumam tiffany mengeratkan pelukan mereka, ia takut taeyeon marah karna untuknya pernikahan adalah hal yang sensitif.
"Tidurlah, saranghae." Ucap taeyeon lalu memejamkan matanya.
Mendengar perintah taeyeon tiffany semakin menahan airmatanya ia tak mau menangis sekarang. Tidak untuk hari ini.
Ia sudah memberi taeyeon waktu meski ia tak tau kapan waktu itu berakhir tapi setidaknya taeyeon sudah berjanji tak akan pergi darinya dan itu sudah cukup.

Drrtt drrtt
Saat mereka sudah akan kealam mimpi tiba2 handphone tiffany bergetar. Karna handphone berada dinakas sebelah taeyeon , jadi taeyeonlah yang mengangkat telpon tersebut tanpa melihat nama sang penelpon.

"Hallo.." ucap taeyeon.
"Tiffany , mana tiffany?" Sahut sang penelpon cuek.
"Untuk apa kau menghubunginya?" Taeyeon mulai marah lalu bangkit berdiri menuju balkon.
Tiffany yang melihat itu ikut berdiri mengikutinya ia juga penasaran siapa yang menghubunginya malam2 begini dan membuat taeyeon terlihat menahan marah.
"Kalian kembali bersama? Wahh.. tak ku sangka kau segampang itu kim taeyeon shi" ejek orang itu.
Tiffany sangat takut melihat tatapan taeyeon yang seperti berapi api. Taeyeon menghela nafas lalu mengaktifakan loudspeaker telponnya agar tiffany juga mendengar pembicaraan mereka.
"Kau sudah bosan hidup?" Tanya taeyeon geram.
"Tenang taeyeon shi , kau ingin membunuhku? Haha , apa kau sudah siap dipenjara dan membiarkan tiffany hidup sendiri. Hahahha." Orang itu semakin menjadi dan membuat taeyeon mengeratkan kepalan tangannya.
"Kau mau apa?" Tanya taeyeon sekali lagi dengan menahan amarahnya.
"Tiffany , aku hanya ingin wanitaku. Bukankah satu tahun sudah cukup untuk kalian bersama lagi. Sekarang giliranku. Hahaha." Orang semakin tertawa terbahak2.
Taeyeon semakin menguatkan kepalannya dengan wajah yang memerah menahan marah.
Tiffany yang melihat taeyeon seperti itu meneteskan airmatanya lalu memeluk punggung taeyeon kuat. Ia tak tau harus berbuat apalagi.
"Ck, wanitamu kau bilang. Kau hanya pelarian untuk tiffany kemarin. Dan kau bukan sainganku sama sekali. Kau hanya sampah yang harus dibuang setelah dibutuhkan. Bahkan tak bisa didaur ulang lagi. Jadi kau harus tau dimana tempatmu." Ucap taeyeon sarkas.
Orang itu tak menyahut lagi namun taeyeon yakin ia pasti sangat marah.
"Dan satu lagi, jangan pernah muncul dihadapanku atau tiffany , itupun kalau kau masih peduli dengan hidupmu. Kau tau aku, dan aku tak pernah main2 dengan ucapanku. Dan apabila kau melanggar , kau benar2 tak akan matahari esok." Ancam taeyeon penuh penekanan.
Klik
Taeyeon mematikan telponnya dan melepaskan pelukan tiffany dipunggung nya. Dan membalikan tubuhnya menghadap tiffany.
"Aku akan menyuruh beberapa orang untuk menjagamu dan seohyun kau tenang saja." Ucap taeyeon mengusap airmata dipipi tiffany.
"Mianhae , hiks hiks" tiffany semakin keras menangis lalu memeluk taeyeon erat. Ia takut sekarang, ia takut orang itu akan berbuat nekat nantinya.
"Kau tak perlu takut , aku bersamamu." Ucap Taeyeon menenangkan.

***



Saat ini jennie sedang ada dikantor taeyeon lebih tepatnya didepan lift yang akan membawanya keruangan sang oppa.

Saat ini jennie sedang ada dikantor taeyeon lebih tepatnya didepan lift yang akan membawanya keruangan sang oppa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Irene eonnie." Panggil jennie pada wanita yang berdiri disampingnya.
"Oh jennie. Kenapa kau disini." Tanyanya heran.
"Astaga eonnie , harusnya aku yang tanya. Kenapa kau disini ku pikir kau masih dilondon." Ucapnya.
"Aku kerja disini sekarang, appa sakit dan tak ada yang menemaninya dikorea jadi kuputuskan untuk pulang." Jelas irene.
"Omoo, bagaimana keadaannya sekarang?" Tanyanya kaget.
Ting
Pintu lift terbuka lalu mereka masuk dengan masih mengobrol.
"Syukurnya appa baik2 saja sekarang tapi masih belum bisa ditinggal sendiri. Jadi aku harus menyuruh orang menemani appa selama aku bekerja." Ucap irene lalu menekan tombol angka pada lift.
"Mungkin kapan2 aku akan menjenguk eonni , aku juga sudah lama tak bertemu uncle Bae." Pinta jennie.
"Tentu , kau harus menemuinya nanti. Ia pasti akan senang." Balas irene tersenyum.
Ting
Pintu lift terbuka lagi, menandakan mereka sudah sampai dilantai ruangan taeyeon.
"Eonnie juga kesini?" Tanya jennie lagi.
"Ya tentu , aku kerja disini. Kau ingin menemui karayawan disini?" Tanya balik irene.
"Anni , aku ingin menemui taeyeon oppa." Jawab jennie santai.
"Oh.. what??? Kim Taeyeon???" Irene melototkan matanya kaget.
"Ne , kau pasti mengenalnyakan." Yakin jennie.
"Pasti, ia atasanku dan juga pemilik perusahaan ini." Jelas irene masih dengan wajah yang kaget.
"Ia benar2 oppa mu." Tanya irene menyakinkan.
"Yup, ia oppa ku lebih tepatnya oppa sepupu. Wae eonnie??" Bingung jennie.
"Kenapa kau tak cerita kalau kau dari keluarga Kaya raya. Ku pikir kau sama sepertiku." Ucap irene pelan.
"Kenapa aku harus bilang, yang kaya keluarga ku dan bukan aku. Dan ku pikir itu juga bukan hal yang harus dibanggakan." Jelas jennie santai.
Irene memandang jennie salut . Ia anak orang kaya tapi selama mereka berkuliah jennie tak pernah mengumbar kekayaannya ia selalu hidup sederhana dan jarang membicarakan keluargannya.
Irene tersenyum lalu mengangkat jempolnya pada jennie.
"Aku salut padamu." Ucapnya lagi.
Jennie hanya mengangkat alisnya bingung lalu berjalan meninggalkan irene.
"Aku duluan eonnie." Ucapnya agak keras.
"Hai tunggu.." irene mengejar jennie.
"Tujuan kita sama." Ucapnya setelah mengimbangi langkah kaki jennie.
"Kau akan menemui oppa?" Jennie bertanya sambil memberi senyum pada karyawan yang lain.
"Aku sekretarisnya yang baru." Jawab irene.
"Neeee." Kaget jennie dan menatap irene.
"Wae , kenapa kau sangat kaget?" Irene bertanya cuek.
"Anni." Sahutnya cepat.


Tok tok tok
Jennie mengetuk pintu ruangan taeyeon dan irene ikut memperhatikannya.
"Masuklah." Sahut taeyeon.
"Oppa , aku tak tau kau ganti sekretaris. Kemana seolhyun shi?" Tanya jennie to the point lalu duduk didepan meja taeyeon.
"Apa aku datang kesini hanya untuk bertanya itu?" Sahut taeyeon dengan masih fokus pada komputernya.
"Anni , aku mengenal irene eonnie. Aku hanya kaget ia bisa bekerja disini yang ku tau ia masih dilondon kemarin." Jelas jennie.
"Daddy yang menyuruhnya kerja disini, dan kebetulan posisi sekretaris ku sedang kosong jadi ya sudah." Jawab taeyeon seadanya.
"Daddy kenal irene eonnie? Kenal dimana? Kenapa aku tak tau?" Tanya jennie tak henti2.
Taeyeon menghela nafas dan mengaruk lehernya gatal lalu menatap jennie jengkel.
"Bisa kau tanya satu2 . Anni, pertanyaanmu sungguh tak penting jennie ah." Jawab taeyeon lalu kembali fokus pada komputernya.
"Aish oppa , jawab pertanyaan ku. Aku sungguh penasaran sekarang." Kesal jennie.
"Huft. Orangtua irene dokter Bae adalah dokter pribadi daddy dulu. beberapa bulan lalu daddy mendengar kalau beliau sakit dan kebetulan irene juga baru kembali dari london karna ia belum punya pekerjaan dikorea daddy memutuskan untuk ia bekerja disini. Kau mengerti?" Jelas taeyeon panjang lebar.
"Oh, aku mengerti sekarang. Hehe" jawab jennie terkekeh.
"Dan oppa.." tanyanya tiba2.
"Aish , apalagi sekarang." Kesal taeyeon.
"Apa fany eonnie tau kau punya sekretaris cantik . Lebih cantik dari seolhyun." Tanya jennie sedikit berbisik.
Mendengar pertanyaan itu taeyeon meremes rambutnya frustasi.
"Aishhhh jennie ahhh.." teriaknya kesal.
"Wae wae" sahutnya tanpa dosa.














#besok senin lagi😓

DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang