Orang itu tergantung agama temannya. Maka lihatlah siapa teman kalian.
∽Abu Daud dan Tirmidzi∽🍂🍂🍂
Satu minggu berlalu setelah tragedi pemecatan bu Merry. Sampai hari ini belum ada guru pengganti, sehingga bisa jadi kelas Reza akan jam kosong hingga bel istirahat nanti.
Guru kedua dalam mata pelajaran Matematika juga tak dapat masuk mengajar hari ini, karena sedang cuti.
Sekarang jam telah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Seperti biasa, sebelum bel berbunyi dua kali Reza dengan kedua sahabatnya yang bernama Nino dan Irsyad sudah melenggang keluar kelas. Berjalan santai menuju kantin sekolah, tanpa mempedulikan jika akan terkena marah.
Namun sebelum itu mereka tak lupa mampir ke toilet sebentar, berkaca guna memastikan penampilan mereka. Setelah selesai, Reza dan Nino berjalan ke kantin sekolah duluan, sedang Irsyad mereka tinggal.
Sesampainya di kantin suasana masih nampak begitu sepi. Hanya ada para pedagang makanan yang sudah bersiap melayani para pembeli. Makanan pun sudah berjejer rapih di meja-meja para pedagang. Para murid nantinya hanya tinggal memilih makanan yang mereka suka dan menukarnya dengan rupiah.
Reza menjatuhkan tubuhnya di salah satu kursi langganan mereka. Tempat yang cukup strategis untuk mereka mengobrol sepuasnya.
Posisinya berada dipojok kiri kantin, tempat yang paling belakang jauh dari kebisingan para pembeli yang sedang mengantri membayar.
Tak pernah ada satupun murid yang berani menempati tempat duduk itu. Karena mereka tahu bahwa Reza dan gengnya sering duduk di kursi itu. Mereka paling takut jika berhadapan dengan Reza. Entah apa alasannya, padahal Reza sendiri tak pernah mempermasalahkan jika mereka mau duduk di mana saja.
Ia dan temannya selalu duduk di sana, sebab tak sengaja kursi itu selalu kosong saat mereka datang. Membuat mereka tanpa sengaja berlangganan di tempat yang sama setiap harinya.
"Pak, bakso tiga sama es tehnya, ya. Jangan manis-manis, nanti orang diabetes pas liat saya." becandaan Reza seperti biasa.
Nino menggeleng-geleng pelan. Sedangkan Reza memamerkan deretan giginya ke arah pedagang yang tersenyum melihatnya.
"Iya deh yang paling manis disekolah, sampai ngalahin gula," balas pedangang ibu-ibu yang sering bercanda dengan Reza.
Reza kembali memamerkan deretan giginya. "Saya ganteng ya, Bu? Sampe senyum-senyum liat saya," goda Reza.
Entah mengapa hati Reza begitu bahagia saat melihat seseorang bisa tersenyum karenanya. Terlebih, jika orang itu adalah para pedagang dikantin disekolahnya. Sebab mereka adalah orang yang paling berjasa ketika Reza mendapat hukuman.
Itulah mengapa Reza selalu ingin terburu-buru ke kantin sekolah, karena kebaikan orang-orangnya.
"Sue lo pada, gue ditinggal," umpat Irsyad kesal ketika baru datang.
"Yailah, enggak nyasar 'kan?" balas Nino cepat.
"Tau, baru juga ditinggal dari sana ke sini. Belom pernah 'kan lo, ditinggal pas lagi sayang-sayannya, mana belom di kasih kepastian, belom sempet jadian. Atiiitt ..." timpal Reza dengan wajah yang sok mendramatisir.
"Enggak usah curhat lo." Irsyad mengambil gulungan tissue lalu melemparnya ke arah Reza.
"Cowo ambekan, cih ..." cibir Reza melihat ke lain arah.
"Sayang," seorang gadis cantik menjatuhkan tubuhnya tepat di sebelah Reza.
Dia, Sasya Assyifa. Seorang gadis cantik yang beberapa hari lalu Reza bela karena di goda oleh teman satu kelasnya. Seorang yang Reza sudah pacari sejak awal pertemuan mereka dilapangan sekolah. Pertemuan yang tidak disengaja karena kegemaran mereka yang sama, yakni datang terlambat ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Reza ✓
SpiritualThe Second Story of Cinta Sendirian | Romance 25% Spiritual 50% Komedi 25% Sasya Assyifa Jika wanita dinikahi karena empat perkara dan pilihlah wanita yang taat beragama. Maka bukan dia lah orangnya. Sasya yang merupakan seorang model cantik sangatl...