#43 H a r u

1.1K 191 4
                                    

Kadang kita terlalu sibuk menginginkan apa yang orang lain miliki, sampai lupa mensyukuri apa yang sudah kita dapat hari ini.
Hi Reza

🍂🍂🍂

Suara pintu yang terbuka mengisi kesunyian di rumah bertingkat dua. Seperti biasa tak ada tanda-tanda kehidupan di sana, kecuali saat Sasya sudah masuk ke dalamnya.

Sesampainya di rumah Sasya memutuskan untuk berjalan menuju dapur. Mengambil sebuah gelas, lalu mengisinya dengan air bening dari dalam kulkas.

Lima menit Sasya berada di sana, belum ada tanda-tanda makhluk bernyawa selain dirinya. Bahkan semut dan cicak yang biasa berkeliaran bebas juga tidak nampak.

"Pada janjian apa?" decak Sasya.

Bi Lastri yang biasa menyambutnya pun sama sekali belum kelihatan batang hidungnya.

Kemana bi Lastri?

Sasya celingukan.

Detik berikutnya ia memilih pergi ke kamarnya. Sesampainya di sana, Sasya melihat seorang wanita tengah merapikan tempat tidurnya.

"Sayang, kamu udah pulang?" sapa wanita itu.

Sasya mengangguk samar, menaruh tasnya di atas kasur, kemudian duduk.

"Mama tumben ada di rumah?" tanya Sasya datar.

Ratna menjatuhkan tubuhnya di sebelah Sasya. "Mama dan papa sudah memutuskan untuk tetap di sini, demi kamu." sambil membelai pucuk kepala Sasya yang tertutup hijab.

"Maafkan mama dan papa ya, Sayang. Selama ini kami terlalu sibuk dengan diri masing-masing. Mama tidak pernah berperan layaknya seorang ibu, begitupun dengan papa. Mulai sekarang kami janji, tidak akan pergi-pergi lagi ninggalin kamu sendiri." seraya memeluk Sasya.

Sasya membalas pelukannya. "Maafin Sasya juga ya, Mah. Selama ini cuma bisa ngerepotin mama dan papa, sampai-sampai kalian harus kerja keras buat menuhin semua kebutuhan Sasya."

Keduanya terisak.

"Tidak apa-apa, Sayang. Semua sudah menjadi tugas papa dan mama. Yang penting kamu bahagia."

Sasya semakin mengeratkan pelukannya.

"Minggu ini mama mau ngadain acara syukuran. Kamu mau 'kan bantu-bantu mama?"

Sasya mengangguk cepat. "Mau, Mah."

※※※

"Depan ya, Bang," ujar Reza sambil mengetuk langit-langit bis. Mengisyaratkan seorang kenek.

"Kiri, Pirr..."

Ketika bisa hendak menepi Reza berkata, "Lo turun di sini 'kan, Nar?"

Nara mengangguk cepat. "Kok kamu tahu?"

"Waktu itu 'kan kita ketemu di daerah sini. Rumah gue juga kebetulan deket-deket sini."

Bis kini sudah menepi. "Hati-hati, Nar."

"Kamu enggak ikut turun?"

"Gue masih ada urusan. See you, yaa." Reza melambaikan tangannya, ketika Nayra sudah turun dari bis.

Reza kembali melanjutkan perjalanannya dengan bis tersebut, menuju rumah sakit.

Kakaknya Hafiz baru saja mengabarkan bahwa ummi dan abinya mengalami kecelakaan. Ketika dalam perjalanan menuju rumah mereka dari Jogja.

Pikiran Reza sebenarnya telah kemana-mana, akan tetapi sedari tadi ia berusaha menutupinya di depan Nayra.

"Dek," ujar seorang lelaki paruh baya. Di sebelah Reza.

Hi Reza ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang