“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
- Al-baqarah : 185 -🍂🍂🍂
“Sasya.”
Seseorang terkejut ketika melihat Sasya tergeletak di koridor sekolah.
“Ini Sasya kan? Sya?”
Tak ada jawaban.
“Pingsan ya?”
Sadar dirinya terlihat aneh berbicara pada seseorang yang tak sadar, akhirnya ia segera membawa Sasya ke Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
“Eh cewe-cewe, bantu gue.” ucapnya tergesa-gesa, ketika sampai di depan ruang UKS.
Beberapa siswi yang berada di sana mencoba menyadarkan Sasya dengan memberinya minyak angin, sedangkan laki-laki tadi keluar dari sana.
“Heh Bambwang!” umpat Irsyad kesal, ketika kakinya terinjak oleh seseorang.
“Stttt...” bermaksud agar Irsyad mengecilkan suaranya.
“Apa si lu, gak jelas banget Bambwangg.” Irsyad justru semakin kencang, membuatnya mendapatkan jitakan.
“Udah gue bilang jangan panggil gue itu.”
“Terus apa? Nama lo kan emang Bambang.”
Bams berdecak kesal.
“Tau ah.” Bams beralih menatap Reza.
“Za, Sasya pingsan tuh. Tadi gue gak sengaja nemuin dia kegeletak di koridor sekolah, terus gue bawa ke UKS.”
Raut wajah Reza berubah seketika.
“Sekarang dia masih di sana?”
“Iya.”
Reza langsung berlari ke UKS.
“Eee-e-eh. No, Syad.”
“Apaan, gue mau liat keadaan Sasya.”
“Gengan dari SMA Citra Nusa kemarin ngeroyok salah satu anak SMA kita. Kayanya sih mereka sengaja buat mancing Reza supaya SMA kita tawuran lagi sama sekolah mereka.” ujar Bams sebab Reza selalu menjadi pemimpin mereka ketika tawuran.
Namun semenjak Reza berubah, Bams dan lainnya tak pernah lagi mendapatkan perintah dari Reza. Baik untuk menyiapkan senjata ataupun berkumpul di markas mereka.
“Emang sih Reza beneran udah hijrah apa? Kangen kumpul di markas nih gue.”
“Yaudah, pulang sekolah kita kumpul di sana.”
“Syad.” tegur Nino.
“Kumpul doang. Buat ngomongin masalah ini.” jelas Irsyad pada Nino.
Nino hanya menarik nafas dalam tak dapat banyak menentang. Bagaimanapun juga ia sering ikut andil dalam tawuran antar sekolah itu.
“Oke, sipp. Gue mau kabarain ke anak-anak yang lain.”
Bams langsung melesat.
※※※
Kedua tangan Reza tak tahan untuk tak menggenggam tangan Sasya. Sejak kedatangannya ia langsung duduk disamping Sasya dan meraih tangannya untuk ia genggam.
Tubuh Sasya jelas masih terbaring lemah dan belum sadarkan diri di sana. Membuat kekhawatiran Reza terus bertambah.
“Re--za.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Reza ✓
SpiritualitéThe Second Story of Cinta Sendirian | Romance 25% Spiritual 50% Komedi 25% Sasya Assyifa Jika wanita dinikahi karena empat perkara dan pilihlah wanita yang taat beragama. Maka bukan dia lah orangnya. Sasya yang merupakan seorang model cantik sangatl...