- A w a l -
﹏Reza Al-Khalifi. Siapa saja yang mengetahui artinya pasti akan kagum mendengarnya. Sebab ia memiliki arti nama yang indah, seindah rupa yang ia punya.
Pemuda yang baik dan sukses.
Begitulah sebuah doa yang terselip di dalamnya. Tetapi siapa sangka, di balik namanya yang indah orang-orang selalu menganggapnya berbeda.
Kebanyakan orang mengenalnya sebagai laki-laki yang berandalan, suka membuat onar dan memiliki hobi tawuran.
Namun di balik itu semua, Reza memiliki alasan yang kuat tiap kali melakukan aksinya. Tak lain semua semata-mata untuk membela yang benar, salah satunya membela perempuan yang tengah di rendahkan.
Bugh!
"Kalo lo enggak mau mati sekarang. Tolong hargain perempuan, jaga tangan busuk lo itu!" ujar Reza kepada seorang laki-laki yang berani tidak sopan pada perempuan.
"Lo pikir, tangan lo yang mukulin gue itu bagus?"
Bugh!
"Reza!!" teriak gadis yang Reza bela, bernama Sasya.
Bogeman mentah terus Reza layangkan kepada teman satu sekolahnya. Tak perduli seberapa banyak orang yang melihatnya.
"Cukup, Za. Nanti dia bisa mati."
Mendengar suara ketakutan Sasya, Reza akhirnya menghentikan aksinya. Setidaknya ia cukup puas, berhasil memberinya kenang-kenangan berupa tiga luka lebam.
"Ayo Za, aku takut."
Reza akhirnya membawa Sasya pergi dari sana. Mengantarnya hingga ke depan pintu kelasnya. "Jaga diri baik-baik," pesan Reza.
Sasya mengangguk pelan dan Reza kembali berjalan menuju kelasnya yang berselisih lumayan jauh dengan kelas Sasya. Itu semua sebab jurusan mereka yang berbeda. Sasya berada di kelas IPS sedangkan Reza di kelas IPA.
Sesampainya di kelas, Reza menjatuhkan tubuhnya di salah satu kursi kosong yang berada di sana. Matanya sempat terpejam beberapa saat, sampai akhirnya seseorang datang menghampirinya.
"Za, lo di panggil tuh ke ruang guru."
Reza tersenyum kecut.
"Pasti persoalan anak ayam," decak Reza. Maksudnya murid laki-laki yang sempat ia pukuli tadi.
※※※
<Ruang guru>
"Reza, ini untuk yang terakhir kali. Berikan surat ini kepada orang tua kamu dan besok ibu tunggu!" ucap wali kelas Reza tegas, menyodorkan sebuah surat.
Reza terlihat tenang karena sudah biasa mendapatkan surat pemanggilan orang tua, bahkan ia sudah menganggapnya seperti surat cinta.
Ia juga sudah hafal bahwa setelah ini abinya akan menceramahinya panjang kali lebar, seperti rumus mencari luas pergi panjang.
Ketika surat sudah berada di tangannya, Reza kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran hingga selesai.
Bel berbunyi tiga kali. Ia langsung melesat keluar.
"Za, mau kemana?" panggil salah satu sahabat Reza bernama Irsyad.
"Pulang."
"Tumben, enggak nongkrong dulu?" tambah sahabatnya yang satunya, bernama Nino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Reza ✓
روحانياتThe Second Story of Cinta Sendirian | Romance 25% Spiritual 50% Komedi 25% Sasya Assyifa Jika wanita dinikahi karena empat perkara dan pilihlah wanita yang taat beragama. Maka bukan dia lah orangnya. Sasya yang merupakan seorang model cantik sangatl...