#29 C e r m i n a n H i d u p

1.5K 202 14
                                    

Hasan al-bashri berkata :
“Apa yang berharga dari agamamu jika shalatmu saja tidak berharga bagimu? Padahal pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepadamu pada hari kiamat adalah tentang shalat.”

🍂🍂🍂

Hafiz mengikuti Reza hingga ke ambang pintu rumah, sedangkan Reza sudah menaiki motornya, siap melajukannya.

“Abang udah pastiin ke rumah sakit kalau kamu itu anak kandung abi, Reza.” ucap Hafiz cepat, menghentikan gerak Reza.

“Apa?”

Reza berdecak.

“Mau anak siapapun gue, nggak ada artinya di mata abi. Lo gak usah repot-repot cari pembuktian, karena gue nggak akan peduli.” ini cara Reza menyampaikan rasa sakitnya yang sudah teramat dalam.

“Dengerin abang dulu Za,” Hafiz berjalan mendekat, namun Reza sudah lebih dulu melajukan motornya.

Rasa kesal begitu menggunduk dihati Reza, bahkan tak dapat ia hilangkan di sepanjang perjalanan. Kekesalannya pun harus ia tahan ketika tiba di rumah Kekko. Sebisa mungkin ia bersikap biasa saja didepan temannya.

“Udah disini aja lo.” ucap Reza pada Irsyad yang tengah duduk diteras.

Irsyad hanya menghela napas. Tidak membalas ataupun menatapnya.

“Udah terima aja takdir lo jadi jomblo,” lontar Reza mengingat Irsyad dulu senang menggoda Kekko.

Sepertinya godaan Irsyad selama ini bukanlah sekedar gurauan, melainkan sungguhan bahwa ia benar-benar menyukai Kekko.

Terlihat jelas betapa galau dan merananya wajah Irsyad kini, membuat Reza sedikit iba karena temannya ditinggal selama-lamanya oleh sang pujaan hati yang bahkan belum sempat ia miliki.

Namun bukanya menghibur Reza malah meledeknya, “Ngenes banget emang idup lo, Syad.” sambil menjatuhkan tubuhnya disebelah Irsyad.

Irsyad meliriknya dengan tajam. Lalu kembali menarik napas panjang.

“Takdir kejam amat sih. Kita yang dibuat jatuh hati, tapi bukan kita yang memiliki.” seru Irsyad sambil menatap bebatuan di depan rumah Kekko.

“Allah membiarkan dia pergi, pasti karena ingin menggantinya dengan yang lebih baik lagi. Kalau Dia sayang sama kita, Dia pasti akan memberikan rencana yang paling indah.” ujar Reza dalam, tak pernah seserius ini ketika berbicara dengan Irsyad.

“Tapi kenapa harus sekecewa ini sih.” ratap Irsyad lagi.

“Karena lo terlalu berharap sama makhluk yang disebut manusia. Coba kalo lo berharapnya sama Allah aja, apapun yang Dia takdirin buat lo, pasti lo bakal fine fine aja.” ucap Reza yang semakin pelan di akhir kalimat, sebab perkataan ini sepantasnya ia ucapakan untuk dirinya sendiri.

Berharap sama manusia? Ckk. Apa kabarnya perasaannya terhadap Sasya? Sasya pun manusia, bukan sayur-sayuran ataupun buah. Hebatnya menasihati orang lain, sedangkan diri sendiri dibiarkan terus begini.

Reza membatin.

“Masalahnya bukan cuma gue yang dikecewain, Za--” celetuk Irsyad membuat Reza tersadar.

“Tapi ibunya juga.” tambah Irsyad, menunduk dalam.

Reza diam.

“Kata Nino polisi nemuin alat tes kehamilan didalem kantong kresek yang Kekko bawa. Kemungkinan itu benda terakhir ya dia beli di apotik pas ibunya mergokin dia.. Sampe akhirnya kecelakaan itu terjadi, karena dia emang sengaja nabrakin motornya sendiri.” jelas Irsyad, membuat Reza mencerna baik-baik ucapannya.

Hi Reza ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang