Terkadang sesekali kita perlu menoleh kebelakang. Bukan untuk mengulang, namun menjadikan masa lalu yang kelam sebagai pelajaran.
~ Hi Reza ~🍂🍂🍂
Waktu berlalu begitu saja meninggalkan kisah antara Sasya dan Reza. Kisah yang mengundang berbagai macam rasa, baik sedih, senang, maupun duka.
Sisa kenangan manis pun masih terangkai sedemikian rupa. Yang setiap kepingnya dibalut oleh luka, yang dipaksakan untuk saling terlihat bahagia. Bahagia ditempat yang berbeda dengan saling merasa asing tentunya.
Kisah-kisah pemimpi pun mulai terangkai satu persatu di dalam kehidupan mereka. Kisah yang kelak membutuhkan kepalan tangan mereka sendiri untuk menggenggam pusaran takdir yang kejam ini.
Tidak hanya pada Sasya dan Reza, para murid SMA Pelita Bangsa pun mulai merangkai mimpi-mimpi mereka seindah mungkin. Agar kelak dapat menghasilkan sebuah kisah yang dapat memotivasi bagi siapapun yang menyaksikan keberhasilan mereka nantinya. Membanggakan orangtua serta menjadikan masa lalu yang kelam sebagai pelajaran yang berharga.
Hari ini tepat satu minggu menuju ulangan akhir semester SMA Pelita Bangsa. Riuh suara murid pun kian menipis didalam kelas karena keseriusan mereka yang ingin mendapatkan nilai memuaskan ditahun akhir ajaran. Tidak ada kata malas dibenak, jam pelajaran tambahan pun tak boleh terlewatkan. Termasuk dengan kedua sahabat baik Reza, Nino dan Irsyad.
"Sebentar lagi kenaikan kelas, kita jadi anak kelas tiga, trus lulus pergi ninggalin sekolah." seru Irsyad yang kini sedang berada dibawah pohon mangga belakang sekolah bersama Nino dan Reza.
Mereka tengah beristirahat sejenak setelah mengikuti jam pelajaran olahraga disekolah.
"Emang udah yakin naik kelas?" ledek Nino.
"Yakin lah, meskipun gue gak jauh dari rangking ketiga puluh tiga, buktinya gue naik terus sampai sekarang." balas Irsyad dengan sangat bangganya.
"Bangga banget lo rangking ketiga puluh tiga." celetuk Reza.
"Tau, mana murid dikelas cuma ada tiga puluh lima." kekeh Nino.
"Emang iya?" Irsyad tercengang.
"He-em." dehem Nino.
Irsyad menepuk jidatnya, "Baru tau gue."
"Tau takaran otak lo seberapa?" celetuk Reza lagi.
"Bukan. Gue baru tau kalo ternyata gue lebih pinter dari yang gue bayangin. Gue kira selama ini gue rangking tujuh dari belakang, gara-gara gue pikir murid dikelas kita empat puluh orang. Tapi taunya gue rangking tiga dari belakang. Alhamdulillah ada kemajuan, keren kan." cengenges Irsyad.
Nino dan Reza sama-sama membuang muka saat mendengarkan Irsyad berucap, karena bukannya ia malu tetapi justru dengan sangat percaya dirinya ia berucap ada kemajuan.
"Temen lo tuh." seru Reza pada Nino.
"Elo kali."
Irsyad hanya cengengesan tanpa beban.
"Tekko." seru Irsyad akhirnya setelah dicuekin oleh kedua temannya.
Irsyad melihat Kekko dari kejauhan tengah berjalan bersama Sasya dilorong sekolah.
"Kesono yuk." ajak Irsyad.
"Lo aja sana." balas Reza.
"Iya, lo aja. Gue tunggu sini sama Reza." sambung Nino.
"Ish, putus bukan berarti jadi musuh kali. Ayo dong sekalian kita ganti baju, udah gerah nih." ajak Irsyad sekali lagi yang akhirnya Nino dan Reza turuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Reza ✓
EspiritualThe Second Story of Cinta Sendirian | Romance 25% Spiritual 50% Komedi 25% Sasya Assyifa Jika wanita dinikahi karena empat perkara dan pilihlah wanita yang taat beragama. Maka bukan dia lah orangnya. Sasya yang merupakan seorang model cantik sangatl...