Entah jodoh atau maut yang lebih dulu mengkhitbah kita. Namun cepat atau lambat kita pasti akan menemuinya.
~ Hi Reza ~🍂🍂🍂
Suara keras yang berasal dari benda yang saling beradu memecah perhatian seisi pengunjung cafe. Dari dalam cafe terlihat jelas sebuah sepeda motor baru saja tertabrak mobil sedan berwarna merah, hingga membuat seseorang terkapar di jalan raya.
Darah segar terlihat mengalir deras dari kepala korban. Membuat beberapa pengunjung cafe ikut histeris dan terus beristighfar.
“Ada apa?” tanya Sasya yang menghampiri Reza dan teman-temannya.
“Jangan liat, ada kecelakaan didepan.” sahut Reza, tahu betul Sasya takut darah.
“Gue ke sana dulu ya.” ujar Nino, selaku pemilik cafe yang paling dekat dengan tempat kejadian perkara.
“No, gue ikut. Syad, lo di sini aja temenin Sasya.” lontar Reza, menatap Sasya beberapa saat.
Sasya menundukkan pandangannya, tak mau lagi terjerat perasaan.
“Yaudah iya, lagian gue juga takut.” aku Irsyad.
Reza dan Nino akhirnya menghampiri tempat kejadian. Pengendara mobil yang hendak kabur pun terlihat sudah tertangkap oleh orang-orang yang berada disekitar jalan.
“Udah salah pake mau kabur lagi.”
“Tau, tanggung jawab dulu lo.”Orang-orang disana hampir saja mengeroyoknya, namun segera Reza dan Nino cegah.
“Jangan main hakim sendiri dulu bapak-bapak. Biarkan kita tunggu polisi datang.” lerai Nino.
“Korban sudah meninggal.” seru salah seorang yang memeriksa keadaannya.
Reza dan Nino belum sempat melihat wajahnya, sebab sudah ditutup oleh koran.
Kerumunan orang dengan cepat memenuhi tempat kejadian. Sedikit menyulitkan pengendara lain yang ingin melintasi jalan.
“Bapak-bapak, ibu-ibu, maaf sebelumnya. Bisa jangan berkerumun seperti ini? Kasihan pengendara lain yang mau lewat, lagipula ini bukan tontonan. Lebih baik yang tidak berkepentingan harap tinggalkan tempat ini. Saya mohon sekali.” ujar Reza sesopan mungkin, guna mencegah kemacetan jalan dan memudahkan polisi serta ambulans yang akan segera datang.
Beberapa orang yang mengerti akhirnya memilih menjauh dan pergi, namun sebagiannya lagi tetap membandel berdiri dipinggir jalan.
Tak lama dari itu datang seorang wanita paruh baya. Ia menangis histeris setelah melihat korban yang telah meninggal dunia.
“Maafin ibu nduk.” seru wanita paruh baya itu yang kental dengan logat Jawanya.
Reza baru menyadari bahwa korban adalah seorang perempuan, setelah ibu korban membuka koran yang menutupi wajahnya dan menampakkan rambut yang panjang.
Mata Reza dan Nino seketika terbelalak sempurna saat melihat wajah korban, yang tak lain adalah teman mereka.
“Kekko.”
“No, Kekko No.”
“Innalillahi wainailaihi rojiun.”
“Bangun nduk, bangunnn.” wanita paruh baya itu terus memeluk jenazah Kekko. Yang masih dipenuhi oleh darah segar.
“Jangan tinggalin ibu nduk. Ibu udah gak punya siapa-siapa di sini.”
Ayah Kekko yang merupakan penduduk asli sana telah meninggal dunia. Kekko hanya hidup berdua bersama ibunya yang merupakan orang perantauan dari Jawa Tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Reza ✓
SpiritualThe Second Story of Cinta Sendirian | Romance 25% Spiritual 50% Komedi 25% Sasya Assyifa Jika wanita dinikahi karena empat perkara dan pilihlah wanita yang taat beragama. Maka bukan dia lah orangnya. Sasya yang merupakan seorang model cantik sangatl...