Pukul 14:00 WITA. Kurang dari lima belas menit lagi pesawat yang hendak Reza dan teman-temannya tumpangi akan segera take off. Namun kini ia dan teman-temannya baru tiba di bandara, setelah mengalami drama kecil sebab Nafisa kehilangan bintang lautnya.Nafisa sempat menangis ria dikamar penginapannya, sampai akhirnya Nino turun tangan dan berhasil membujuknya.
Sesampainya di bandara semua orang diperiksa. Bagi yang kedapatan membawa benda-benda dari tempat wisata seperti terumbuk karang dan lainnya dihimbau untuk meninggalkannya di bandara.
Perlu diperhatikan semua wisatawan dilarang membawa benda-benda dari tempat wisata, apalagi jika itu berpotensi merusak kelestarian alam. Jadi jangan sekali-kali mencoba membawa benda dari tempat wisata, karena percuma akan tertahan juga saat di bandara.
"Tuh, lihat. Percuma juga kan kalau dibawa, sampai sini gak akan bisa kita bawa ke rumah." seru Nino pada Nafisa lembut, saat mereka melewati setumpuk benda-benda yang berasal dari laut, disebuah wadah besar.
Nafisa hanya memanyunkan bibirnya dengan wajah yang sendu.
"Nanti kakak beliin bonekanya aja gimana? Mau gak?" tawar Nino pada Nafisa.
Irsyad berjalan cepat ke arah Nino dan Nafisa, "Mauuuu." ledek Irsyad sambil membelah jarak diantara keduanya.
"Kuman!" umpat Nafisa dengan sebutan baru untuk Irsyad.
Reza yang semula berjalan dibelakang Nafisa bersama Sasya ikut menyela, "Cepet, dek." kata Reza sambil menarik tangan Nafisa.
Reza mengajak semuanya untuk berjalan lebih cepat, agar mereka semua tidak tertinggal pesawat.
Setelah mendapat boarding ticket dan melalui security check, mereka langsung dipersilakan menuju pesawat.
Pesawat mereka landing di Jakarta pada pukul 15.25 WIB. Beristirahat sejenak. Lalu dilanjutkan perjalanan menuju Bandung kurang lebih sekitar dua jam setengah. Menggunakan mobil pribadi milik Nino yang sebelumnya ditinggal di bandara soeta, mereka tiba dirumah masing-masing setelah ba'da isya.
"Ummi, abi." seru Nafisa setibanya di rumah.
Nafisa langsung memeluk umminya, yang sudah lama tidak berjumpa dengannya.
Sedangkan Reza terpaku di tempatnya, menatap abinya.
"Ummi sama abi sejak kapan datang ke sini? Nafis pengen deh main ke Jogja, mi." rengek Nafisa pada umminya, tak menyadari situasi yang begitu tegang saat ini.
"Bawa Nafisa ke kamar, ummi." seru Abi Reza pada istrinya.
Ummi Reza sempat menatap anak laki-laki sejenak, lalu mengajak Nafisa ke dalam kamarnya.
"Kamu bawa kemana Nafisa?" tanya abi Reza tak bersahabat dengan suara cukup keras.
"Liburan." balas Reza pelan, tak berani menatap abinya.
"Liburan kamu bilang. Dengan teman-teman kamu yang juga berandalan!?"
"Reza dan teman-teman Reza bukan anak berandalan, abi." bela Reza.
Abi Reza tersenyum kecut. "Mana ada anak yang bukan berandalan, tetapi berpergian jauh tidak berpamitan kepada orangtuanya. Kalau kamu mau menjadi anak yang tidak benar, jangan pernah mengajak Nafisa!! Dia itu perempuan."
"Reza tau itu abi. Reza mengajak Nafisa karena bang Hafiz--"
Plakk.
Belum sempat Reza menyelesaikan ucapannya, tangan abinya sudah lebih dulu menyambar pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Reza ✓
EspiritualThe Second Story of Cinta Sendirian | Romance 25% Spiritual 50% Komedi 25% Sasya Assyifa Jika wanita dinikahi karena empat perkara dan pilihlah wanita yang taat beragama. Maka bukan dia lah orangnya. Sasya yang merupakan seorang model cantik sangatl...