Something Black | nmjnpnks
'Ini gak akan bisa kalo langsung dicelup gini. Aduhh, aku harus gimana?'
Ini bukan tugas. Murni kelakuan iseng Park Jimin. Tempat ini bukan tempat coret mencoret umum, dan Jimin seharusnya tidak memakai tempat ini.
Tapi siapa yang bisa melarang? Toh, sarana ini bukan bangunan yang di bangun secara 'pribadi' sebagai ajang meraup duit. Ini murni fasilitas 'terbengkalai' nya pemerintah.
Tempat ini cukup ramai. Walaupun mayoritas pengunjung adalah orang orang kepala tiga kebawah, yang kebanyakan menganggur.
Berdiam tanpa kegiatan. Merokok bebas, berpacaran, bahkan memukuli rakyat bawah menagih uang.
Seharusnya tempat ini lebih mirip ranah dewasa. Seharusnya.
Karena mayoritas pemakainya orang yang sama sekali kurang peduli sama sopan santun.
'Hey heyyy, ini belum jadi, kenapa langitnya sudah mendung aja, sih? Terus bakal gimana? Karyaku yang susah payah ini harus hilang gitu?'
Jimin menepak-nepak kakinya ke tanah. Tangannya menyapu poni ke belakang kepala sambil terus menuding-nuding coretannya yang menutupi tembok beton dingin- yang tadi seharusnya bewarna abu-abu.
Mungkin berpikir awan bakal mendengar ocehannya berahir menunda air jatuh. Tapi tidak, karena yang namanya keinginan itu kadang memang di paksa untuk di simpan saja.
Justru awan semakin menggelap. Menghasilkan suara ribut. Jangan lupa daun kering yang bergeser ringan berbarengan dengan remah sampah yang bergoyang menabrak sana sini.
Jimin melunak, karena protesnya tadi malah terlihat memperburuk situasi, dia memilih menjauhkan langkahnya dari tembok itu. Mencari tempat yang lebih aman.
Baru beberapa langkah berniat menjauh. Matanya malah terpaku melihat benda hitam yang lebih besar dari tubuhnya berdiam limbung.
Diam. Tapi bergoyang sempoyong seperti menunggu jatuh,
"Hei hei, tuan. Sepertinya mau hujan. Tidak berniat menepi?"
Sedetik berikutnya, dia terpaku karena air pekat yang mendadak mengalir dari perutnya.
;
"Selesaiiiiii~"
"Hahhh? Cerita macam apa itu? Jelek sekali."
"Itu memang gitu endingnya hyunngg, hehe."
"Terus gumpalan hitam besar disini siapa? Hantu?" Yoongi menarik lengan kekasihnya. Yang ditarik sama sekali tidak mau berniat menurut, malah melepas satu tangan yang meremas pinggangnya.
"Ya gak tau, harusnya siapa? Masa' Jungkook. Dia kan suka baju gelap." alisnya mengangkat membentuk gestur berpikir.
"Aku pikir terlalu kejam kalau harus memakai Jungkook sebagai modelnya. Karena, mana ada penjahat bermuka bayi seperti itu!"
"Wajahmu juga wajah bayi, sayanggg." Yoongi mengendus leher Jimin yang melembab karena keringat. Membuat pemilik leher spontan mendorongnya kebelakang nyaris terjungkal.
"Sayangggg, kamu hampir melukaikuuu."
Mencoba protes. Justru malah dihadiahi tempelengan pelan di sisi bagian kiri kepala.
"Tck, aku sedang seriuss."
"Tidak lapar, sayang? Mau dibelikan sesuatu?"
"Nggak ih, dibilangin ini belum selesai."
Yoongi menyerah, mengangguk pasrah kembali menenggelamkan tubuhnya dibalik selimut.
"Ayoo hyunngg, bantu berpikir. Kepalaku rasanya pening sekali."
Yoongi bukannya jahat tidak mau membantu, hanya saja kekasihnya ini kalau lagi mode childish memang sama sekali gak bisa di ganggu. Dia gak mau mengusulkan ide berahir dengan tidak diizinkan untuk berkunjung ke apartemen kekasihnya nyaris satu minggu seperti beberapa waktu lalu.
Kalo kata Namjoon, 'mengambil pelajaran dari yang berlalu penting, bro'
Jadi lebih baik diam 'kan?
"Terserah kamu sayangg, kepala hyung mendadak cetak kalo sudah menyangkut kamu begini."
Budak cinta dasar.
"Ahhhh, hyung suka baju hitam 'kan? Gumpalan hitam itu hyung aja bagaimana?" mendadak Jimin bangkit dari kasurnya.
Seketika mata Yoongi membola.
Bukan karena ungkapan Jimin barusan,
tapi karena kain selimut yang menyingkap tubuh polos kekasihnya.
Ahhhh... mereka 'kan baru saja selesai bercinta.
Menunduk malu Jimin buru-buru menarik selimutnya menutupi adik kecil-nya yang tidak sengaja tersingkap.
Diikuti pikiran kotor Yoongi yang bersiap merancang adegan berikutnya.
Kekasihnya ini berniat menggodanya ternyata..
END.