Why?
PrissyMinnie*Why?*
"Selamat pagi Yoongi sunbae! " seperti biasa Park Jimin murid kelas 1 di SeoulHS selalu menyapa 'idola' nya setiap pagi.
"Pagi Jimin" jawab Yoongi disertai senyum tipisnya.
Ah Jimin benar2 semakin jatuh pada idolanya ini dari hari ke hari.
Berawal dari sekadar kagum, berubah menjadi perasaan ingin memiliki. Tidak, Jimin tidak terobsesi hanya saja dia memiliki perasaan lebih terhadap sunbae yang pandai bermain piano itu.
"Ini untuk sunbae! Jangan lupa dimakan ya! Jimin ke kelas dulu annyeong!! " Jimin segera berlari kecil setelah Yoongi menerima bekal makan siang pemberian nya.
Yoongi tersenyum kecil melihat tingkah menggemaskan Jimin.
"Cute.. "
.
.
."Wow~ again? " ejek Seokjin saat melihat kawan sebangkunya kembali menenteng sebuah bekal.
Yoongi hanya menanggapinya dengan anggukan kecil, menambah mimik mengejek di wajah Seokjin semakin menjadi.
"Katanya tidak suka, tidak minat juga~ tetapi selalu merespon, cih" sindir Seokjin.
Ya memang benar.
Setiap ditanya oleh Seokjin, Namjoon ataupun Hoseok, kenapa dia selalu menerima apa yang Jimin berikan Yoongi pasti menjawab.
"Tidak baik menolak rezeki"
"Tapi pemberian orang lain kau tolak" jika Hoseok sudah berkata demikian pasti Yoongi langsung pergi meninggalkan mereka.
Lalu terkadang Namjoon pun ikut penasaran.
"Kau menyukainya yah hyung? Eeyyy~ mengaku saja apa susah nya hyung? "
"Ck, aku hanya mencoba menghargai pemberian orang itu saj---"
"Tapi pemberian orang selain Jimin tidak pernah kau hargai hyung" kembali Hoseok menyahuti argumen Yoongi.
"Yaish aku tidak menyukainya! Aku tidak minat dengan nya tidak sama sekali! " ujar Yoongi malas sembari memejamkan matanya.
Awalnya Seokjin tidak masalah dengan perlakuan Yoongi yang selalu merespon Jimin.
Tapi lama kelamaan dia merasa gelisah, takut jika Yoongi tidak memiliki perasaan yang sama seperti apa yang selalu Jimin katakan pada Seokjin tentang perasaannya pada Yoongi.
"Jika kau tidak memiliki perasaan lebih padanya berhentilah memberinya harapan Yoon" ujar Seokjin serius.
Sementara Yoongi hanya melirik sebentar ke arah Seokjin.
"Siapa yang memberinya harapan? Dia saja yang berharap lebih padaku.."
"Hah?Kau gila? Lalu untuk apa kau masih merespon dia?! " bentak Seokjin.