Weirdo | bluesugarrr
Yoongi itu aneh.
Dahulu, saat semasa sekolah menengah, Yoongi selalu berkata dia membenciku. Namun dikala aku sakit, diam-diam ia memasukkan sekantong obat kedalam lokerku.
Dahulu, Yoongi selalu menghindar jika aku mendekatinya. Namun setiap aku pulang sekolah, dia selalu mengikutiku hingga sampai rumah.
Dahulu, Yoongi selalu berkata muak melihat wajahku. Namun, aku sering mendapatinya mencuri pandangan ketika aku berada di sekitarnya.
Dahulu, aku selalu berfikir bagaimana caranya agar Yoongi bisa tertawa dan menerima diriku. Ah, jangankan tertawa. Kurasa membuatnya tersenyum saja harus mengorbankan diriku setengah mati. Apakah hatinya terbuat dari campuran baja, besi, timah atau semacamnya? Dia benar benar keras dan kaku.
Ya, itu dahulu.
Sebelum kejadian pada suatu pagi di musim gugur ke tujuh belasku. Demi Tuhan, dia berubah seratus delapan puluh derajat. Saat itu aku baru saja sampai di sekolah, melewati koridor yang lumayan berisi aku mendapati Yoongi dengan sebuah bola basket kesayangannya tengah duduk di kursi depan kelasnya— Yoongi dan aku berbeda kelas— hendak aku menyapa, dia menatapku dan tersenyum. Seperdetik kemudian sebuah kalimat terucap, "Selamat pagi, Jimin." aku yang mendengarnya terpaku sejenak, berusaha menahan mataku yang sesungguhnya ingin melotot heran. Rasanya jantungku disetrum listrik dengan ribuan volt, dia benar benar lelaki aneh dan tak bisa ditebak. Aku yang tak tahu harus melakukan apa, hanya membalasnya dengan senyuman lalu pergi, namun aku berpikir kembali, tidak mustahil jika Yoongi saat itu diberi semacam tantangan oleh temannya? Karena hampir semuanya tahu jika Yoongi selalu menolak eksistensiku.
Dan kembali kuulang ucapanku, dia lelaki yang aneh, sepulang sekolah dia mengajakku berjalan jalan mengelilingi kota. Begitupun dengan hari hari selanjutnya. Walaupun terlihat canggung, tetapi kurasa dia telah melakukan yang terbaik.
Terkadang dia mengajakku makan malam, menonton film, mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Aku tak pernah menolak. Aku menikmatinya.
Sekitar 5 tahun kami sudah dekat. Kami telah kuliah dan mengambil jurusan yang sama. Kami pun tinggal di dalam satu apartemen; berhubung kami berkuliah diluar kota.
Pada suatu saat dia mengajakku ke sebuah kafe. Dan kejadian lima tahun yang lalu kembali terulang. Rasanya jantungku disetrum listrik dengan ribuan volt. Dia melamarku!!
Dengan senang hati aku tersenyum, lalu menolaknya. Dan lagi, dia benar-benar lelaki aneh. Memang aku selalu bersamanya. Tetapi sejak dahulu aku selalu menganggapnya seorang teman yang baik. Dahulu aku mendekatinya juga karena ingin memperluas pertemanan. Dan yang perlu aku garis bawahi, aku tidak pernah berkata atau merasa aku menyukainya.
*
*
*End.