Murid Tauladan | LusarangLuna
Another POV of 'Biang Gosip'
Halo!
Perkenalkan aku Park Jimin. Ketua osis di Bighit Highschool. Laki-laki yang punya 1001 kesibukan mengisi hari-harinya. Mulai dari menjadi ketua osis, pendiri klub buku, volunteer di panti jompo, hingga pengajar di sekolah jalanan. Pemuda yang (katanya) amat sangat terlalu sempurna dan lurus.
Huh ingin aku mendengus tertawa mendengar seisi sekolah memanggilku dengan sebutan "the model student". Tanpa setidaknya berusaha mengobrol lebih dahulu denganku. Terlalu sempurna katanya, terlalu tampan dan lembut dan baik dan blablablabla. Hingga mereka malu untuk sekadar meluangkan waktu mengobrol denganku. Takut mengganggu, kata mereka, si ketua osis selalu tampak sibuk. Lagi-lagi aku hanya bisa terkekeh saat mendengar omongan mereka ini dari Hoseok, wakilku. Itu yang membuatku tak pernah punya teman berbagi cerita selain kepada kepala kedisiplinan Kim Namjoon dan wakil ketua osis Jung Hoseok. Hanya mereka yang tahu segala sisi hidupku dan tetap menerimaku apa adanya. Selain Min Yoongi.
Ah ya, Min Yoongi suamiku sekaligus teman sekolahku yang tampan dan kaya diumurnya yang masih tergolong muda. Sesungguhnya tak banyak yang bisa diceritakan dari pernikahan kami. Jujur, pernikahan kami diselenggarakan diam-diam dan eksklusif bagi para petinggi dunia bisnis karena usia kami yang masih muda. Dahulu saat aku dilamar oleh kedua orangtua Yoongi hyung, yang aku tahu pernikahan kami ini adalah pernikahan bisnis antar keluarga. Keluarga kami yang memang sudah bersahabat lama memutuskan untuk saling menguatkan bisnis satu sama lain dengan cara menikahkan kami, putra mereka. Terbukti setelahnya saham perusahaan kami mengalami peningkatan 'worth' hingga 10%, fantastis bukan?
Hal ini tentu saja disambut gembira tak terkecuali aku yang dijanjikan sebuah barang untuk melengkapi koleksiku oleh ayah jika perusahaan mengalami keuntungan. Tanpa betul-betul memikirkan kehidupanku setelah menikah dengan Yoongi hyung. Semuanya baru benar-benar terasa olehku ketika malam dimana seharusnya kami menghabiskan waktu untuk bergumul mesra seperti kebanyakan pengantin baru lain justru kami habiskan dalam diam.
Aku? Tentu saja diam karena gugup. Kalau Yoongi hyung? Tidak tahu, tidak berani tanya karena dia dingin sekali kepadaku sejak pertama kali bertemu. Hanya mengenalkan diri dan selanjutnya berbicara seperlunya jika ditanya. Tidak pernah berusaha mengenalku seperti aku berusaha mengenalnya melalui ibunya. Malam pertama kami habiskan dengan diam dan canggung, dan hal itu berlangsung hingga 2 minggu pasca pernikahan. Hingga semuanya berubah karena Yoongi hyung memergokiku dan koleksiku.
Aku ingat hari itu kacau sekali, aku yang kabur dari rumah, orangtuaku yang panik hingga meminta bantuan petinggi kepolisian, Yoongi hyung yang untuk pertama kalinya berbicara lembut padaku untuk membujukku pulang. Hingga malamnya aku mempelajari fakta pernikahan kami ini terjadi bukan hanya karena sekadar pernikahan bisnis. Pernikahan ini terjadi juga karena perjanjian Yoongi hyung dan ayahnya, dimana jika dia berhasil sukses saat menginjak umur 16 tahun, dia boleh meminangku untuk dijadikan istri. Malam itu aku tahu, sesungguhnya Yoongi hyung sudah mencintaiku jauh sejak hari dimana kami berjanji untuk menikah saat aku masih berusia 4 tahun dan dia 6 tahun. Hari dimana kami, sepasang sahabat kecil harus terpisah karena orangtua Yoongi yang harus pindah ke New York membawa Yoongi hyung kecil untuk mengembangkan perusahaan baru disana.
Malam itu juga.. kami.. ah sudahlah malu aku menjelaskannya dengan detail. Intinya malam itu kami untuk pertama kalinya memeta tubuh satu sama lain. Berusaha meninggalkan kesan dan pesan yang tak dapat kami ungkapkan lewat kata. Sejak itu kehidupan pernikahan kami mulai menghangat. Hingga saat ini, pernikahan kami telah berjalan hampir genap 2 tahun. Dengan Yoongi hyung yang bersikeras untuk tidak diluluskan sekali hanya supaya bisa satu sekolah denganku lebih lama. Untung suami, untung sayang.
