Setelah memutuskan untuk memberi tahu Reno kejadian pagi tadi, Vanya duduk dan meminta Reno juga duduk. Lalu Vanya meminta Reno agar tidak terlalu khawatir setelah mendengar perkataannya. Reno memegang tangan gadis itu dan berjanji tidak akan khawatir.
"Tadi pagi saat aku berjalan menuju sekolah, aku merasa diikuti oleh seseorang. Aku tidak yakin apakah aku memang diikuti atau hanya perasaanku saja. Untuk berjaga-jaga aku menawarkan diri kepada teman satu sekolahku untuk berjalan bersama-sama ke sekolah. Yah, walaupun diantara mereka tak ada yang kukenal, hahahaha. Aku hanya mengenali mereka dari seragam yang sama denganku. Untungnya mereka baik, jadi aku bisa jalan bareng deh." Ucap Vanya sembari tersenyum.
"Saat pulang bagaimana, apa kamu masih merasa diikuti?" Tanya Reno dengan panik.
"Tenang, aku minta sahabatku untuk antar jemput aku ke sekolah. Hitung-hitung hemat energi kan. Gak perlu jalan kaki lagi deh, hahahahah" katanya sambil tertawa puas.
"Kenapa kamu tertawa, apa kamu tidak takut?"
"Saat bersama Divan sahabatku aku selalu tenang soalnya dia jago banget bela diri, sih"
'Divan, jago beladiri. Sepertinya laki-laki' gumam Reno dalam hatinya.
"Sepertinya kamu nyaman sekali dengannya"
"Tentu, kalau tidak nyaman kami tidak akan menjadi sahabat, kan ?"
"Apa kamu juga nyaman bersamaku?" Tanya Reno malu-malu dengan wajah merona.
"Tentu, meski orang bilang kamu dingin, bagiku kamu sangat hangat denganku. Terima kasih sudah membuatku terlihat spesial, Reno"
Wajah tampan Reno benar-benar merona. Ia juga tersenyum lebar. Sepertinya Reno mulai menyukai Revanya. Apalagi alasan yang paling tepat untuk seorang introvert jatuh cinta kalau bukan karena sudah mengenalnya dengan baik. Ya, memang mereka baru saling mengenal selama 3 bulan. Tapi sudah sejak lama Bu Asri menceritakan putrinya kepada Reno. Itu sudah seperti dongeng malam yang Bu Asri ceritakan kepada Reno. Mungkin karena itulah Reno merasa sudah kenal lama dengan Vanya. Reno menggenggam tangan Vanya dan mengajaknya ke bukit.
"Vanya, dulu kamu minta aku turun dari dahan itu karna kamu juga ingin tiduran di atasnya kan, sekarang berbaringlah di situ. Aku akan tidur di kursi ini. Aku ingin menatap bintang di bukit ini. Kita menunggu malam di sini ya. Kalau kamu lapar atau haus aku sudah membawa persediaan" Kata Reno dengan penuh semangat.
Akhirnya malam yang ditunggu tiba juga.
"Kamu berbaringlah di dahan itu lagi. Aku akan tiduran di kursi. Menatap bintang sambil berbaring lebih menyenangkan. Saat malam begini, biasanya bintangnya banyak sekali. Aku ingin kamu melihatnya" ucap Reno.
"Aku punya ide lebih baik darimu"
Mereka berbaring berdampingan di atas rumput. Itulah yang dimaksud Vanya dengan ide yang lebih baik. Reno melipat tangannya dan menjadikan tangannya sebagai bantal.
"Reno, aku tidak biasa tidur tanpa ada bantal. Aku boleh ya tidur di atas tanganmu juga. Jadinya seperti tidur sebantal berdua, hehehe" goda Vanya .
"Tentu. Kitakan sudah menjadi sahabat sekarang" ucap Reno dengan wajah dan nada datar.
"Kapan aku bilang kita sahabat?" Tanya Vanya dengan bingung.
"Tadi. Kamu bilang kamu merasa nyaman dengan Divan karena itulah kalian menjadi sahabat. Lalu kamu juga bilang merasa nyaman denganku itu artinya kita juga sahabatkan" ucap Reno kembali mengingatkan Vanya.
Wajah Vanya memerah karena merasa malu. Gadis itu berpikir wajah Reno merona karena dia menyukainya. Tapi ternyata dia kegeeran. Hati Vanya menjadi sedih saat mengetahui Reno hanya menganggap dia sahabat. Entah mengapa Vanya ingin Reno menganggap dia lebih dari sahabat. Sementara Reno juga merasa sedih karena tidak berani mengatakan kepada Vanya bahwa sebenarnya dia ingin menjadi orang spesial di hati Vanya sama seperti Vanya yang telah menjadi spesial di hatinya. Bintang mulai bermunculan. Begitu banyak dan cantik. Hati Vanya dan Reno seketika bahagia. Vanya dengan cepat berdiri dan melompat kegirangan melihat bintang sebanyak itu lalu di susul oleh Reno. Reno menatap wajah Vanya yang begitu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Heart
RomansaReno. Dia pria yang tidak bisa keluar menatap Indahnya ciptaan Tuhan, lebih tepatnya dirinya trauma. Selama 13 tahun dia hanya memiliki pak Daniel dan Bu Asri. "Sejak melihatmu pertama kali, hatikupun bergetar" "Tidak. Bahkan sebelum aku melihatmu...