12

50 9 1
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tibalah hari keberangkatan Reno dan Vanya.
Gadis yang bernama Revanya itu pergi ke sekolah dengan ringan kaki. Sementara Reno melangkahkan kaki dengan ragu-ragu. Ditatapnya bukit yang selalu ia lewati itu dan menyempatkan diri berbaring di dahan besar sembari mengucap kata perpisahan dan doa restu. Di sungai yang arusnya sedang bersahabat pria tersebut membasuh wajah kemudian memberangkatkan kapal kertas yang sudah digoresi dengan pena.

Hanyutlah.

Berlayarlah mengikuti arus.

Biar goresan pena ini luntur.

Karena semua yang tertulis di sana

Hanya rasa takutku terhadap dunia

Begitulah kalimat yang diucapkan Reno sambil menatap keberangkatan kapal kertas tersebut. Dengan begitu, melangkahlah Reno dengan langkah yang lebih percaya diri.

Sampailah Reno di sekolahnya. Reza yang sejak tadi menunggu kedatangan Reno segera membukakan pintu depan dan memandang Reno dengan senyum lebar. Reno tidak lagi heran karena ayahnya bilang dia akan ditemani oleh Reza. Tentu pria tampan itu merasa sedih karena harus terus diawasi seperti orang bodoh yang tidak bisa apa-apa. Namun Reno hanya berbesar hati karena dia juga sadar akan kelemahannya. Namun semua itu tidak menjadi masalah utama bagi Reno. Demi gadis yang bernama Vanya itu Reno berjuang keras untuk mengikis habis rasa traumanya yang telah dipelihara selama 13 tahun.

Perjalanan menuju luar kota memakan waktu sekitar 4 jam. Selama perjalanan Reno tidak membuka mata. Ia hanya memejamkan mata sambil memakai earphone di telinganya. Tertidurkah atau hanya berusaha tidak melihat jalanan atau terlalu menikmati musik ?.
Di suatu titik mobil berwarna biru itu berhenti. Reno perlahan membuka mata. Dipandangnya sekeliling. Mata indah Reno menatap tajam pada satu arah seperti sedang melihat hal yang membuatnya terheran. Ternyata mata itu melihat ke arah Dira dan Vanya yang sedang berbincang dengan cerianya.

"Tidak mau turun?" Tanya Reza yang menyadarkan Reno dari keheranan

Reno menarik ranselnya dan melangkah menuju keberadaan Dira dan Vanya. Dira mengernyitkan kening dan menggerutu tak jelas. Baru saja Reno sampai di hadapan guru muda tersebut namun telinganya ditarik oleh Dira.

Reno menjerit kecil "Akhh.. Apa, Bu?"

Dengan tatapan tajam "Apa katamu? Anak ini sok tak bersalah. Mau aku apakan dia Vanya?" Tanya Dira yang entah sejak kapan terlihat akrab dengan gadis cantik itu.

"Enaknya sih di kurung di gudang, Bu" Jawab Vanya dengan mencubit manis pipi Reno yang seketika merah membara.

"Eh, pipinya merona tuh" goda Dira dengan senyum jahat di bibirnya yang membuat Reno semakin berada dalam posisi malu.

Lonely Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang