22

62 5 1
                                    

Sampailah mereka di suatu tempat tinggi. Dari situ mereka dapat melihat hamparan bintang yang luas. Vanya terlihat gembira dan hujan sudah berhenti setengah jam lalu sebelum mereka sampai.
"Jauh-jauh cuma mau lihat bintang"
Reno tak menghiraukan perkataan Vanya dan masih tersenyum sambil menengadah ke atas.
"Dari bukit dekat rumah kita juga bisa lihat, kan. Kenapa harus jauh-jauh kesini? Malah hujan-hujanan lagi."

Reno menatap Vanya "bukan bintang yang ingin aku perlihatkan". Vanya hanya memandang heran.

"Jalanlah ke depan sedikit lagi dan lihat ada apa di bawah" Timpal Reno

Vanya mengikut saja perintah Reno sambil bergumam pelan "yah, tentu saja ada air. Kitakan sedang berdiri di jembatan. Apasih maunya?" Gumamnya sambil berjalan asal.

Sebelum melihat ke bawah, Vanya memutar kepala dan memandang Reno. Reno tersenyum. Vanya kembali memutar kepala dan melihat ke bawah. Bibir yang tadi berceloteh kini terasa dibungkam oleh indahnya pemandangan malam yang ia lihat. Seakan mata gadis itu melihat laut, bintang dan bulan secara bersamaan. Ya, semua yang ada di langit saat itu tertangkap oleh laut biru yang cukup jauh di bawah jembatan.
Bukan hanya itu, gelombang air juga seakan menari menyambutnya.
"Ini sangat indah" teriak Vanya.

Reno berjalan ke samping Vanya "Ini malam terakhir kita"
Vanya tertunduk diam.
Reno merangkulnya "Jangan bersedih, sebulan setelah ini kita akan bertemu kembali"

^^^


Daniel terlihat panik di depan pintu. Sementara Asri berdiri di belakang gerbang menanti kepulangan Reno dan Vanya. Mata Asri melotot ketika melihat mereka pulang.
"Tuan, mereka pulang!" Teriak Asri

Segera Asri membukakan gerbang "Dari mana saja kalian hujan-hujanan? Ya ampun cepat ganti baju nanti sakit !"

Daniel menggaruk kepala "Akh, sejak kapan kamu berani membawa anak perawan sampai selarut ini?" Ucap Daniel.

Reno tertawa kecil "Jadi, kalau bukan anak perawan, aku boleh membawanya sampai larut ?" Jawabnya bergurau.

"Sudahlah. Cepat mandi dan turun untuk makan malam" ucap Asri.

^^^


Vanya sedang memakai sepatu dan Reno tiba-tiba muncul lalu mengikatkan talinya untuk Vanya. Gadis itu hanya terdiam.
"Cepat, aku yang antar" ucap Reno kemudian berlalu ke luar.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, Reno memegang tangan Vanya "Aku akan pergi hari ini. Kuharap kita akan sering komunikasi. Kamu jangan khawatir, aku pasti berlatih dengan baik agar lepas dari rantai yang membelengguku selama ini. Saat itu terjadi, aku akan menagih jawabanmu karena kamu belum memberi jawaban apapun atas perasaanku. Selamat belajar Vanya dan sampai jumpa" Ucapnya lalu melepas tangan Vanya.

Sebelum ditelan oleh gerbang, Vanya memandang Reno dengan senyum "Sampai jumpa Reno"

Reno tersenyum lalu tertunduk sedih setelah Vanya benar-benar ditelan oleh gerbang.

^^^


"Jaga kesehatan, nak!"

"Ia ayah" Reno mendekati Asri "Bu, Reno pamit. Tolong bilangin ke Vanya, ya" ucapnya sambil mencium tangan pengasuhnya tersebut.
Dia melangkah ke dalam taksi yang sudah menunggu di depan gerbang. Sepanjang jalan, Reno hanya terdiam sambil mengingat kenangannya bersama Vanya. Hatinya begitu berat meninggalkan gadis cantik itu.
Sementara di sekolahan, Vanya berusaha fokus pada materi pembelajaran namun tidak bisa. Fokusnya terpecah saat mengingat Reno dan batinnya mulai gelisah.
Ia bangkit dari kursi "Pak, saya permisi ke toilet"
Saat berjalan di lorong, ia melihat Vian yang juga sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Dia tersentak dan cepat-cepat membalikkan arah langkahnya namun yang ia ingin hindari malah berlari mengejarnya "Vanya!" Teriak Vian memanggil.

Lonely Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang