19

31 6 0
                                    

I hope y'all like my story
And don't forget to give a 🌟
Happy Reading ❤️



💃💃💃

"Oi Vian, bawa yang aku pesan?" Tanya Loi sambil melambai tangan

Vian mengangkat kantong plastik sambil tersenyum kecil. Sesampainya di posisi, ia langsung meneguk mocktail milik Loi.

"Hai kak Vian" sapa Pinkan Yo

Vian mengalihkan wajahnya ke Yo "Hai"

"Nya, kenal kak Vian kan?" Tanya Vina sambil menyenggol manis lengan Vanya. "Masih naksir dia?" Bisik Vina kemudian.

Vian melirik Vanya lalu menyeringai.
Mereka terus membanggakan prestasi Vian saat SMP. Tak lama kemudian Divan, Raina dan teman-temannya masuk dan duduk bersama mereka. Suasana semakin hangat ketika Marwah dan Loi mulai melontarkan gombalan-gombalan maut. Raina dan Divan mulai saling menggoda. Yo dan Vina mulai bertengkar manja beradu argumen tentang kriteria cowok sexy. Jeni yang selalu memuji style pakaian FS~sebutan untuk geng Raina~. Sementara Vanya dan Vian hanya duduk dan sesekali menertawai tingkah lucu teman-temannya. Merasa sedikit bosan dengan pembicaraan, Vian akhirnya menawarkan Vanya untuk keluar.

"Aku keluar sebentar, mau ikut?" Tawar Vian pada Vanya.

"Eh, tidak usah kak. Saya di sini saja"

"Yakin? Kamu terlihat kurang nyaman dengan obrolan mereka."

Sekejap Vanya tertunduk 'benar. Ini sangat membosankan. Rasanya tidak masalah jika aku keluar sebentar' batinnya.

"Baiklah, kak. Saya ikut kakak" ucap Vanya sambil tetap tertunduk.

Vanya kaget ketika sebuah tangan terbuka dijulurkan di hadapan wajah yang masih tertunduk itu. Vanya mengangkat kepalanya dan memandang heran Vian.

"Kok bengong? Ayo ! Katanya mau ikut" ucap Vian .

Vanya akhirnya meletakkan tangan kirinya ke atas tangan Vian. Mereka melangkah ke luar dengan perasaan canggung di dada Vanya.
Gadis itu ingin lebih lama berpegangan tangan dengan Vian. Namun mata-mata kerap melirik ke arah mereka sambil berbisik-bisik. Vanya tak enak dengan bisikin orang-orang yang mengatakan mereka sangat serasi. Ada juga yang mengatakan mereka pasangan yang sempurna. Prianya tampan dan rapi sedangkan wanitanya cantik dan juga sexy. Karena perasaan tak nyaman itu, Vanya menarik tangannya secara tiba-tiba yang membuat Vian sedikit kaget.

"Maaf, kak. Orang-orang lihatin kita. Saya tidak mau ada salah paham nantinya"

"Hahahahah" tawa lepas dan puas keluar dari bibir Vian.

"Kenapa tertawa?"

"Kamu polos banget ya. Oh iya, kalau sama aku kamu gak perlu canggung gitu"

"Eh, tidak kok. Saya tidak canggung, kak"

Vian setengah berjongkok dan menatap wajah Vanya yang lagi-lagi tertunduk saat itu "hmmm. Iya kok kamu canggung sama aku" ucapnya lalu berdiri kembali.

"Sok tahu" ucap Vanya sedikit kesal.

"Emang aku tau"

"Tau dari mana?"

"Dari tingkah dan bahasamu"

"Eh"

"Tingkahmu itu terlalu kaku. Bahasamu yang selalu memakai kata 'saya' menggantikan kata 'aku' juga membuktikan kamu tidak nyaman denganku. Yah, intinya tingkah dan bahasamu terlalu kaku. Coba, deh lebih santai denganku" Ujar Vian sambil terus berjalan di sekitar cafe.

'ia sih. Aku canggung banget. Terlebih lagi aku memang pakai kata 'saya' karena merasa kak Vian itu orang yg patut di segani. Mmm, mungkin aku coba lebih santai biar suasananya juga lebih enak' batin Vanya

Lonely Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang