Pagi itu hujan begitu deras, dari balik kaca Reno memandang air-air yang berjatuhan dari langit. Reno menjulurkan kedua tangannya dari jendela berusaha menggapai hujan yang kian deras. Tangan Reno hanya mampu mencapai hujan sebatas ujung jari saja. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
"Bibi tahu tidak, sebelum kecelakaan dulu aku sangat suka memandangi hujan seperti ini lalu ibu bilang aku harus mencoba menari di bawah hujan. Tapi aku menolaknya karena air hujan begitu dingin rasanya sampai menembus tulang. Sekarang aku menyesal tidak mencobanya. Aku tidak tahu rasanya menari di bawah hujan seperti yang ibu lakukan sewaktu kecil"
Lalu seseorang melemparkan seragam sekolah kepadanya. Saat ia menoleh ke belakang, ia terkejut ternyata itu adalah pak Daniel. Wajah Reno seketika memerah sepertinya ia malu merengek kepada seorang tentara ditambah dia adalah anak laki-laki. Tapi pak Daniel tak terlalu mempermasalahkan sikapnya karena ayahnya sangat paham bagaimana kondisi anaknya.
"Ayah, kapan ayah pulang, dan sejak kapan ayah di sini. Bagaimana keadaan ayah aku sangat mencemaskan keadaan ayah karena lama tak memberi kabar. Ayah baik-baik saja kan. Lain kali sesibuk apapun ayah, tolong sempatkan memberi kabar, yah" komentar Reno terus menyerang bertubi-tubi.
"Hei, ada apa dengan anak ini. Bi Asri bilang kamu semakin diam sejak kemarin. Tapi apa yang ayah lihat sekarang kamu begitu banyak berbicara" balas pak Daniel sambil menyodorkan jaket kepada putranya itu.
"Sekarang cepat ganti bajumu. Kamu tidak ingin telat ke sekolah kan. Gunakan jaket itu untuk melindungimu dari dinginnya hujan" tambah pak Daniel.
"Ayah, hari ini aku ingin libur saja"
"Kenapa, kamukan sudah kelas 3. Seharusnya kamu lebih giat belajar"
"Tapi ayah jarang berada di rumah, sekarang saat ayah ada di sini, aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan ayah karena aku tak tahu apakah setelah ini kita masih akan bertemu dalam keadaan yang baik-baik saja" Reno tertunduk dan menggenggam erat seragam yang sedang ia pegang.
Pak Daniel ikut tertunduk. Tak lama kemudian pak Daniel mendekati Reno dan menepuk pundaknya beberapa kali lalu pergi meninggalkan Reno. Reno begitu kecewa karena ayahnya tak mengatakan apapun tentang kekhawatirannya. Bu Asri memanggil Reno untuk segera sarapan. Di meja makan suasananya sangat hening. Pak Daniel, Bu Asri dan Reno hanya berdiam diri sambil menyantap makanan. Hingga Vanya hadir dan menghangatkan suasana yang melebihi dinginnya hujan.
"Wahhh, ibu tidak membanguniku ya. Bagaimana jika aku telat ke sekolah. Bisa-bisa guru BK ku yang killer menganiayaku itukan tidak baik untuk reputasi ku sebagai siswa yang teladan". Ucap Vanya sambil mengucek-ngucek matanya.
Setelah sadar betul, Vanya melihat sekitarnya dan heran akan keberadaan lelaki berbadan kekar yang tengah duduk di meja makan bersama ibunya dan Reno."Hmm, siapa laki-laki hitam yang tingginya seperti jerapah ini Bu?" Tanya Vanya sembari menunjuk pria itu dengan jari tengahnya.
"Ah, anak ini. Maaf Tuan Daniel, dia sedikit kurang waras" dengan senyuman kecil di bibir wanita yang bernama Asri itu.
"OMG.... Jadi pria tampan dan kekar ini pak Daniel ya, ayahnya Reno kan?" Ucap Vanya dengan senyum lebar.
"Wah wah, ini pasti Revanya putri Bu Asri" balas pak Daniel.
"Benar, pak. Bagaimana? saya pasti lebih cantik dari bayangan Anda kan, iya kan ?"
"Hahahahah, kamu lebih imut dari bayangan saya. Oh iya, tadi kamu bilang saya hitam dan seperti jerapah kan. Lalu kemudian kamu bilang saya tampan juga kekar. Kamu sepertinya pandai bersilat lidah ya. Hahahahahhahah"
Raut wajah yang lama tak dilihat oleh Reno sekarang bisa ia lihat kembali. Reno cemburu karena ayahnya tak banyak bicara dengannya. Namun mengapa ayahnya begitu lepas bergurau dengan Vanya yang baru ia temui? Ini tak adil buat Reno. Reno merasa tak mampu bercanda begitu lepas dengan ayahnya seperti sekarang ini. Reno juga tak pernah membuat ayahnya tertawa sampai begitu terlihat bahagia. Situasi ini membuat Reno semakin merasa kesepian karena ia tak dapat bergabung dengan pembicaraan pak Daniel juga Vanya. Bu Asri sepertinya menyadari ketidaknyamanan Reno namun tak dapat berbuat banyak.
Tiba-tiba Reno bangkit dari kursinya dan meninggalkan meja makan meskipun makanannya belum habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Heart
RomanceReno. Dia pria yang tidak bisa keluar menatap Indahnya ciptaan Tuhan, lebih tepatnya dirinya trauma. Selama 13 tahun dia hanya memiliki pak Daniel dan Bu Asri. "Sejak melihatmu pertama kali, hatikupun bergetar" "Tidak. Bahkan sebelum aku melihatmu...