"kyaaaa" teriak Vanya
Erio dan Reno berlari menghampirinya.
Reno memandang pada wanita paruh baya yang merangkul lututnya. Dipeluknya Vanya "Tenanglah" ucapnya pada Vanya.
Erio mendekat pada wanita paruh baya itu. Sesaat diliriknya Vanya yang sangat ketakutan " Sebaiknya kamu keluar" serunya pada Vanya.
Perlahan Vanya melangkah mundur kemudian berlari ke luar. Saat kakinya sampai di luar, seluruh mata memandang panik pada Vanya yang terlihat sangat ketakutan. Keempat teman sekamarnya menghampiri. Naya yang menyadari ketakutan luar biasa di wajah teman barunya itu langsung memeluk Vanya dan berusaha menenangkannya.
Dengan tubuh lebih pendek, simungil menatap ke atas melihat wajah Vanya "Ada apa?" Tanyanya.
Vanya hanya terdiam.
"Sudah tenangkan dirimu. Nih, minum dulu" ucap Jihan sambil menyodorkan segelas air putih hangat.
Beberapa menit kemudian Erio dan tim penuntun keluar membawa wanita paruh baya yang terlihat pasrah diperlakukan seperti orang jahat. Sementara Reno menggendong gadis yang berlumuran darah yang disebut-sebut sebagai Kinara.
Vanya dan empat teman sekamarnya mengikuti Erio dan tim menuju aula. Sementara Reno membawa Kinara ke UKS dan segera menyusul ke aula. Akibat lokasi peserta dengan lokasi ketua, penanggung jawab acara dan guru pendamping yang berjauhan maka berita buruk pagi itu belum terdengar ke pihak penyelenggara utama. Erio dan tim yang juga sibuk lupa memberi kabar kepada profesor.Mata Vanya menatap kepada Reno yang dipenuhi dengan noda darah Kinara. Segera gadis itu melangkah mendekat pada Reno "Bagaimana Kinara?" Tanyanya.
"Syukurlah tidak terlalu serius. Tangannya tersayat pisau selain itu tidak ada yang terluka" ucap Reno
"Hanya tangan? Tapi darah terlalu banyak jika yang terluka itu hanya tangan" ujar Vanya merasa bingung
"Handukmu diambil salah seorang pengurus UKS dan kata mereka itu berbeda dengan darah milik Kinara. Mereka bilang kemungkinan darah dihandukmu itu bukan milik Kinara. Tapi info itu masih belum akurat karena peralatan yang terbatas. Aku juga tidak mengerti" jawab Reno
Vanya segera berlari menuju wanita paruh baya yang sudah diikat di sebuah tiang. Perlahan gadis itu mengecek setiap tubuh wanita itu namun anehnya tak menemukan bekas luka.
Vanya melotot ' Bukan hanya darah Kinara tapi ada darah lain dan ibu ini tidak terluka sama sekali. Apa ada korban lain?' tanya Vanya dalam hati.
"Hei, menurutmu bagaimana darah ada di handukmu?" Tanya Erio pada Vanya
"Ntahlah. Tapi.." Omongan Vanya terputus ketika beberapa orang memasuki aula dan bertanya dengan panik. Semua melihat pada arah suara itu dan ternyata pak Gun sebagai ketua acara dan profesor sebagai penanggung jawab utama acara serta guru pendamping sedang berlari tergesa-gesa ke arah mereka.
"Apa yang terjadi, bukankah seharusnya seluruh peserta sudah berbaris di depan aula. Namun mengapa semua terlihat gelisa bahkan ada yang menangis?" Tanya pak Gun.
Erio mendekat dan menceritakan detail permasalahan itu.
Dira melihat ke arah wanita paruh baya yang terikat "Diakan guru pendamping SMA JJ. Kenapa diikat?" Tanya Dira heran
"Bukan" teriak Alexa, salah satu teman sekamar Vanya
"Hari pertama, saat baru saja meletakkan kaki di gedung ini, aku sempat bertabrakan dengan seorang guru yang mengatakan dia guru pendamping dari SMA JJ namun bukan wanita itu" timpal Alexa
"Di mana peserta yang terluka itu?" Tanya profesor
Edo sebagai wakil Erio menemani profesor menuju UKS untuk bertemu dengan Kinara.
Sejam kemudian mereka kembali ke aula dengan kabar menghebohkan."Dengar" teriak profesor sambil berlari bersama Edo
"Saya sudah mengecek darah di handuk pink itu. Itu bukan darah milik Kinara dan seperti yang Edo katakan ibu itu juga tidak terluka. Artinya masih ada korban selain Kinara yang terluka cukup parah hingga mengeluarkan darah sebanyak itu. Sekarang menyebarlah. Segera temukan korban lainnya sebelum terlambat." Perintah profesor.
Sebelum profesor kembali ke aula, ternyata Vanya sudah terlebih dulu mencari korban.
'darah itu berada di handukku kan. Aku baru saja menjemur handukku dan kemudian darah sudah memenuhi handuk itu. Dia terluka parah dan tidak mungkin dapat bergerak aktif. Kemungkinan dia masih berada di kamarku. Mungkin dia masuk diam-diam untuk menyelamatkan diri dari ibu itu dan menyeka darahnya dengan handukku. Tapi aku tidak mengerti kenapa handuk itu terjemur rapi setelah dipenuhi darah. Aku harus ke kamar' batin Vanya
Peserta lain yang merasa takut sudah sejak tadi meninggalkan lokasi hingga area kamar putri benar-benar sepi dan kosong. Vanya sempat berpikir memanggil yang lainnya karena merasa takut namun jika kebanyakan orang akan membuat suara berisik dan memungkinkan korban merasa terancam hingga melarikan diri. Itulah pikiran Vanya hingga dia memutuskan untuk mengecek kamarnya seorang diri.
Perlahan gadis itu membuka pintu kamar dan melangkah masuk dengan penuh kepanikan.
Tak ada siapapun di kamar itu kecuali jejak kaki dengan darah yang menuju toilet di dalam kamar.
Tanpa suara Vanya mendekat dan membuka pintu dengan cepat. Tak ada siapapun di dalam dan tidak ada jejak apapun yang tertinggal. Ketika ingin membalikkan badan, mata Vanya menangkap sosok yang bersembunyi di balik tirai yang berada di dalam toilet. Toilet di kamar itu memiliki jendela yang menembus ke pasar besar. Di seberang pasar besar itu terdapat gedung tua yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan di belakang gedung itulah kamar pak Gun, profesor dan semua guru pendamping ditempatkan.Vanya dengan cepat membekap mulutnya sendiri menahan teriakannya agar orang dibelakang tirai itu tidak menyangka dia telah diketahui. Vanya melihat ke arah kaki orang itu dan darah terus mengucur. Sebenarnya Vanya ingin membantu orang itu karena berpikir dia adalah korban namun Vanya melihat ujung pisau yang tidak ikut bersembunyi sedang dipegang oleh orang tersebut seketika Vanya berubah pikiran dan menyangka dia adalah si pelaku.
Perlahan Vanya keluar dari kamar itu dan berlari kembali ke aula. Di pertengahan jalan dia menabrak Reno hingga tersungkur.Reno menjongkok menyesuaikan posisi dengan Vanya yang terjatuh "Ada apa?" Tanya Reno
Vanya menceritakan yang ia lihat dan pikirkan. Erio dan Edo yang kebetulan lewat dekat mereka segera menghampiri mereka dan juga mendengarkan cerita Vanya.
Mereka berlari menuju kamar dan mengambil alat untuk melindungi diri. Saat memasuki toilet, orang yang bersembunyi di balik tirai telah tersungkur tak berdaya. Pisau yang tadinya ia genggam kini telah terlepas. Reno, Erio, dan Edo membopong orang tersebut yang ternyata adalah seorang pria paruh baya. Mereka membawa ke aula sebelum akhirnya di larikan ke rumah sakit dengan bantuan mobil Reza.Thank you .
Vote, comment and see you ✋
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Heart
RomanceReno. Dia pria yang tidak bisa keluar menatap Indahnya ciptaan Tuhan, lebih tepatnya dirinya trauma. Selama 13 tahun dia hanya memiliki pak Daniel dan Bu Asri. "Sejak melihatmu pertama kali, hatikupun bergetar" "Tidak. Bahkan sebelum aku melihatmu...