10

57 10 0
                                    


"Pak, kita ke taman Z ya !" Seru Vanya pada pak Reza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pak, kita ke taman Z ya !" Seru Vanya pada pak Reza.

Selama di mobil Reno dan Vanya hanya melihat ke luar jendela secara berlawanan. Dua remaja itu masih terbayang kelakuan mereka di toilet tadi.

'Kok aku bisa nyaranin Reno mandi bareng sih ? Yah meskipun pakai tirai, tapikan itu terlalu ekstrim buat dua remaja yang sedang masa puber seperti kami. Trus dia juga langsung bilang iya tanpa mikir' pikir Vanya

'Aku gak bisa lupa dengan punggung gadis di sebelahku ini. Bagaimana jika tadi aku melakukan.., ah tidak-tidak. Aku terlalu mikirin hal yang aneh-aneh sampai buat lapar' pikir Reno.

Mereka terus melamun hingga pak Reza menghentikan mobil secara mendadak.

"Sudah sampai di taman Z mbak" ucap supir itu.

"Terima kasih pak, selanjutnya panggil saja kami dengan nama" ucap Vanya sambil membuka pintu mobil.

"Iya nak Vanya" balas Reza.

Reno dan Vanya mulai melangkah. Vanya kembali menuju mobil setelah Reno lumayan jauh dari posisi mobil.

"Eh, bapak tidak ikut kami ? Bukannya bapak juga sekarang menjadi bodyguard kami?" Tanya Vanya

"Tidak nak. Bapak hanya akan mengawasi perkembangan mental Reno" Jawab Reza sembari menunjukkan sebuah kartu kepada gadis itu.

"Kartu apa itu pak?"

Reza memberi kartu itu pada Vanya "Ini kartu pengenal saya. Seperti yang kamu lihat di situ, saya sebenarnya adalah psikiater. Saya dan Alency adalah sahabat ibu Reno, Emerry" jelas Reza pada Vanya yang terlihat ingin tahu lebih lagi.

"Begitu ya. Baiklah saya menyusul Reno dulu, mari pak" Ujar gadis cantik itu.

Reno dan Vanya duduk di sebuah kursi tepat di tengah taman Z. Reno yang sejak tadi kelaparan melirik ke cafe mini yang berada di ujung taman.

"Aku mau ke cafe itu. Mau ikut?" Tanya Reno dengan wajah sedikit pucat dan gugup.

Vanya menggeleng tanda menolak. Reno melangkahkan kaki menuju cafe mini tersebut seorang diri. Saat Reno sudah jauh, Vanya ingin menemui Reza dan bertanya lebih jauh. Gadis itu berdiri bersiap meninggalkan kursi. Belum sempat melangkah, matanya melihat sebungkus obat yang terletak di atas kursi tempat Reno duduk. Vanya tidak begitu yakin bahwa itu milik Reno namun gadis itu memutuskan untuk mengambilnya. Dilangkahkannya kaki jenjang miliknya itu dan mulai bergerak ke arah mobil.

"Pak, Reza" sapa gadis itu

Reza melirik ke arah suara itu "Ya"

"Saya ingin bicara dengan Bapak"

Mereka memilih berbicara di dalam mobil. Reza memulai percakapan yang menjelaskan alasan Daniel membuat keputusan seperti itu. Mulailah Reza bercerita. Reza mengatakan bahwa kemarin Daniel menemui Alency dan memintanya untuk menangani kasus Reno. Permintaan ini bermula ketika Reno tiba-tiba mengatakan bahwa dia tidak takut dengan jalan raya lagi hanya karena sudah melatih diri di pasar dekat sekolah. Bagi Daniel butuh waktu bertahun-tahun untuk memulihkan rasa bersalahnya. Namun bagaimana Reno dapat mengobati rasa takutnya hanya dalam seminggu? Pertanyaan itulah yang membuat Daniel menemui Alency. Namun Alency sedang sibuk-sibuknya. Bahkan waktu makannya sering terlambat karena pekerjaan yang sudah mencapai deadline. Namun Alency tidak mungkin membiarkan anak dari sahabatnya menderita. Oleh karena itu Alency menyarankan Reza untuk penanganan kasus Reno. Daniel yang menyetujui saran tersebut menghubungi Reza dan mengajak bertemu di cafe Expresso yang sekarang diurus oleh Divan dan ibunya. Sesampainya di cafe tersebut, Daniel menceritakan secara rinci tentang trauma anaknya mulai penyebab hingga Reno yang tiba-tiba berani ke dunia luar.

Lonely Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang