S. Aksi

3.2K 206 12
                                    

"Gue ga bakal ragu-ragu loh buat bunuh elu, apa lagi elu cewek. Duh, nangis dong!"

-Angkasa Altezza-

"Ganteng sih, tapi sakit jiwa, cuih!"

-Alya Khairunissa-

😨

Seperti dugaan Alya, Angkasa membawa Alya dan Dini ke sekolah. Sejauh ini dugaan-dugaan Alya benar, terlalu sering dibully membuat Alya setidaknya mengetahui apa yang dipikirkan si pembuli.

Alya melihat Dini yang mulai terlihat tenang, tidak lagi ketakutan seperti tadi. Alya menghela napas lega.

Alya mulai paham kenapa Angkasa bisa melakukan seenaknya. Mendengar cerita Dini, sekolah ini di bawah kekuasaan keluarga Arya, dan Angkasa sudah termasuk ke dalam keluarga Arya.

Ketika turun dari mobil, Alya dan Dini merasa dirinya sudah seperti tersangka yang akan dipenjara. Alya bisa melihat ada keluarga tirinya di situ, melihat dirinya dengan pandangan sinis, kecuali satu orang, kakak laki-lakinya -- Dion hanya menatapnya datar. Sama sekali tidak peduli.

Alya terkekeh dalam hati, pasti Dion dipaksa untuk ikut ke sini. Alya sangat tahu kalau kakaknya itu sangat tidak suka melihat hal tidak penting seperti ini, dia lebih suka menghabiskan waktunya seharian di kamar sambil bermain game atau tidur seharian.

"Jadi, kalian udah kenal sama dua orang ini, kan?"

Begitu sampai taman belakang sekolah. Angkasa langsung menarik tangan Alya dan Dini ke tengah-tengah agar semua orang bisa melihat keduanya. Alya melihat Dini dengan tatapan yang menyiratkan agar Dini tidak menundukkan kepalanya. Begitu mengerti, Dini langsung menegakkan kepalanya dan memandang semua orang dengan tatapan santai.

"Siapa yang benci sama mereka?" tanya Arya menatap satu per satu teman-temannya yang mulai mengangkat tangannya.

"Belva, lu mau balikan sama Angkasa?" Arya memanggil Belva untuk ikut bergabung di tengah-tengah bersama mereka.

Belva menganggukkan kepalanya semangat. Bagaimana pun, dia harus mendapatkan Angkasa kembali. Apapun caranya. Lagi pula kalau dia terlihat keren di sini, dia akan menjadi lebih populer lagi.

"Masih suka ngebully anak orang, ga?" Arya kembali bertanya kepada Belva.

"Masih dong, ngebully itu indah."

Arya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gih, mau lu apa bebas. Jangan sampai mati aja."

Belva tersenyum senang. Dia memanggil antek-anteknya untuk bergabung dengannya.

Arya menarik Angkasa ke pinggir. Membiarkan Belva dan antek-anteknya memulai aksi ini. Ya jika nanti Alya dan Dini mati, mungkin Arya yang harus dengan repot membereskannya, ah tetapi dengan begitu Arya jadi tidak punya tunangan lagi. Kalau begitu, mati saja.

Belva tersenyum miring. Dia menarik rambut Alya dengan kuat. Menendang tulang kering Alya sampai Alya terjatuh. Dini tidak bisa menolongnya, tangan Dini ditahan oleh antek-antek Belva.

Alya dan Dini sama-sama menggigit bibir mereka. Berusaha untuk sabar. Sebentar lagi.

"Harusnya Angkasa enggak mutusin gue kalau lu ga ada!" Belva menarik dan menampar Alya.

"Harusnya lu ga pernah datang!" Belva kembali menendang tulang kering Alya.

"Harusnya lu ga usah muncul di sini!" Belva menampar pipi kiri Alya sampai sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan darah.

"Harusnya.."

Ting!

Alya tersenyum miring. "Harusnya kamu jadi lebih baik dari saya!" Alya mengangkat wajahnya, menatap tajam Belva dan balas menendang tulang kering Belva.

Dini juga mulai memberontak dari tahanan antek-antek Belva dan terlepas. Dini dan Alya berdiri saling melindungi. Sama-sama menyunggingkan senyum manis.

"Lama banget, sakit nih tangan gue," keluh Dini.

Alya terkekeh, sambil mengusap darah di bibirnya, dia berkata, "Berisik. Kita enggak boleh balas kalau para guru masih di sini."

Hari ini guru-guru memang akan pergi keluar sekolah. Para guru akan melakukan rapat di luar sekolah.

Alya dan Dini mulai membalas. Para laki-laki juga mulai beraksi. Mereka menendang dan memukul. Sayangnya, Dini dan Alya bisa menahan dan membalas serangan mereka.

"Maaf aja nih ya, gue dari SD belajar bela diri, hehe," ujar Dini.

"Saya dari kecil sudah belajar bela diri, sih," sambung Alya sembari terkekeh.

Alya dan Dini benar-benar membuat kesal semua orang. Bahkan Angkasa sudah menggeram marah. Kedua orang ini benar-benar membuatnya repot.

Angkasa melangkahkan kakinya ke tempat Dini dan Alya. Ketika sampai, Angkasa menarik dagu Alya dan mengarahkannya tepat ke wajahnya. Menatap Alya tajam, berharap kalau Alya akan takut dan segera memohon maaf darinya. Sayangnya, Alya membalas tatapan Angkasa dan tersenyum.

"Hai, pacar!"

Menyebalkan.

Angkasa mendorong Alya dengan kuat sampai Alya terjatuh. Kemudian dia menarik paksa tangan Alya agar Alya segera bangkit. Ketika Alya bangkit, Angkasa langsung mendorongnya kembali. Begitu seterusnya sampai ketika akan mendorong Alya kembali, Alya menendang bagian sensitif Angkasa.

Saat itu, Alya terlihat semakin menyebalkan di matanya.

😨Angkasa😨

TRIPEL KILL😠

Hm.

Yauda gini aja.
Byeeeee

>>>>

Angkasa ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang