"Bukan tentang masa lalu yang harus diratapi, tetapi tentang masa sekarang yang harus dijalani."
-Andini Maheswari-
😚
"Terus sekarang kita harus gimana?" Alya masih setia mengelus-elus Shiro yang sudah tertidur.
Dini memijit pelipisnya. Kepalanya terasa sangat berat, dia pusing dan rasanya ingin muntah.
"Dari yang gue tahu, si Angkasa itu bakalan nyari kita sampai dapat," ujar Dini.
"Hmm, dia bakal ngebunuh kita?"
Dini menggeleng. Dia akan mengelus Shiro tetapi tangannya dipukul dan diberi tatapan tajam dari sang majikan.
"Dia pinter, Ya'. Dia mempengaruhi orang-orang itu dan ya gue enggak tahu banget, yang gue tahu akhirnya tuh bunuh diri."
"Kejamnya." Alya menyandarkan tubuhnya dan menerawang jauh ke masa-masa kelamnya.
Dini menganggukkan kepalanya. "Dia memang kejam, sangat. Tapi dia enggak mungkin sendiri kan ngelakuin ini semua?"
"Hmm, dibantu sama Arya mungkin," jawab Alya tak bersemangat.
"Gue yakin banget ga cuma Arya yang ngebantu. Dari dulu gue bingung, kenapa pihak sekolah atau teman-teman yang lainlah enggak ada yang curiga sedikit pun ke Angkasa." Dini mengacak-acak rambutnya karena kesal.
Alya diam. Dia sedang berpikir keras. Pulang ke rumah juga tidak bisa, bisa-bisa dia langsung dikubur. Alya menjentikkan jarinya karena mengingat sesuatu. Dia langsung mengambil handphonenya dan mulai mengetikkan sesuatu dengan lincah.
Dini mengerutkan dahinya. "Ngapain lu?"
"Nanya ke abang."
Dini terkekeh. "Abang yang ngelihatin lu doang waktu lu disiksa?"
Alya menganggukkan kepalanya. "Dia baik."
"Baik pale lu!" Dini mendengus.
Alya mengabaikan Dini, dia masih sibuk mengutak-atik handphonenya. Sampai akhirnya dia seketika bangkit dari duduknya yang mengakibatkan Shiro terjatuh.
"Shiroo, maaf!" Alya mengabaikan Shiro yang sedang marah-marah dan akhirnya pergi. Alya menatap Dini dengan senyum lebar.
"Apaan?" Dini menatap Alya malas.
"Saya punya rencana!"
😚😚😚
Angkasa melempar barang apapun yang ada di sekitarnya. Rumahnya saat ini sangat berantakan, pecahan kaca ada di sekelilingnya. Dia menggeram marah, melempar bantalan kursi ke foto besar yang ada di rumahnya.
Angkasa menatap seorang wanita dan laki-laki di dalam foto itu yang tengah tersenyum bahagia. Dia tersenyum sinis dan melempar foto keduanya dengan amarah. Dia melihat seorang anak laki-laki yang juga ikut tersenyum dengan memegang tangan wanita dan laki-laki itu.
Keluarga bahagia, eh?
Angkasa melangkahkan kakinya, mengambil foto keluarga itu dan melemparnya hingga hancur, lalu menginjaknya.
"Gimana, dapat?" tanya Angkasa pada seseorang yang baru saja sampai itu. Tanpa melihat siapa orangnya, Angkasa sudah tahu dia siapa.
"Dapat," ucap Arya sambil memijit pelipisnya. Kepalanya sakit melihat keadaan rumah sahabatnya ini.
Arya melihat yang sedang diinjak oleh Angkasa. Arya lalu mendengus. "Lu hancurin lagi?" tanya Arya jengkel.
Angkasa hanya mengangkat bahunya, tidak peduli. Dia lalu menjatuhkan bokongnya di sofa.
Arya menghela napasnya. Arya juga sedang malas untuk berdebat dengan Angkasa. Dia ikut menjatuhkan bokongnya di sebelah Angkasa. "Dia ketemu di rumahnya Dini," ucap Arya memulai percakapan.
Angkasa tersenyum sinis. "Cewek sialan itu menganggu banget kan?"
Arya hanya menganggukkan kepalanya. Andini Maheswari memang sangat menganggu. Jika dia tidak mengacau mungkin Angkasa tidak akan menghancurkan semuanya begini. Semuanya akan selesai lebih mudah, harusnya.
"Lu enggak bisa nyakitin Dini kan?" tanya Arya.
Angkasa menganggukkan kepalanya. Walaupun laki-laki bajingan, Angkasa juga menepati janjinya.
"Yaudah, kalau lu ga bisa, gue kan bisa."
Angkasa tersenyum lebar. Kenapa baru terpikirkan sekarang? Harusnya dari awal mereka melakukan ini. Menyingkirkan Dini tanpa harus mengingkari janji Angkasa dengan Yulia.
"Tambah pinter aja, beib!" Angkasa mengacak-acak rambut Arya.
Pipi Arya bersemu merah.
😚😚😚
Di sisi lain. Alya dan Dini sedang berbincang dengan serius. Mereka sedang merencanakan sesuatu, sesuatu yang harus bisa menyelamatkan hidup keduanya.
"Angkasa udah tahu tempat ini," ucap Alya serius.
Dini tidak terlihat kaget, dia menganggukkan kepalanya dengan santai. Dia juga tahu kalau tempat ini akan segera ditemukan.
"Kita lapor polisi aja?"
Dini berdecak. "Percuma, udah pernah gue coba."
Alya menghela napas lelah. Dia menggembungkan pipinya. Dia sedang berpikir.
"Katanya lu tadi punya rencana?"
"Punya sih... tapi saya enggak yakin," jawab Alya.
"Apaan emang?"
"Rencananya, kita tetap di sini sampai Angkasa datang," ujar Alya yang langsung membuat Dini ingin memukulnya.
"LU GILA?" teriak Dini. Dia sudah mencoba agar tidak teriak, ternyata masih sangat sulit untuk mengkontrol emosinya.
"Tenang dulu, saya belum selesai."
Dini mengelus dadanya. Sabar. Sabar. Sabar. Tahan. Tahan. Tahan.
"Yaudah lanjut."
Alya kembali melanjutkan rencananya. Sesekali Dini menanggapinya dengan menggetok kepala Alya, atau Dini bergumam kesal. Setelah Alya selesai mengutarakan rencananya, Dini menghela napas kasar.
"Rencana bego!" maki Dini.
"Bebas sih, kamu setuju enggak? Atau kamu punya rencana lain?"
Dini tidak menjawab. Dia beranjak dari duduknya dan mengintip ke arah luar. Benar kata Alya, sudah banyak yang mengawasi mereka. Terlalu sulit untuk keluar. Dini menghela napasnya.
"Yaudah, kita jalanin rencananya."
😚Angkasa😚
Ekekek. Maap typo😅
Enjoy!
Besok ujiann, belajar? Tidak perlu, otak q kan encer seperti Angkasa. ☺️ muehehe.
Sampaee jumpaaa😘
>>>>

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa ✓
Ficção Adolescente[Completed] Sebelumnya, Angkasa selalu peduli terhadap wanita dan menjadikan wanita itu makhluk nomor satu yang harus dilindungi dan disayangi. Tetapi karena satu hal, Angkasa menjadi lelaki yang sangat suka menyakiti hati wanita dan membuatnya mena...