9 - Ribut

2.3K 495 125
                                    

Tentu tidak mudah bagi Alvin untuk melupakan Isyana meskipun dia sendiri yang memutuskan hubungan mereka. Biar bagaimanapun, waktu yang dilalui oleh keduanya bisa dikatakan sangat lama. Tentu sudah banyak juga momen-momen indah yang dijalani bersama yang tak akan mudah dilupakan begitu saja.

Bukan hanya Isyana yang galau setelah berpisah dengan Alvin. Selewat, Alvin pun kadang menyesali keputusannya untuk berpisah. Dia menyayangkan kenapa hubungan yang sudah dirajut bertahun-tahun itu harus kandas begitu saja? Seandainya kemarin dia bisa menghadapinya dengan lebih bijaksana. Mungkin sekarang dia dan Isyana...

Ah, sudah. Lupakan.
Hati kecilnya berbisik bahwa keputusan Alvin tidak salah. Justru, Alvin akan terus terbebani kalau tetap bersama Isyana. Alvin tidak akan leluasa melakukan apapun. Buktinya, tiga minggu setelah berpisah dia merasa dirinya lebuh leluasa dan tenang tanpa gangguan dari Isyana.

Libur semester adalah waktu yang tepat untuk Alvin mengajak Bunda dan juga Yerim jalan-jalan. Kebetulan hari ini dia juga tidak ada pekerjaan di Nolabel. Jadi tidak ada salahnya kalau Alvin mengajak Bunda dan Yerim jalan-jalan ke Bandung. Sekalian nanti pulangnya mereka akan mampir ke Cimahi. Ke kediaman Kakak kandungnya Bunda Eni alias Papanya Windy.

Hari ini juga, Alvin akan menepati janjinya untuk membelikan tas sekolah baru buat Yerim. Sekaligus dengan alat-alat tulis dan seragam baru juga.

Kadang Alvin merasa sedih kalau Yerim minta dibelikan alat-alat sekolah. Kalau saja Ayah masih ada, mungkin anak itu akan pergi ke Bandung dengan Ayah. Sama seperti teman-temannya yang lain yang masih memiliki Ayah. Alvin juga selalu merasa sedih kalau dirinya menerima surat undangan rapat dari sekolah. Apalagi kalau Yerim sudah bilang; "Aa', temen Eneng rapatnya sama Ayahnya loh. Eneng mah sama Aa' aja ya. Gak papa lah, sekarang Aa' kan cowok satu-satunya di dunia ini yang sayang sama Eneng."

"Aa' putus ya sama Neng Syana?" Tanya Bunda tiba-tiba.

Alvin yang tengah menyetir kelihatannya agak kaget diberi pertanyaan seperti itu oleh Bunda. Buktinya, laju mobilnya tiba-tiba berubah. Sepertinya Alvin agak kurang nyaman dengan pertanyaan tersebut.

"Kata siapa, Bun?"

"Kemaren Bunda telponan sama Neng Syana. Dia bilang udah putus soalnya Aa' selingkuh."

Hah? Apa-apaan Isyana ini?

"Selingkuh sama siapa?"

"Sama temen Aa' yang di Setiabudi katanya. Namanya tuh siapa ya, Della atau Bella atau Mella gitu. Neng Syana bilang perempuannya udah Tante-Tante." Kata Bunda lagi.

"Bunda lebih percaya Aa' atau Syana?"

"Bunda percaya Aa', tapi Neng Syana juga gak mungkin bohong." Balas Bunda Eni.

Memang Isyana tidak bohong. Tapi mungkin dia salah paham.

Tapi, tunggu sebentar. Darimana Isyana tahu Bella?

"Enggak, Bun. Sumpah."

"Tapi Neng Syana bilang Aa' putusin dia karena Aa' udah punya yang baru. Aa' selingkuh." Bunda Eni memberi jeda sebentar, "oh, Aa' selingkuh sama Mbak Bella itu yaa?"

"Astagfirullah enggak, Bun. Aslian Aa' mah."

"Jangan gitu kalo jadi cowok, A'. Aa' kan punya adik cewek, gimana kalo Yerim yang digituin sama cowok?"

Mendengar kalimat Bunda barusan, yang ada di pikiran Alvin bukanlah Isyana. Melainkan Bella.

Dia tiba-tiba kepikiran bagaimana kalau Yerim ada di posisi Bella?

Dicium dan diraba-raba sembarangan oleh cowok yang bukan suaminya?

Alvin saja sebagai laki-laki sejujurnya akan berpikir lagi kalau kekasihnya bekas disentuh orang.

[3] Kim - kthxbjh (Lokal Ver) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang