16 - Status Baru

2.2K 408 64
                                    

Bella tidak pernah menyangka bahwa hubungannya dengan Alvin akan sampai pada hari ini. Hari minggu di pertengahan bulan September yang begitu cerah. Hari dimana Alvin akan mengucap kalimat ijab qabul dan menjadikan Bella istrinya.

Sejak ia mulai didandani, Bella tak hentinya merasa jantungnya lebih berdebar luar biasa. Berbagai perasaan berkecamuk di dalam pikirannya. Dia resah, apakah Alvin akan bisa mengucapkan kalimat ijab qabul dengan benar? Apakah dia akan menangis sesenggukan saat proses sungkem kepada orangtuanya? Apakah tamu yang diundang hari ini akan datang?

"Rileks aja Mbak Bella." Tegur si MUA, menyadari bahwa sejak tadi wajah Bella terus berkerut seperti ada yang dipikirkan.

"Hehehe, iya Kak." Balas Bella.

"Kalo mau akad memang suka begitu, Mbak. Banyak rasa takutnya. Tapi rileks aja, jangan dipikirin." Sarannya.

Bella menganggukan kepalanya.

Ketika dia sudah selesai didandani, jam menunjukkan pukul 7.50 yang artinya 10 menit lagi akad nikah akan dimulai.

Gadis itu terlihat sangat cantik dengan kebaya putih penuh payet yang membungkus tubuhnya. Rambutnya ditata dengan rapih. Make up nya membuat gadis itu tampak lebih menawan.

Ketika orang-orang memuji bahwa Bella terlihat sangat cantik, dia justru khawatir pada reaksi Alvin. Akankah Alvin juga memuji bahwa dia cantik? Atau pria itu merasa biasa saja karena sering melihat Bella berdandan?

"Mbak, keluarganya Mas Alvin udah dateng." Beritahu Destia, adik sepupu Bella.

Bella memanjatkan doa dalam hati. Meminta diberi kelancaran untuk semua yang akan terjadi di hari ini.

Begitu dibawa keluar dari ruangan tempatnya didandani, Bella merasa tangannya semakin mendingin. Tante Sarah semakin erat menggenggam tangan kanannya. Mencoba memberi kekuatan pada Bella yang ia yakini pasti merasa sangat grogi untuk melewati proses ijab qabul.

Bella duduk di samping Alvin. Pipinya merona merah karena melihat Alvin yang terlihat lebih tampan dengan rambut yang rapih dan pakaian yang senada dengannya. Berwarna putih juga.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Proses akad nikah dimulai. Beberapa kali Bella melirik ke arah Alvin yang entah kenapa terlihat lebih santai dibandingkan dirinya. Padahal, Alvin harus mengucap ijab qabul sementara dia hanya diam saja.

"Saya terima nikah dan kawinnya Sabella Irena Rizka binti Anwar Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Sah?"

"SAH."

"Alhamdulillah."

Bella ikut mengucap syukur dalam hati. Dia merasa lega karena Alvin bisa mengucapkan kalimat tersebut dalam satu kali tarikan nafas dan tanpa pengulangan. Pria itu mengucapkannya dengan lancar, padahal sejak seminggu yang lalu Bella selalu khawatir dan ragu kalau Alvin bisa mengucapkannya tanpa pengulangan.

Mereka berdua dipersilahkan untuk memasangkan cincin di jari manis masing-masing, menandatangani buku nikah, dan yang terakhir Alvin dipersilahkan untuk mencium kening Bella dan Bella mencium punggung tangan Alvin.

Seperti mimpi, Bella kini sudah resmi menjadi istri Alvin. Yang artinya tanggung jawab terhadap Bella sudah berpindah ke tangan Alvin. Sekarang, Alvin adalah seorang suami dan imam untuk istri serta anak-anak mereka kelak.

Tiba saatnya mereka harus sungkem pada orang tua, Bunda Eni menangis sesenggukan seraya memeluk anak sulungnya. Dia masih tidak percaya bahwa Alvin sudah menikah. Rasanya baru kemarin Bunda Eni melahirkan anak laki-laki itu, menyekolahkannya, memarahinya karena pernah mencabut tanaman mawar milik Bunda, melihatnya menangis karena kehilangan Ayahnya, dan melihatnya berjuang habis-habisan untuk bekerja demi Bunda dan Yerim.

[3] Kim - kthxbjh (Lokal Ver) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang