20. Suami Baik

1.9K 413 55
                                    


"Vin... Alvin..."

Seperti sudah diberi alarm berbahaya, Alvin langsung terbangun di setiap tengah malam kalau dia mendengar suara halus dari mulut sang istri yang memanggil namanya.

Alvin sudah berjanji bahwa dia akan menjadi suami yang siap dan siaga, makanya dia akan langsung terbangun kalau Bella memanggil dan mengguncang bahunya di pertengahan malam.

"Kenapa, Sayang?" Tanya Alvin.

Dia sudah berfirasat buruk bahwa kali ini istrinya itu tengah menginginkan sesuatu. Mungkin memang Bella sedang masa-masanya ngidam. Sejak kemarin selalu saja ada yang dia inginkan.

"Pengen pecel ayam boleh nggak?" Tanya Bella setengah ragu.

"Pecel ayam dimana, Sayang?"

"Aku juga gak tahu. Tapi coba cari ke bawah, siapa tahu ada deket-deket sini." Kata Bella.

Alvin berdecak. Dia mengantuk sekali karena baru pulang memotret di studio pada pukul 9 malam. Dan baru beberapa jam terlelap dia harus bangun lagi karena sang istri yang ingin dibelikan pecel ayam.

"Gak mau ya? Ya udah gak papa, besok lagi aja."

Walaupun nada suaranya terdengar sangat kecewa, tapi Bella tetap memberikan senyum tipis lalu mengelus lembut kepala Alvin. "Kamu pasti capek. Maafin aku ya pengin yang aneh-aneh."

Bella kemudian mengelus perutnya, "besok lagi ya Dek, Papa-nya capek pulang kerja."

Melihat istrinya seperti itu, mana tega Alvin diam-diam saja. Pria tampan itu memutuskan untuk bangun dan mengambil jaket dari belakang pintu kamar Bella yang sekarang menjadi kamarnya juga. Tak lupa, Alvin menyisir rambutnya asal dan mengambil dompet di atas meja rias.

"Sebentar ya. Aku cari dulu ke bawah. Mudah-mudahan ada." 

Alvin mencium kening beserta puncak kepala istrinya sebelum dia berlalu keluar dari unit tempat tinggalnya dan turun ke bawah untuk mencari apa yang diinginkan oleh sang istri.

Pria itu memutuskan untuk berjalan kaki. Kalau dia tidak salah, waktu itu dia pernah melihat tukang pecel ayam tak jauh dari apartemen mereka. Semoga saja benar.

Bella sebenarnya bukan tipe perempuan yang akan rewel dan menangis meraung-raung kalau keinginan ngidamnya belum bisa terpenuhi. Contohnya, tiga hari yang lalu dia ingin makan Dodongkal karena melihat instastory salah satu teman kuliahnya. Alvin yang saat itu tengah sibuk ngedit video pun sempat kewalahan dan tidak tahu harus membeli Dodongkal kemana. Masalahnya, sudah jarang sekali dia melihat ada penjual Dodongkal atau yang lebih dikenal dengan nama Awug kalau di Bandung.

"Ya udah gak papa. Besok lagi aja." Kata Bella waktu itu.

Melihat betapa sabarnya sang istri dan betapa dia tidak ingin melihat dirinya repot, Alvin berusaha lebih baik lagi agar semua keinginan Bella bisa terpenuhi. Termasuk kali ini. Dia rela berjalan kaki agak jauh dan untungnya dia menemukan apa yang dia cari.

"Kang aya keneh?" (Kang masih ada?)

"Aya A. Bade sabaraha?" (Ada A. Mau berapa?)

"2 porsi nya Kang. Dada sadayana." (2 porsi ya Kang. Dada semua)

Selagi menunggu pesanannya selesai, Alvin menuangkan teh hangat dari dalam teko ke dalam gelas lalu duduk sambil memainkan ponsel. Dia tengah membuka grup Nolabel yang masih saja ramai karena ribut menentukan siapa yang besok harus ke Gedebage untuk mengantar album foto pernikahan yang sudah selesai cetak tadi sore.

Ya ampun, walaupun dirinya merupakan member yang paling muda, entah kenapa Alvin merasa bahwa dia bisa lebih dewasa dibanding mereka. Apalagi Oji dan Ilham. Tidak ada dewasa-dewasanya sama sekali. Masih saja selalu ribut masalah perempuan dan tidak memikirkan usia mereka yang sudah matang untuk serius dan menikahi seseorang.

[3] Kim - kthxbjh (Lokal Ver) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang