Alvin & Yerim

1.6K 335 53
                                    

Kalo kalian mau, silahkan puter lagu 4 o'clock dari playlist kalian.
Selamat membaca.

****

"Eneeeng, kamu mah anak pulung juga. Pergi gih dari rumah Aa."

Alvin selalu ingat bahwa ketika kecil dulu, dia sangat senang mencandai Yerim sampai bocah itu menangis sesenggukan. Setelahnya, dia akan dimarahi oleh Ayah dan dihukum untuk membantu Bunda menyiram tanaman di halaman depan.

Kenangan indah antara sepasang kakak beradik itu terus berputar di pikiran Alvin Ghiffari. Tiba-tiba saja, dia merasa tolol dan bodoh sekali. Lebih dari itu, dia biadab dan brengsek. Dia tidak lagi pantas disebut sebagai seorang kakak yang baik untuk Gita Yerima atau yang lebih akrab disapa Yerim.

Dulu, Yerim kecil sangat suka makan es krim dan permen. Hal itu membuat dia kehilangan beberapa giginya dan mengharuskannya selalu kontrol rutin ke dokter gigi. Alvin tidak pernah absen menemani Yerim. Alvin adalah sosok kakak kebanggaan Yerim.

Ketika pertama kali Yerim lahir ke dunia, Alvin sempat protes. Selain karena jarak usia mereka yang cukup jauh, Alvin juga tidak ingin punya adik perempuan. Kata teman-teman sekolahnya, punya adik itu merepotkan. Apalagi kalau perempuan. Bisa-bisa, Alvin tidak dapat pergi main bola bersama kawan-kawannya karena adik perempuan itu selalu ingin ikut kemanapun kakaknya pergi.

Tapi Ayah dan Bunda merupakan sosok orang tua bijak yang bisa memberikan pengertian kepada Alvin. Seiring berjalannya waktu, anak laki-laki yang selalu menyebut dirinya Aa itu bisa menerima Yerim. Bahkan dia pernah tidak mau pergi sekolah hanya karena ingin menemani Yerim yang saat itu berusia 6 bulan dan sudah bisa diberikan Makanan Pendamping ASI. Alvin kecil sangat antusias melihat tingkah lucu adiknya ketika makan itu. Berantakan. Makanannya bahkan sampai menempel ke pipinya. Hehehe.

Yerim semakin besar. Usianya sekarang sudah menginjak hampir 5 tahun. Begitupun dengan Alvin yang semakin dewasa dan semakin mengerti bahwa dia punya tugas untuk melindungi adik perempuannya itu.

Benar apa kata temannya dulu. Adik perempuan itu memang merepotkan. Apalagi Yerim yang sedikit-sedikit mudah menangis. Kerjaannya kalau sudah mengamuk, ya mengacak-acak rumah. Dia sering melempar-lemparkan bantal sofa ke lantai. Naik ke atas meja ruang tamu sambil berteriak-teriak kalau dia sedang kesal. Dan banyak hal lainnya yang mampu membuat Alvin, Bunda, dan juga Ayah menghembuskan napas kesal.

"Eneeeng, jangan nangis terus atuh. Aa teh pusing." Ujar Alvin pada Yerim yang tengah menangis histeris sambil naik ke atas meja.

"Takiiit didiiiii." Teriaknya dari atas meja kayu di ruang tamu keluarga Bapak Arya dan Ibu Raeni itu.

"Ssssh, sabar ya Neng cantik." Kata Alvin.

Dia mengulurkan tangannya. Menggendong Yerim sekaligus memeluk adik kecilnya itu dengan penuh kasih sayang.

"Mmuuuaah, nih Aa sun pipi Eneng biar gak sakit lagi ya." Kata Alvin.

Bukannya berhenti menangis, Yerim malah semakin histeris lagi. Tangan kecilnya tergerak untuk memukul kepala Alvin.

"Takiiiit Aa janan dipegang." Teriaknya.

Alvin sedih melihat Yerim kesakitan. Ini adalah pertama kalinya Yerim sakit gigi. Itu pasti karena sejak kemarin Yerim terus jajan permen karet. Dasar anak nakal.

Hal lain yang selalu Alvin ingat tentang Yerim adalah ketika gadis kecil itu sudah berulangtahun yang ke-5. Ayah dan Bunda memberitahu kedua anak itu bahwa keluarga kecil mereka harus pindah ke Jatinangor karena Ayah dipindah tugaskan.

Alvin yang saat itu sudah berusia 12 tahun mau tak mau harus setuju tanpa bisa protes apapun lagi. Dia sudah besar, sudah paham betul pada keadaan keluarganya. Sedangkan Yerim kecil yang baru saja punya banyak teman dari sekolah TK, langsung menggelengkan kepalanya pertanda menolak. Si anak rewel itu sampai memanjat pohon jambu yang tidak terlalu tinggi di depan rumah sambil menangis. Sebagai wujud protesnya bahwa dia tidak ingin pindah ke Jatinangor.

[3] Kim - kthxbjh (Lokal Ver) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang