31 - Perubahan Pertama

1.2K 308 173
                                    


Kalau ada Bunda di rumah, Bella memang bisa istirahat total seharian karena beliau yang memaksa agar seluruh pekerjaan rumah dikerjakan oleh beliau saja. Ditolak berkali-kali pun, Bunda tidak akan mendengar. Beliau malah akan melotot marah kalau Bella melarang untuk beres-beres rumah. Alasannya adalah karena Bunda merasa selama ini Bella terlalu bekerja sendirian. Kalau tidak dibantu, Bella akan kelelahan dan Bunda takut terjadi sesuatu.

Duh, padahal Bella ingin sekali menjamu Bunda dengan baik. Tapi malah jadi dirinya yang merepotkan Bunda.

Pagi-pagi sekali, Bunda akan dengan sigap turun ke dapur dan membuat sarapan sehat untuk menantunya. Apapun jenis makanan yang Bella inginkan, selalu Bunda wujudkan selama itu masuk akal. Kemudian Bunda juga akan mengingatkan Bella agar minum susu dan minum air putih yang cukup setiap harinya.

Kalau boleh jujur, Bunda lebih perhatian dibandingkan Alvin, suaminya sendiri.

Setiap kali tidak ada di rumah, Alvin tidak pernah mengingatkan agar Bella minum susu. Alvin tidak pernah bertanya apa saja yang Bella konsumsi setiap harinya. Sedih sih, tapi Bella tidak mau menganggap hal ini sebagai masalah besar. Mungkin Alvin memang bukan tipe pria seperti itu. Jadi biarkan saja. Toh, Bella bisa minum susu sendiri tanpa diingatkan. Bella tahu apa saja yang baik untuk ia konsumsi agar bayinya sehat selalu. Jangan kekanak-kanakan karena hal seperti itu saja.

Omong-omong tentang Alvin, tadi subuh pria itu sempat mengabari satu kali lewat panggilan telepon. Katanya dia sangat bersemangat untuk hari pertama pekerjaannya. Dia ada di Cikutra dan akan berangkat pukul 6 nanti ke Batununggal bersama Oji dan Icam. Dia juga meminta doa kepada Bella agar dirinya diberi kelancaran untuk bekerja selama seminggu ke depan.

Pasti. Tanpa diminta pun, Bella akan selalu mendoakan suaminya. Bella selalu berharap agar Alvin baik-baik saja dan diberi kelancaran supaya dia cepat pulang. Semakin besar usia kandungannya, Bella jadi semakin ingin ditemani Alvin terus. Dia sudah merasa susah beraktivitas sendirian. Takutnya terjadi apa-apa ketika Alvin tidak bersamanya. Belum lagi, dia juga harus segera membeli kebutuhan untuk bayi mereka nanti. Mudah-mudahan, uang hasil kerja Alvin selama seminggu ini cukup untuk membeli perlengkapan bayi dan sisanya akan ditabung untuk biaya persalinan nanti.

"Mbak, Adek bayinya perempuan yaa?" Tanya Bunda tiba-tiba pada Bella yang siang itu tengah duduk berselonjor di atas sofa.

"Kata siapa, Bun?"

Bella tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum mendengar pertanyaan Bunda.

"Kelihatan. Auranya Mbak makin bersinar." Kata Bunda.

Senyum Bella semakin merekah. Dia juga merasa kalau dirinya semakin cantik saja meskipun sedang hamil dan tubuhnya melebar.

"Ah Bunda bisa aja." Kata Bella.

"Eh, Bunda seriusan loh. Udah dikasih tahu belum sama dokter?"

Bella menggeleng.

Dokter memang akan memberitahu jenis kelamin bayi dalam kandungannya ketika check up kemarin, akan tetapi Bella meminta untuk ditunda dulu saja. Dia ingin diberitahu nanti kalau ada Alvin.

"Kok belum?"

"Iya, Bun. Kemarin tuh Bella ke dokter gak sama Alvin. Jadi Bella bilang ke dokter biar nanti aja."

"Kok bisa?!" Bunda nampak terkejut ketika mengetahui bahwa anaknya tidak menemani sang istri periksa kandungan ke dokter.

"Alvin kan kemarin lagi ke Bandung. Bella nggak enak kalo nunda ke dokter, udah janji soalnya."

Tepat ketika Bunda akan buka suara lagi, terdengar suara seseorang di teras rumah kontrakan Bella dan Alvin. Itu pasti Ikiw yang pagi tadi menghubungi Bella. Dia bilang akan ke rumah untuk memberikan uang penghasilan dari studio.

[3] Kim - kthxbjh (Lokal Ver) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang