22 - Pindah

1.5K 359 44
                                    

Ada banyak hal yang harus Bella lepaskan ketika ia memutuskan untuk mengikuti niat suaminya pindah ke kota sebelah. Salah satunya adalah pekerjaannya. Tapi lebih dalam dari itu, Bella harus melepaskan kenyamanannya di Setiabudi yang sudah menjadi tempat tinggalnya sejak ia menjadi mahasiswa baru.

Pada awalnya Bella memang tidak bisa langsung memberikan kepastian begitu Alvin mengutarakan niatnya dan meminta ia agar ikut pindah. Biar bagaimanapun, Bella punya tanggung jawab disini. Belum lagi, dia juga memikirkan bagaimana nanti ia disana. Dia tengah hamil. Dan membayangkan dirinya kenapa-kenapa dalam kondisi hamil dan sendirian di kota orang, membuat Bella bergidik ngeri. Setidaknya, kalau disini ia dekat dengan Windy. Bunda juga ada, meskipun dia di Jatinangor. Sedangkan di Tangerang nanti, dia akan dengan siapa? Dia akan beraktivitas seperti apa setiap harinya?

Tapi Bella sadar. Dia sudah sepenuhnya menjadi milik Alvin dan seluruh tanggung jawab terhadapnya ada di tangan pria itu. Sebagai istri yang shaleha, Bella harus mengikuti apapun kata suaminya. Lagipula, ini semua demi kebaikannya dan calon anak mereka nanti.

Sebagai istri yang baik juga, Bella harus mendukung Alvin.

Rencananya, Alvin dan Bella akan pindah ke Tangerang di akhir minggu ini. Nanti Ayah juga akan menyusul ke Tangerang dan membantu mereka. Untuk kali ini, pasangan suami istri dari Bandung itu akan diantar oleh Bunda dan juga sebagian anak-anak Nolabel.

Oh ya, Dimas dan Reza sebagai tetua di Nolabel sangat mendukung niat Alvin untuk membuka studio foto. Sama sekali tidak kepikiran oleh Dimas ataupun yang lainnya bahwa kepindahan Alvin ini akan merugikan Nolabel karena dianggap bahwa giliran susah sama Nolabel, udah sukses malah buka usaha sendiri. Bahkan Ikhsan pun menawarkan kedua teman komunitasnya yang kebetulan tinggal di Tangerang untuk bekerja bersama Alvin.

Kalau mengingat betapa baiknya anak-anak Nolabel padanya, kadang Bella ingin menangis. Dia heran kenapa pria-pria itu sangat baik hati dan mengerti dengan kondisi mereka saat ini. Apalagi Dimas, mungkin karena dia yang termasuk ke dalam jajaran anggota yang sudah sangat dewasa dan sudah berumah tangga. Dia juga pasti mengerti bahwa ekonomi mereka setelah punya anak pasti akan berubah. Dan Alvin pasti merasa tidak enak kalo dia tidak bisa bertanggung jawab atas segala kebutuhan anak dan istrinya.

Akhir-akhir ini, Alvin selalu sibuk mempersiapkan segalanya. Mulai dari kelangsungan pembukaan studio, promosinya, dan segala kesiapan logistik. Kemarin, Alvin juga sudah mengabari bahwa dia menemukan rumah untuk tempat tinggal mereka. Untuk sementara sampai uang Alvin kembali terkumpul guna membeli rumah, mereka akan mengontrak dulu.

Malam sebelum kepindahan mereka, Bella gelisah dan benar-benar tidak bisa memejamkan mata padahal jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Dia melirik ke sisi kanan ruang tidurnya. Koper berisi pakaian dan barang berharga mereka sudah disiapkan. Begitupun dengan beberapa alat rumah tangga yang memang akan dibutuhkan disana. Karena jarak yang lumayan jauh, mereka akan membawa barang-barang penting terlebih dahulu. Mungkin minggu depan atau bulan depan, Alvin akan kembali ke Bandung dan membawa barang-barang mereka yang lain.

Pergerakan Bella yang tidak bisa tenang di atas ranjang membuat Alvin terjaga dan langsung merangkulkan tangannya ke pinggang perempuan hamil itu.

"Kenapa?" Tanya Alvin.

Suaranya serak. Khas bangun tidur.

"Gak bisa bobok." Jawab Bella.

Kalau boleh jujur, sejak hari kemarin Alvin selalu merasa tidak enak dan merasa bersalah pada Bella. Harusnya Bella tidak pernah berhadapan dengan situasi seperti ini. Harusnya Bella si anak kesayangan Ayah itu sekarang hidup bahagia tanpa harus mengorbankan banyak hal.

"Maafin aku, Sayang. Maaf." Bisik Alvin.

Pria itu mendekap istrinya semakin erat. Sesekali menciumi kepala Bella dengan sayang.

[3] Kim - kthxbjh (Lokal Ver) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang