44 - Selamat Datang, Sayang

2.8K 414 64
                                    


Dulu Alvin masih kecil dan belum mengerti apa-apa ketika Bunda melahirkan Yerim. Alvin kecil bepikir bahwa melahirkan itu mudah dan tidak akan terasa apa-apa, tinggal dikeluarkan saja bayinya dari perut Bunda. Dia juga tidak tahu perjuangan Bunda melahirkan itu bagaimana. Dia hanya sempat mengantar Bunda ke rumah sakit. Waktu itu Bunda menangis, berteriak kesakitan. Alvin tidak tahu apa-apa lagi karena saat itu Bunda masuk ke dalam sebuah ruangan dan dia pulang ke rumah Uwanya di Cimahi. Tahu-tahu, keesokan harinya dia dan Windy dijemput oleh Ayah dan mereka datang ke rumah sakit untuk melihat Yerim yang baru saja lahir. Alvin kecil begitu kesal. Dia tidak mau punya adik perempuan.

Kalau waktu kecil Alvin bisa santai-santai ketika Bunda akan melahirkan, berbeda dengan saat ini. Dia sungguh grogi karena hari perkiraan lahir anaknya akan datang sebentar lagi. Dia sudah mempersiapkan semuanya. Kebutuhan bayi mereka sudah dia packing ke dalam tas bayi berwarna biru muda yang dia beli waktu itu. Begitupun dengan segala berkas yang sekiranya akan diperlukan nanti. Biarpun hubungannya dengan Bella masih seperti orang asing, Alvin tentu tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja.

Dua malam terakhir ini Alvin selalu tidur di sofa ruang tengah, dekat dengan kamar Bella. Takut-takut perempuan itu mengalami kontraksi tengah malam dan tentu Alvin harus siap sedia. Dia juga selalu tidur menggunakan celana panjang dan kaus panjang, jaga-jaga kalau Bella mulai merasakan tanda-tanda akan melahirkan, dia bisa langsung sigap menggendong istrinya ke dalam mobil tanpa ribet berganti pakaian. Dan jangan lupakan, dompet beserta ponsel yang selalu siap di samping bantalnya.

Firasat Alvin mengenai Bella yang mulai merasakan tanda-tanda akan melahirkan pada malam hari ternyata memang benar adanya.

Pukul 7 malam, Alvin masih asyik menonton pertandingan sepak bola liga Indonesia ketika dia mendengar suara mengaduh Bella dari dalam kamar. Setengah panik, pria yang mengenakan sweater dan celana training itu membuka pintu kamar sang istri tanpa permisi.

"Udah kerasa sakit?" Tanya Alvin.

Bella memalingkan wajahnya, namun dia menganggukan kepalanya.

"Ke rumah sakit sekarang yaa?" Tawar Alvin.

"Nanti aja, mulasnya belum terlalu sering kok," balas Bella.

Alvin kemudian duduk di sisi ranjang, di sebelah Bella yang tengah rebahan menyamping. Dia mengangkat tangannya, memberi gestur bahwa dia meminta izin pada Bella untuk mengelus perut perempuan itu.

Bella mengangguk, memberi izin.

"Baik-baik yaa sayang, yuk kita sama-sama berusaha yaa. Papa sayang Adek, Papa nunggu Adek lahir," bisik Alvin.

Bella merasakan sudut matanya basah.

Andai saja waktu itu Alvin tidak menyakitinya. Mungkin saat ini dia bisa memeluk Alvin sesukanya ketika dia mulai merasakan kontraksi. Bukan canggung seperti ini.

Mengingat beberapa artikel dan buku yang pernah dibacanya, Alvin mulai menghitung seberapa sering Bella meringis karena merasakan kontraksi. Dia juga tidak berpengalaman. Dia takut dia salah langkah. Makanya ketika dia mendengar suara ringisan Bella, dia mengambil posisi bangun dari sisi ranjang.

"Bell, ke rumah sakit sekarang ya? Kita cek ke dokter sekarang, takutnya udah deket."

Mau tak mau, Bella menganggukan kepalanya. Meskipun sejujurnya dia harap dia tidak melahirkan malam ini.

Ibu dan Ayah belum bisa datang menemaninya. Fauzan juga sudah pulang ke Yogyakarta lagi. Selain itu, tidak ada lagi yang bisa ia harapkan. Termasuk keluarga Alvin.

"Kunci mobil sama tasku di atas meja, Vin," kata Bella.

Sebelum memapah Bella, Alvin mengambil bag koleksi Michael Kors summer 2013 milik istrinya itu. Alvin juga mengambil knitted sweater berwarna merah bata milik Bella dari dalam lemari. Tak lupa dia juga meraih beberapa potong daster tidur,  atasan dan pakaian dalam Bella dengan sembarangan.

[3] Kim - kthxbjh (Lokal Ver) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang