11 - Awal Mula

2.4K 481 119
                                    

Tiga minggu belakangan ini, Alvin selalu kepikiran ucapan Bella yang secara tidak langsung mengatakan bahwa gadis itu menyimpan rasa padanya. Entah itu hanya rasa suka, atau mungkin cinta. Sebetulnya, Alvin sudah merasa bahkan sejak perkenalan mereka beberapa tahun silam. Namun ia tidak menyangka bahwa kata-kata itu akan keluar dari mulut Bella sendiri. Ia kira, kalau bukan dirinya yang memulai, Bella tidak akan pernah mengungkapkannya.

Akan tetapi setelah pernyataan Bella tersebut, keduanya justru benar-benar menjauh. Bella marah besar padanya. Bella membencinya karena ia yang tak tahu apa-apa tiba-tiba dilibatkan dalam kandasnya hubungan Alvin dan Isyana.

Alvin juga marah besar. Marah pada Isyana. Dia sampai menelpon gadis itu dan menegaskan bahwa semua ini bukanlah kesalahan Bella, melainkan kesalahan mereka. Dan Isyana tetap tidak percaya.

Heran. Kenapa sekarang dia keras kepala sekali, sih? Alvin dibuat kesal olehnya.

Mahasiswa semester akhir itu sekarang tengah berada di basecamp Nolabel. Dia tidak ada kerjaan namun memilih untuk main kesana menemani Dimas dan Oji yang tengah sibuk mengedit video. Dengan harapan, Bella juga akan main kesini dan mereka akan bertemu. Dia akan berbicara yang sebenarnya pada Bella. Dia ingin menjelaskan semuanya pada Bella.

Jangan kira bahwa Alvin tidak pernah usaha untuk menemui Bella di kediaman gadis cantik itu. Sudah pernah. Berkali-kali. Namun usahanya tidak pernah membuahkan hasil. Bella tidak pernah mau ditemui olehnya.

Selama tiga minggu ini Alvin akhirnya yakin bahwa perasaannya pada Bella murni bukan karena rasa bersalahnya. Alvin merasa dia nyaman bersama Bella. Dan merasa hampa saat Bella menutup seluruh akses untuk Alvin menghubunginya.

Katakanlah dia bodoh atau sebagainya, tapi Alvin sampai membeli nomor baru hanya untuk menghubungi Bella. Dan tentu saja tidak ada jawaban. Setahu Alvin, Bella memang bukan tipe orang yang mudah membalas pesan dari nomor asing.

"Galau wae siamah." (Galau mulu lo.) Komentar Oji mendapatkan lirikan yang begitu sinis dari Alvin.

"Cicing maneh." (Diem lo.)

"Kunaon atuh ieu teh kunaon? Dieu nyarios ka Ibu, tong cicing-cicing wae." (Kenapa dong kenapa? Sini ngomong sama Ibu, jangan diem-diem aja)

Ya ampun, sumpah Alvin kesal sekali dengan manusia aneh bernama Fakhrurozi ini.

"Bacot Ji."

"Galak siamah."

Setelah itu yang dilakukan Alvin adalah tiduran di atas karpet ruang tengah seraya menatap langit-langit ruangan. Dia rindu Bella. Dia rindu suara Bella yang akan mengucapkan selamat tidur setiap kali mereka bertelepon di tengah malam. Dia rindu segala curhatan Bella tentang pengendara di jalan yang berbeda setiap harinya, tentang murid-muridnya, dan semuanya.

"Galau?"

Alvin menoleh ke sisi kirinya dan mendapati Dimas yang tampak serius mengajaknya berbicara.

"Nya kitu we Kang." (Ya gitu lah, Kang)

"Udah lain waktunya maneh galau, Vin. Udah gede. Ai aya masalah teh bereskeun." (Kalo ada masalah beresin) Nasehat pria yang beberapa bulan lagi akan melepas masa lajangnya itu.

"Da bingung atuh, Kang."

"Naonna nu bingung?" (Apanya yang bingung)

"Teuing." (Gak tau)

"Samperin atuh si Bella nya." Saran Dimas tiba-tiba.

Dia mengerti bahwa penyebab galaunya Alvin beberapa hari ini adalah karena Bella yang tidak mau dan tidak bisa ditemui. Dalam hatinya, Dimas mencibir. Kemarin-kemarin Alvin selalu menghindari Bella. Setiap dibawakan makanan, pria itu akan menolak mentah-mentah. Bahkan dia juga tidak pernah mau meminta pertolongan pada Bella kalau gadis itu tengah main ke Nolabel.

[3] Kim - kthxbjh (Lokal Ver) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang