43 - Hukuman Kedua

1.9K 420 80
                                    

Rasanya baru kemarin Bella merasakan hidupnya berubah menjadi berantakan dan bahkan dia merasa tidak punya apa-apa lagi di dunia ini. Dia juga menganggap bahwa semua orang di dunia ini begitu jahat padanya. Tidak ada lagi seseorangpun yang bisa dia percaya selain keluarganya.

Tidak terasa, sekarang sudah hampir mencapai pertengahan menuju akhir bulan Juni. Kalau mengikuti hari perkiraan lahir yang dikatakan dokter, Bella akan melahirkan dalam waktu kurang lebih beberapa hari lagi. Dan kalau boleh jujur, Bella sebenarnya tidak akan pernah siap untuk menjalani proses melahirkan. Apalagi, anak yang akan ia lahirkan adalah hasil dari buah cintanya dengan Alvin.

Hah, Cinta? Bella tidak yakin kalau Alvin pernah mencintainya. Bukankah selama ini Alvin memang hanya main-main padanya?

Ada banyak ketakutan yang bersarang dalam diri Bella. Sebelum menikah dulu, dia sempat membayangkan kalau menuju hari melahirkannya, dia akan ditemani oleh orang-orang terdekatnya. Ayah, Ibu, Bunda, Yerim, Fauzan, dan yang terutama adalah Alvin. Namun kalau melihat keadaan yang seperti ini, semua yang dia harapkan buyar seketika.

Tidak akan ada Bunda.

Tidak akan ada Yerim.

Bahkan mungkin... tidak ada Alvin juga.

Bella takut sendirian melewati hari-hari menuju tanggal perkiraan dokter. Namun ia juga tidak bisa memaafkan Bunda dan Yerim begitu. Rasanya begitu sakit sampai membuat dia kepikiran untuk melenyapkan anak yang tengah dikandungnya.

Berbicara tentang anak yang ada di dalam kandungannya, Bella mendadak teringat semua kekacauan yang terjadi pada hidupnya beberapa bulan ke belakang.

Hari itu, setelah dia tahu bahwa Bunda dan Yerim berkhianat kepadanya. Dia berniat untuk pulang ke Yogyakarta dan mengadu pada Ayah dan Ibu. Dia sudah lelah sekali. Dia merasa tidak kuat lagi dengan kejutan-kejutan memuakan yang terjadi setelah pernikahannya dengan Alvin.

Tapi Bella sadar bahwa Ayah dan Ibu pun mungkin memiliki beban yang sama beratnya dengan dirinya. Ayah dan Ibu punya pekerjaan yang tidak ringan. Begitupun dengan Fauzan yang tengah sibuk dengan pendidikannya. Bella tidak mau membebani mereka dan membuat mereka kepikiran akan keadaannya saat itu. Selama dia masih bisa melewatinya, dia akan berjuang. Dia akan berusaha sebaik mungkin.

Bella tetap bertahan di rumah kontrakan sederhana itu sampai hari ini. Setelah melahirkan nanti—sesuai dengan apa yang Alvin bilang; bahwa dia akan melepaskan Bella setelah bayi mereka lahir, Bella mungkin baru akan bilang pada Ibu dan dia akan ikut pulang ke Yogyakarta atau di Jakarta saja dengan Neneknya. Intinya, setelah mereka bercerai, Bella akan pergi dari kehidupan Alvin. Bella sudah punya pegangan yang akan membantunya bertahan hidup meskipun tanpa seorang suami.

Jangan kira bahwa setelah keributan hari itu Bella tetap bersikap biasa saja pada Alvin. Dia sempat marah. Tidak hanya pada Alvin, Bunda, dan Yerim, melainkan kepada bayi yang ada di dalam kandungannya juga. Bella sempat kepikiran untuk membunuh bayinya, tapi setelah Alvin berhasil memeluknya dan membisikan sebuah kalimat ke telinganya, Bella sadar. Bayi kecil ini tidak berdosa, dia berhak untuk hidup.

Bunda dan Yerim langsung pulang ke Jatinangor setelah Bella menangis histeris. Sementara Alvin bertahan untuk menenangkan istrinya. Alvin juga menangis, dia menyesal dan meminta maaf lagi kepada Bella. Akan tetapi, luka tetaplah luka. Sampai hari ini, Bella belum bisa memaafkan Alvin. Dia hanya memberi kesempatan bagi Alvin untuk menjaganya. Namun tidak belum ingin untuk memaafkannya. Dan dia tetap bersikap sebagaimana mereka berdua adalah orang asing.

Hanya sekali dan begitu singkat mereka mengobrol waktu itu. Waktu Alvin mengajak Bella keluar rumah untuk membeli perlengkapan bayi mereka.

"Kita belum beli apa-apa buat Adek," kata Alvin waktu itu.

[3] Kim - kthxbjh (Lokal Ver) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang