"Kau tidak paham aku mengkhawatirkanmu!"
"Mengkhawatirkanku?! Jadi inilah kekhawatiranmu itu?! Tidak beralasan sama sekali!"
"Kau masih sama tidak mengerti diriku Mione!"
"Granger."
"Mengerti apa?! Sudah kucoba berulang kali untuk mengerti dirimu lebih dari diriku! Dan kumohon jangan lanjutkan perdebatan ini!"
"Granger—"
"Berhentilah bersikap seperti itu Ron."
"Bersikap apa?!"
"Bersikap seakan kau menggali kesalahanku!"
"GRANGER!!" teriak laki-laki di hadapannya yang mulai kesal dengannya.
Tepat sekali. Hermione melamun lebih dari lima menit. Malfoy tahu itu. Dia kesal karena lawan bicaranya itu hanya menatap piring kosong dengan tatapan yang kosong pula.
Agak tersentak, Hermione melempar pandang 'maafkan aku' pada Malfoy. Tanpa pikir panjang, Malfoy menarik pergelangan milik gadis itu dan mengusapnya.
"Aku tahu kau tidak mendengarku Granger. Kau melamun— dan aku yakin kau memikirkan Weasel," duganya yang memang benar, "aku tahu itu menyakitkan. Aku juga pernah merasakan itu. Tapi kuatkan dirimu."
Gadis itu menatapnya lekat. "Pada siapa kau merasakan seperti itu? Pada Astoria kan?"
Malfoy terbelalak. Dia sama sekali tidak menduga bahwa orang yang dimaksudkannya adalah Hermione sendiri. Bagaimana mungkin dia menuduh orang lain yang melakukannya? Sementara Astoria tidak memiliki hubungan apapun dengan Malfoy kecuali pertemanan. Pertemanan yang kemudian hancur karena dia mulai berubah.
"Ah— rupanya kau masih belum mengerti. Tapi ya tidak apalah, aku sudah terlalu rapuh untuk membahasnya," ujarnya dengan nada sedikit melas.
Hermione masih memperhatikan gerak-gerik Malfoy. Tidak dapat dibayangkan bahwa sampai detik ini Malfoy masih menggenggam jemari lentik miliknya. Dia merasa jari-jarinya mulai hangat.
"Aku senang dengan jemarimu itu. Makanya sampai sekarang aku pegang," tuturnya membuat gadis itu menemui secerca harapan, "pasti kau bertanya-tanya dalam pikiranmu kan? Haha, aku bukan orang yang dapat melakukan legilimens pada orang lain."
"Sok tahu," ujarnya sewot. Malfoy terkekeh setiap kali melihat Hermione-nya—yang dulu pernah singgah di hatinya— saat sedang kesal.
Dia akan terlihat seperti unggas yang tersangkut di semak-semak. Begitulah julukannya pada Hermione dulu. Semak belukar yang selalu agresif. Yang siap memakan korban— itu juga julukan yang dia berikan.
"Dasar unggas bersemak," ejeknya.
"Oh tidak, rambutku mulai halus. Jangan mengejekku dasar ferret!" balasnya dengan nada kesal disetiap kalimatnya.
"Kau sama seperti unggas."
"Jangan samakan aku dengan mereka!"
"Karena kau sangat cerewet," ejeknya kembali. Wajah Hermione merah padam. Julukan itu pernah ada pada masanya, kini terulang kembali setelah bertahun-tahun.
"Daripada kau, ferret menyebalkan yang sangat sangat sangat jelek," balasnya kembali.
"Setidaknya, kau pernah mencintaiku," ujarnya, "Er—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramione and The Secret of Lake
FantasíaKepada Hermione Granger, Aku tahu setelah peperangan berakhir, semua orang sangat membenciku. Membenci ayah dan ibuku. Mengasingkanku dan jijik memandangku. Aku tahu itu salahku, jika aku punya pembalik waktu sendiri akan kugunakan dengan sebaik...