Invitation

729 84 6
                                    

    "APA?!" tanya seorang Weasley yang nampak kaget.

    "Tenang Ron—er kau harus membiarkannya. Biarkan Hermione hidup bahagia seperti yang ia inginkan," kata Harry agak panik.

    "Kau tidak tahu perasaanku Harry!"

    "Ron! Biarkan dia hidup dengan Draco. Dan semua itu tidak akan terjadi jika kau tidak memulainya."

    "Oh," ucap Ron, "sekarang kau menyalahkanku Harry. Kupikir kau teman baikku, sahabatku, keluargaku—"

    "Cukup Ron. Belajarlah sesuatu dari sikapmu sendiri," ujar Harry meninggalkannya di depan lobby Kementrian Sihir.

    Ron menatap Harry dengan tatapan 'membencinya'. Bahkan deru nafasnya begitu kencang. Ron tidak pernah merasa semarah ini. Ia juga merasa kecewa pada siapapun. Langkahnya meninggalkan lobby disertai degupan jantung yang menderu-deru.

    "Bisa-bisanya gadis bodoh itu membuatku kecewa! Sekarang ia malah lebih membuatku marah. Aku tidak bisa membiarkannya menikah dengan laki-laki bodoh itu juga!"

    Seseorang tidak sengaja menabrak Ron. Orang itu mengenakan pakaian serba hitam disertai masker yang menutupi wajahnya. Sorot matanya menggambarkan kelicikan. Entah siapa itu. Ron yang menatapnya lekat merasakan sentuhan seperti kegelapan. Ah tapi itu mungkin perasaannya saja yang baru diterpa rasa emosi.

-oO0Oo-

    "Profesor," kata Hermione.

    Profesor McGonagall memandanginga dengan tatapan sedih. "Jadi kau akan mengundurkan diri sebagai guru ramuan?" tanyanya.

    "Maaf profesor. Aku harus memulai kehidupan baruku lagi. Aku berinisiatif untuk menata hidup baru," ujarnya.

    "Aku tahu betul itu Ms. Granger. Hogwarts bukanlah Hogwarts yang dulu ramai akan kisahmu."

    "Permisi— eh, kenapa kalian sedih? Ada apa profesor?"

    "Ms. Granger mengundurkan diri Mr. Longbottom," ujar Profesor McGonagall dengan raut wajah yang tidaj biasanya.

    "Hermione, benarkah itu?" tanya Neville.

    Hermione hanya mengangguk. "Aku sedih jika kau pergi Hermione. Entah bagaimana lagi nasib sekolah ini. Satu per satu mata pelajaran kosong. Murid-murid mulai malas untuk memperhatikan. Kedatanganmu disini mengubah keadaan suram sejak berakhirnya perang menjadi lebih baik. Bahkan mereka lebih ceria dengan hadirnya kau di Hogwarts," jelas Neville.

    "Hermione tidak akan meninggalkan Hogwarts," kata laki-laki jangkung yang berdiri diambang pintu ruang kepala sekolah.

    Ketiga orang yang berada di dalamnya menoleh terkejut. Mata Profesor McGonagall berbinar. Senyumnya mulai terukir. Begitu juga dengan sahabatnya, Neville Longbottom.

    "Apa?"

    "Ya Hermione. Hogwarts adalah rumah bagi kita semua. Dan mari kita pertahankan itu. Bukan begitu Profesor Dumbledore?" tanya Draco pada lukisan Dumbledore yang menatap mereka murung.

    "Tentu Mr. Malfoy," jawabnya kaku.

    "Oh tentu saja aku lupa mengatakannya. Kami akan menikah seminggu lagi profesor. Doakan agar pernikahan kami lancar," kata Draco tersenyum.

Dramione and The Secret of LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang