Is It Dreams?

1.1K 104 13
                                    

    Draco membalik tubuhnya mengikuti sirens itu pergi. Lekuknya yang cepat membuatnya kewalahan mengejar.

    Seklebat setan air grindylow berdatangan. Saat mereka melihat sirens yang bersama Draco, mereka pergi. Apa yang mereka takuti? Bukankah mereka setan air?

    Tidak lama untuk mencapai istana merpeople. Kini mereka memasuki daerah yang dingin dan suram itu. Di depan terdapat banyak merpeople yang membawa trisula dengan menyambut sirens tersebut.

    Wajah merpeople itu.. buruk.. Sangat sangat buruk. Bahkan definisi jelek tidak akan benar.

    Newt Scamander terlalu baik menuliskan bahwa mereka jauh dari kata cantik.

    "He must know that," kata sirens.

    "Mengetahui apa?" sahut Draco.

    "Shut up boy!"

    Salah satu merpeople yang galak membuatnya diam seketika. Mudah sekali Draco untuk dibentak. Sepertinya mereka tidak baik untuk berkenalan. Bahkan itu membuat Draco mual.

    Bau aneh menyelimuti sekitaran area istana. Entah bau apa itu. Sirens itu menunjuk gemerlap cahaya yang terdapat pada bebatuan karang yang ukurannya sangat besar.

Come seek us where a voices song..

We cannot sing above the ground..

And hour long you'll have to look..

To recover what we took..

    Batu karang itu membelah menampilkan sebuah patung Merpeople— tetapi sangat cantik. Berbeda dengan yang ini.

    Patung itu memancarkan sinar dan terdapat rahasia dibaliknya. Patung itu membelah dan menampilkan sebuah peti bercahaya yang sangat misterius.

    Draco melihatnya hampir tidak berkedip. Peti itu berkilauan seperti gemerlap berlian. Sirens itu mendekati peti dan sepertinya ia akan mengambilnya.

    Saat lagu underwater secret bergema di bawah danau, Sirens itu membuka peti. Berkilau. Hanya itu yang dapat Draco lihat. Ia sama sekali tidak dapat melihat seperti apa benda itu.

    Yang jelas dipikirannya adalah bagaimana dia bisa melihat dengan benar apa benda tersebut. Sirens itu mendekati Draco dengan menutup telapak tangannya yang didalamnya terdapat benda itu.

    "Aku.. tidak dapat melihatnya," ujar Draco menutup matanya karena tidak tahan dengan cahaya kilauan itu.

    "Tutup matamu dan lihat apa yang terjadi," kata Sirens itu menyuruhnya.

    Tidak perlu waktu lama untuk Draco menutup mata, bahkan sebelumnya ia sudah menutup mata. Sesuatu terjadi—sepertinya—pikir Draco tidak karuan. Tapi dia mencoba untuk rileks.

    Pancaran cahaya semakin melebar. Danau itu benar-benar memancarkan sinarnya. Draco perlahan membuka mata dan melihat keadaan danau berubah 180°.

    Dari banyaknya ganggang, gillyweed, dan setan air, berubah menjadi istana yang megah dengan merpeople yang tetap sama buruknya di mata Draco.

    Seperti bukan danau Hogwarts lagi. Keadaan air menjadi bening seperti air terjun. Sama sekali tidak keruh berwarna hijau. Draco melihat dirinya kini dipenuhi kebahagiaan di setiap tulangnya.

    Tidak tahu benda apa itu intinya ia merasa seakan dunia sedang bertekuk lutut kepadanya.

    "Sirens, tapi benda apa itu?" tanyanya pertama kali.

    "Sebuah benda yang melekat pada dirimu sekarang. Kau mendapatkannya setelah semua orang mati di danau ini," jelasnya tersenyum.

    "Tapi—adakah syarat?"

    "Akan kuperjelas. Benda itu melekat tepat di bawah lehermu. Kau tahu benda apa itu? Itu adalah liontin merpeople yang tidak diketahui namanya. Bahkan dalam buku sejarah pun."

    "Kau orang pertama yang menemukan ini atas bantuan dariku. Jiwamu untuk berubah sangat besar. Tidak hanya ambisi untuk mengambil liontin yang melekat padamu sekarang. Kau akan merasakan kebahagiaan pada setiap detikmu dimana kau akan dikenal banyak orang."

    "Hanya orang yang sadar yang dapat memperhatikan gerak-gerikmu. Ia akan melihatmu seperti mimpi buruk. Dialah yang akan menjadi musuhmu. Tetapi itu tergantung atas tindakanmu sendiri. Lawan, kau akan mati. Dan diam, kau akan mengerti keadaan."

    "Tapi—AAARRGHH!!!"

    Teriakan keras keluar dari mulut Draco. Ada sesuatu yang menariknya pergi dari danau hitam. Dimana waktu dikembalikan lagi. Dimana ia menabraki seluruh ganggang dan setan air mulai berdatangan. Setan air itu menggores pergelangan tangannya dan darah keluar, membuat Draco semakin perih merasakannya. Rasanya seperti.. hampir menemui ajal.

    Tapi rasanya seperti dihempaskan. Dia ditarik paksa dari dalam danau. Itu membuat tubuhnya merasa kesakitan dan seperti ditusuk pedang dengan mata yang mengkilap.

    Sedetik kemudian, ia terbangun dalam keadaan tubuh yang basah karena keringat.

    "Astaga.." gumamnya.

    "Hanya mimpi ternyata, tapi— berasa sungguhan aku merasakan saat menabrak grindylow itu.

    Draco mengacak rambutnya dan melihat luka goresan di pergelangan tangan kirinya. Ia heran darimana luka tersebut muncul? Sementara sejak awal Draco hanya tidur dan mengalami mimpi?

    Kejadian ini benar-benar susah ditebak oleh nalar seseorang. Bagaimana mungkin? Dia segera membasuh lukanya dan pergi mandi.

-oO0Oo-

    "Draco?"

    Suara perempuan terdengar di kamar milik sosok yang berambut pirang itu. Ruangan itu senyap. Tidak ada tanda-tandanya di sini.

    Hermione meletakkan secangkir teh hangat yang masih mengepul di dekat mejanya. Setelah meletakkan itu, ia kembali keluar dan menutup ruangan sepi itu.

    Udara dingin berhembus halus, tanda memasuki musim yang baru, yaitu musim semi. Setidaknya bau rerumputan tercium walaupun masih terselimuti salju di atasnya.

    Hermione berbelok ke arah halaman gedung yang di sana terdapat burung-burung berkicauan. Menikmati indahnya wajah baru dan suasana baru. Tapi tak kunjung surut—saljunya.

    Air mancur masih membeku. Udara dingin menyapu lembut di setiap sisi koridor. Hawa yang menyenangkan jika ia melihat Draco di sini dengan membawakannya bunga. Tetapi mana mungkin bunga tumbuh di musim dingin?

    Hermione memutar balik tubuhnya mendapati seekor burung yang hinggap di batu-batuan. Tangannya perlahan mencapai burung itu, tetapi burung itu langsung mengepakkan sayapnya. Sangat tidak beruntung Hermione— pikirnya.

    Terlihat seseorang dengan jubah panjang berwarna kuning keemasan menemuinya. Neville tersenyum hangat sama seperti ia melakukan itu pada teman-temannya dulu.

    "Selamat pagi Hermione, hari yang indah. Ya tapi sebagian masih tertutup salju. Hawanya juga masih dingin," ujarnya menggabungkan kedua telapak tanggannya kemudian ia gosok-gosok.

    "Pagi Neville, lama tidak berbincang ya?"

    "Maaf, Hermione. Karena pekerjaan aku menjadi tidak dapat mengatur waktuku. Tapi sekarang dapat berbincang lagi," katanya persis seperti Neville yang ceria.

   

Dramione and The Secret of LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang