Chap~15

4.2K 224 4
                                    

'Aku tidak membencimu. Aku hanya kecewa kamu berubah menjadi hal yang kamu benci sendiri'

2-7-2017

🥀🥀🥀

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Author~

ALFA memarkirkan mobilnya di parkiran MeEt CaFe. Sejenak, dia menghela napas. Cowok itu meyakinkan diri bahwa hanya satu tujuannya ke kafe itu, mengambil berkas Pak Abdan. Bukan untuk hal lainnya.

Cowok itu turun dari mobil. Berjalan dengan sholawat yang terbiasa dilafaskan dalam hati. Mendorong pintu kafe hingga terdengar bunyi lonceng. Sambutan seorang waiters hanyaa dibalaskan senyum oleh Alfa yang kini mencari keberadaan pengirim SMS itu.

Di sana.

Ah ... Si Peony.

Astagfirullahaladzim ... Alfa menghela napas. Kakinya berjalan mendekati perempuan yang duduk dengan mata memandang keluar jendela.

"Assalamu' alaikum," ucap Alfa.

Perempuan itu menoleh. Senyuman terukir indah di wajahnya. Dia berdiri, menyahut salam Alfa dengan riang gembira, "Wa'alaikum salam. Duduklah,"

Alfa menghela napas. Cowok itu duduk dengan pandangan mata berusaha tak menatap perempuan yang selalu tersenyum di depannya itu. Perempuan itu melambaikan tangan, memanggil pelayan lelaki untuk memesan sesuatu.

"Es tehnya satu, dan white coffee-nya satu," ujar perempuan itu, berhasil membuat Alfa melirik padanya.

Pelayan itu pergi setelah mecatat pesanan tanpa tambahan. Perempuan di depan Alfa itu menopang dagunya.

"Apa pesananku benar? Bukankah minuman kesukaanmu white coffee, Al?" tanya perempuan itu.

Alfa hanya memandang sebelum kepalanya melirik pada jendela besar. Kini alam mengeluarkan kristal bening yang begitu banyak dan deras. Padahal langit tadi cerah dengan matahari bersinar. Memang, alam sekarang sulit ditebak.

"Ya, makasih," sahut Alfa, "Di mana berkas Pak Abdan?"

"Ah, iya," Si Peony mengambil sebuah berkas kuning, menaruhnya di meja dan membukanya, "Aku sudah mengeceknya, tapi coba kamu cek lagi dulu,"

Alfa membuka lembaran demi lembaran kertas itu. Entah apa yang dipikirkannya sekarang saat dia tau jika perempuan di depannya itu sekarang menjadi sekretaris Pak Abdan. Sedangkan perusahaan Pak Abdan merupakan perusahaan yang menganyomi Dirgantara Djaya dengan sangat pesat. Tanpa bantuan perusahaannya, Dirgantara tidak akan menjadi perusahaan terkenal.

Tapi, dengan sekretaris barunya Pak Abdan tidak menutup kemungkinan bahwa dia akan selalu datang ke Dirgantara hanya untuk menyampaikan pesan penting dari Pak Abdan. Itu yang selalu dilakukan sekretaris lama Pak Abdan. Dan itu malah akan membuat mereka bukan saling menjauh tapi akan selalu bertemu.

"Ah, aku lupa membawa kartunya. Besok aku akan ke kantormu menyerahkannya," ujar perempuan itu.

Alfa menggeleng cepat, "Tidak perlu, sekretarisku akan datang mengambilnya,"

Perempuan itu diam, "Apa kamu masih marah padaku, Al?"

Alfa menggeleng, tangannya sibuk mengecek lembaran berkas yang sudah diceknya tadi, "Tidak, Hanum,"

Hanum diam, menunduk menatap tangan Alfa yang membolak balikkan berkas itu, "Aku minta maaf, tapi jangan diamkan aku seperti ini,"

Alfa hanya diam.

Teruntukmu, Imamku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang