Chap~31

4.1K 199 5
                                    

'Barang siapa yang cinta kepada ulama, duduk, berkhidmah, belajar bersama mereka

Jika ia bukan ulama maka Allah akan menjadikan keturunannya ada yang menjadi ulama,"

~Al Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith~

🥀🥀🥀

25~6~2018

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Hanum," panggil seorang lelaki dengan tangan ke belakang. Ia menghadap pada jendela vila yang tidak terlalu tinggi dari bawah.

"Ya, Paman Abdan," sahut Hanun, tangannya memberhentikan tulisan pada sebuah kertas kuning.

"Kamu masih mencintai Alfa?" tanya Pak Abdan.

Hanum menunduk, ia terlihat gelagapan dan cukup bingung untuk menjawabnya, "Mu-mungkin ..."

"Jawab dengan hatimu, keponakanku," ujar Pak Abdan.

"I-iya ... Masih," jawab Hanum pada akhirnya.

Pak Abdan tersenyum. Ia menghadap keponakan tercintanya itu.

"Paman yakin kamu akan bahagia dengannya," ujar Pak Abdan.

"Aku masih sangat mencintainya, Paman ..." ucap Hanum, "Tapi ia sudah berada di pelukan Naurra ..."

"Tidak!" sergah Pak Abdan, "Alfa pasti masih mencintaimu, Hanum. Naurra tidak sebanding dengan Alfa. Lelaki seperti Alfa hanya boleh mendapatkanmu,"

Hanum menghela napas, "Bagaimana mungkin? Mereka sudah menikah,"

"Pernikahan bukan berarti tidak ada perceraian, bukan?"

Hanum mendongak. Apa maksud Pak Abdan? Lelaki itu hanya menampilkan senyuman.

"Paman ingin kamu menikah dengannya," ujar Pak Abdan,

"... Dan juga ingin Alfa bercerai dengan istrinya yang sekarang ..."

"A-apa?" hati Hanum sedikit khawatir, namun ada rasa harapan di benaknya timbul.

"Ini buat kebahagiaanmu," Pak Abdan melihat kembali ke arah jendela, "Dan juga untuk perusahaan,"

"Paman memanfaatkan cintaku pada Alfa demi perusahaan?" tanya Hanum.

"Tidak, sayang," ujar Pak Abdan, "Hanya saja Paman tidak suka jika perusahaan Pak Rizal yang kecil itu berkembang karena Dirgantara Djaya."

"Perusahaan Pak Rizal? Ayahnya Naurra?" tanya Hanum dengan intonasi suara lembut.

"Iya," sahut Pak Abdan, "Apakah Alfa tidak berpikir jika Dirgantara tidak meraup keuntungan apa pun dari perusahaan kecil itu? Bahkan merugikan sekali! Jika perusahaan kita bisa bekerja sama secara dalam dengan Dirgantara, Paman yakin perusahaan kita akan sejaya Dirgantara! Bahkan kita bisa lebih menyanjungkan diri sebagai perusahaan termegah di kota, bukan lagi Dirgantara yang selalu disebut dengan hormatnya,"

"Lalu, bagaimana denganku?" tanya Hanum.

Pak Abdan menoleh, "Jangan lepaskan Alfa, Hanum ... Dia adalah berlian yang sangat berharga untukmu, dan juga untukku ..."

💌💌💌

"Hatchi!"

Aku mengambil selembar tisu, lalu menyerahkan pada Alfa. Hidung cowok itu memerah, sepertinya ia terkena flu.

Teruntukmu, Imamku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang