Dandelion

2.9K 108 15
                                    


"Aku di sini bukanlah untuk diriku sendiri. Melainkan untuk dirimu, yang suatu saat nanti akan menjadi prioritas dalam hidupku setelah Tuhan dan Nabi.

Aku ingin Kau menjadi perhiasan terindahku, yang kelak kan bersama mengarungi titian menuju Surga, menggapai ridho-Nya."

🥀🥀🥀

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Gadis itu memetik dandelion, lalu meniupnya pelan hingga benang halus putih itu bertebaran di udara.

Indah ...

"Hanum," panggil seseorang.

Gadis yang dipanggil Hanum itu menoleh, lalu menyimpulkan seutas senyuman simpul.

"Ada apa, Zyan?" tanya Hanum lembut.

Zyan mengangkat sebelah alisnya. Hanum adalah adik kelasnya, namun ia sangat santai memanggilnya dengan nama. Yeah, Zyan tidak mempermasalahkan hal itu, sih. Mungkin, karena itu panggilan yang biasa untuk sohibnya juga.

"Lo dipanggil Pak Yudi," ujar Zyan.

"Oh, ya? Makasih, Zyan," ucap Hanum sembari berjalan menjauh, namun ia membalikkan badan sebelum Zyan menghilang.

"Zyan!"

Zyan menoleh, "Apa?"

"Apa kamu lihat Alfa?" tanya Hanum.

"Al lagi sama Hafiz. Mereka lagi dihukum bersihin taman belakang," ujar Zyan, lalu tertawa saat mengingat kejadian lucu di kelas tadi.

Mata Hanum membulat, "Dihukum?!"

"Yeah. Lebih baik lo temuin Pak Yudi dulu daripada kena oceh,"

Ah, benar yang dikatakan Zyan. Jika ia tidak segera datang menemui dokter plus dosen killer itu, mungkin ia akan mendapat detensi cukup berat.

Gadis yang kini mengembangkan senyum di setiap tapaknya itu, bernama Athira Hanum. Bila dipandang, wajahnya seindah bunga Peony. Bila berbicara, suaranya semerdu Murai Batu. Dan bila tersenyum, lengkungnya semanis madu. Bahkan jika berada di dekatnya, dirinya pun seharum katsuri.

Apakah itu berlebihan untuk menggambarkan dan merangkap semua estetika yang setiap orang lihat terhadapnya?

Kedokteran, adalah jalan perkuliahan yang dipilihnya. Mengenal lebih dalam tentang peralatan yang selalu dipakai di rumah sakit. Meraih mimpi yang ia jamah sejak kecil untuk menjadi seorang dokter wanita hebat yang selalu membantu dengan hati lapang. Bertemu teman sesama perjuangan dalam berbagai materi serta praktek. Dan, bertemu seseorang yang membuat hati berdesir acap kali ia lewat di depannya.

Alfa ...

Hanum menyimpulkan senyuman. Ah, malu saat hati merah mudah itu kembali kembang kempis ketika mengingat namanya.

Ceklek! Ruangan dosen itu terbuka, membuat Hanum melangkah ketika ia disuruh masuk ke dalam.

💌💌💌

Alfa dan Hafiz berhenti memotong rerumputan liar di taman belakang ketika matahari mulai menjamah tonggak tongkat. Mereka berbaring di bawah pohon dengan permadani rumput hijau tebal. Rasanya, panas saat itu benar-benar menembus sampai ke otak.

"Jika bukan gara-gara Zyan, kita gak bakal dapet hukuman kayak gini," gerutu Alfa sembari menutup matanya dengan lengan tangan kirinya.

Hafiz mengatur sedikit napasnya yang lelah, "Yeah, pengalaman,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teruntukmu, Imamku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang