Prolog

15.3K 449 3
                                    

"Tidak pernah ada waktu dan tempat untuk cinta sejati. Semuanya terjadi tanpa sengaja, dalam satu detak jantung, dalam sekejap, menghasilkan momen mendebarkan."

~Sarah Dessen~

12~3~2016

🥀🥀🥀

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

KAMAR itu masih penuh dengan hiasan serba putih dan hiasan bunga di atasnya, menandakan bila pemilik kamar itu adalah dua orang insan yang baru halal menjadi sepasang kekasih.

Sepasang kekasih?

Perempuan berparas cantik itu menghela napas, "Ayolah, Nau. Dia sudah menjadi suami lo sekarang."

Naurra berjalan mendekati meja rias. Tangannya mulai melepasi perhiasan yang ada di tangan dan kepalanya. Entahlah, rasanya berat sekali dipikul kepala. Pusing pun sudah menjamu sejak tadi siang.

"Seberapa banyak jarum yang ditusukkan ke kepala gue, sih? Ribet banget bukanya," gerutu Naurra.

Krieekk ...

Naurra terdiam. Pintu kamar terbuka pelan. Seorang pria melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar. Tatapan mereka bertemu melalui kaca cermin rias di depan Naurra.

Cowok itu terkekeh pelan. Naurra mengeryitkan dahinya, lalu membelokkan badan,"Kenapa tertawa? Ada yang lucu?"

Pria itu menoleh, lalu berjalan mendekat, "Gak ada,"

Naurra terdiam. Tangan cowok itu melepaskan mahkota kepala Naurra, "Bisakah lain kali lo-umh, kamu mengucapkan kata tolong pada hal yang tidak bisa kamu capai?"

Naurra melirik cowok itu melalui pantulan cermin. Kenapa dia berubah?

Riasan kepala terakhir terlepas. Naurra menghela napas setelah bebas dari benda yang membebani kepalanya itu. Namun dia tidak membuka hijab kremnya.

Naurra terdiam, melirik pada tangan kanan yang menyentuh pucuk kepalanya. Cowok itu memejamkan mata sebentar, lalu menghela napas.

Naurra tertegun. Benarkah itu Alfa? Kating rese' yang selama ini menjadi musuh debatnya? Kenapa dia begitu lembut sekarang? Apa dia sedang berdoa? Mengapa dia hanya mengelus kepalanya tanpa berucap apa pun? Kini ada banyak pertanyaan di batin perempuan itu.

Pria bernama Alfa itu melirik, "Kenapa kamu memperhatikanku seperti itu? Takjub dengan ketampananku?"

Ugh!

Naurra menghela napas kasar. Dia memang benar Alfazhar Farisi, musuh debatnya yang cuek sama perempuan mana pun.

Namun perlakuannya tadi sempat membuat detak jantung Naurra berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Duh, ngantuk bener, sih," gumam Naurra lalu beralih duduk di pinggir ranjang.

"Shalat isya' belum tuh," ujar Alfa sambil mencolokkan changer handphone.

"Iya, iya, Pak Ustadz! Bawel banget, deh. Lagian gak mungkin juga tidur pakai baju ginian, risih," ucap Naurra sambil melangkahkan kaki ke kamar mandi.

Alfa menjatuhkan diri ke kasur. "Auw!" pria itu bangkit ketika sebuah jarum menembus kemeja krem yang dipakainya.

"Gak bakal nyaman tidur gini," gumam Alfa.

Alfa membuka lemari pakaian. Dia mengambil seprai bermotif bunga kuning. Dia mengganti seprai di ranjang medium itu. Setelah selesai, cowok itu menghempaskan diri ke kasur. Menatap langit-langit kamar yang tidak pernah diinjak sebelumnya.

Punya istri bawel seperti Naurra ...

"Astaghfirullah ... gue mikirin apaan, sih? Sekarang dia sudah sah jadi istri lo, Al! Tugas lo sekarang bertanggung jawab atas dirinya. Lindungi dan bimbing dia, jangan berikan hal-hal yang bikin Allah murka ... yeah, walau dia yang suka mulai," support Alfa pada diri sendiri.

Alfa dan Naurra, sepasang insan yang tidak pernah menyangka akan disatukan dalam ucapan ijab. Bahkan di pikiran mereka setelah kuliah tidak akan bertemu lagi. Pertemuan pertama kali saat Alfa di bangku 3 SMA, ketika Naurra yang sedang kesal menghentak-hentakkan kaki ke jalanan yang basah, dan dengan tidak sengaja cewek itu menghentakkan kakinya pada kubangan air kotor.

"Astaghfirullah ...!"

Naurra terkaget, dia merasa bersalah, "Ma-maaf! Gue gak sengaja,"

Alfa yang saat itu berseragam putih abu-abu, melihat sengit Naurra, "Lo gak punya mata? Kalo mau main air di waterpark sana," ujar Alfa, lalu dalam hati dia beristighfar.

Naurra mengerjapkan matanya, "Eh, gue udah minta maaf. Kok, lo nyolot, sih? Lagian itu gak sengaja," dongkol Naurra.

Alfa mengerlingkan mata. Cowok itu pergi dengan mengangkat satu tangannya, "Whatever,"

Naurra menatap jengkel kepergian Alfa, "Cowok menyebalkan!" teriak cewek itu.

💌💌💌

°~Naurra

Ah, suara yang merdu ...

Aku berusaha membuka mata, sayup-sayup kudengarkan suara merdu seseorang melantunkan irama Al-Qur'an. Dengan lantunan fasih itu siapa pun pasti terlena mendengarnya.

Naurra terduduk, dia menoleh ke samping tempat Alfa duduk di sajadahnya sambil membaca Al-Qur'an. Alfa? Ah ... tentu saja. Siapa pun pasti terpesona dengannya. Punya wajah tampan dan merupakan salah satu orang berada di kota itu. Memegang peranan penting pada perusahaan yang diturunkan padanya menambahkan sisi kewibawaan pada dirinya. Pintar? Tentu saja. Selama SMA dia menyabet semua prestasi, padahal dirinya 'masa bodo' pada orang lain dan keadaan yang tak penting baginya. Dengar-dengar juga dia calonnya pemegang IPK tertinggi di universitas. Namun dibalik semua itu tak pernah sekali pun dia melewati tiang agama. Sejak kecil dirinya sudah dididik sedemikian rupa dan menomorsatukan agama di atas segalanya.

Lantunan suara indah itu terhenti. Aku sedikit mengeluh, padahal hatiku damai sekali mendengarnya.

Alfa menoleh, sedikit membelalakkan matanya, "Terganggu, ya?"

Aku mendengus kesal, "Iya! Ganggu karena lo gak bangunin gue. Emang cuma lo yang pengen dapet pahala?"

Pertama, Alfa terdiam. Kemudian dia tertawa pelan. Aku tertegun menatapnya.

Dan siapa pun pasti terpesona dengan senyuman manisnya ...

💌💌💌

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hai, maaf masih banyak typo. Kritik dan saran dapat ditinggalkan di kolom komentar.

Jangan lupa bintang dan follow, ya! Thank's^^

Teruntukmu, Imamku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang