Chap~36

4.1K 207 8
                                    

"Sesungguhnya air hujanlah yang menumbuhkan bunga

Bukan suara petirnya yang keras,"

~Al Habib Sholeh bin Muchsin Al Hamid
(Al Habib Sholeh Tanggul)~

11~1~2019

🥀🥀🥀

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Flashback°~

"Alfa,"

Alfa menghentikan langkah kakinya pada anak tangga keenam. Ia membalikkan badan, menatap seorang perempuan di bawah sana dengan abaya hitam panjang dan pasmina merah maroon di kepalanya.

"Ada apa, Kak Zea?" tanya Alfa sambil melangkah turun mendekati perempuan itu.

Perempuan itu tersenyum. Orang lain yang melihat senyumannya itu pun pasti akan mengatakan jika madu kalah manisnya dengan lengkuk bibir tipisnya, "Apa kamu sibuk? Atau ada kuliah siang?"

"Oh, enggak, kok. Al gak ada sibuk atau ada kuliah siang. Memang kenapa?" tanya Alfa.

"Bisa temenin Ana keluar sebentar?"

Alfa tersenyum, "Boleh. Mau ke mana? Sekarang?"

"Ke minimarket, sekarang. Tapi mobil Ana di bengkel," ujar perempuan yang dipanggil Zea itu.

"Ya udah? Pake mobil Abi aja dulu. Nanti Al yang minta izin sama Abi, ya. Kak Zea tunggu aja di depan," ujar Alfa.

"Ana nyetir, ya?" Pinta Zea.

Alfa menaikkan sebelah alisnya, "Ntar nabrak,"

"Ana tidak mungkin nyelakain adik Ana sendiri," senyum Zea.

Alfa menghela napas, "Iya, deh. Nurut aja,"

Zea tersenyum, "Ana mau ambil cadar dulu,"

💌💌💌

Alfa melihat-lihat sesuatu yang siapa tau ia ingin beli di minimarket itu sembari menunggu Sang Kakak mencari keperluannya. Namun sebatang cokelat mengubah pikirannya untuk memberikan itu kepada Sang Pujaan Hati. Hal itu membuat Alfa tersenyum sendiri.

"Apa Hanum suka cokelat, ya?" gumam Alfa sambil memegang cokelat itu.

"Hubabah?!"

Alfa melirik, melihat pada seorang 'bocah' berseragam SMA yang menutup mulut saat bertemu Zea. Ah, pasti salah satu dari jamaah majelis yang nge-fans sama Zea karena ia merupakan alumni santri dari kota Tareem, Yaman. Tentu, kelemahlembutan serta ilmu tinggi yang dimiliki Zea membuatnya menjadi ladang tempat orang-orang memetik padi. Bahkan Alfa pun sendiri bila mendapat kendala pasal agama maka tempat yang ia cari tidak jauh adalah kakaknya sendiri.

Alfa ke kasir, membayar sebatang cokelat yang ia pilih untuk diberikan kepada Hanum. Ia keluar duluan, barang kali percakapan antara Zea dengan bocah tadi akan berlangsung lama. Namun nyatanya baru beberapa menit Alfa memainkan handphone, Zea tampak keluar dengan kantung belanjaan, tidak lupa bocah tadi ikut keluar juga.

"Udah?" tanya Alfa.

"Eh, elo!"

Alfa mengeryitkan dahi. Bocah berseragam SMA itu menghalangi Zea terhadap Alfa. Entah apa yang dilakukannya, namun itu membuat sudut siku-siku berkembang di kepala Alfa.

Teruntukmu, Imamku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang