Chap~25

4.1K 202 1
                                    

Cinta
Dalam satu lesatan
Di bawah kerontang teriknya zaman
Di tengah keringnya hati dan iman
Berusaha melangkah menembus kelamnya hidup
Bersimpuh dalam letih berharap cinta-Mu
Membimbing langkahku menuju hidup bahagia di dunia dan di akhirat

14~12~2017

🥀🥀🥀

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Naurra°~

  AKU terdiam mendengar cerita dari Haikal, begitu pun juga Alfa. Setahuku, Hafiz tidak pernah absen tanpa alasan yang jelas. Haikal mengutarakan jika Hafiz absen hari itu tanpa kabar sejak semalam. Di-chat dan ditelpon rekan sesama koas juga Haikal tak dibalas juga tak diangkat.

Mataku melirik diam-diam pada Alfa yang menatap lantai, tak menggubris cerita Zayra yang geram akan janji Hafiz karena tidak datang ke pertandingannya tadi pagi, bahkan tidak memberi kabar. Kutebak saja sambungan masuk dari Zayra dapat melebihi angka lima puluh di handphone Hafiz.

  'Alfa ...'

  Aku menghela napas. Aku yakin Alfa pasti bingung akan sifat Hafiz yang tak biasanya. Menghilang tanpa kabar bukan Hafiz yang dikenalnya, begitu pun denganku. Hafiz tidak pernah ingin orang lain susah atau khawatir atas dirinya, dan ia juga tidak pernah lepas dari tanggung jawabnya, apalagi mengenai masa depan kedokterannya

"Mungkin, di Oman Cafe?" tanyaku ragu. "Coba tanya Aydrus,"

Zayra menggeleng, "Gak ada. Aydrus aja heran gak tau Haf di mana،"

"Ke mana bocah itu," Haikal menghela napas. "Kalo tadi gue gak kasih alasan yang jelas ke atasan, pasti Hafiz bakal dipandang sebelah mata dan koasnya bakal hancur,"

"Kak Hafiz pernah begini?" tanyaku walau jawabannya sudah kuketahui.

  Zayra menggeleng, mewakili yang lainnya, "Tidak pernah. Hal sepele aja dia bilang, apalagi untuk menghilang begini," wah, anak ini tau sekali tentang kating itu.

  "Kalo dia pulang agak telat aja langsung ngehubungin orang tuanya, dia bener-bener gak mau orang tuanya khawatir," tambah Haikal.

Aku melirik pada Alfa, ia sama sekali tidak membuka suaranya.

"Al? Apa ada yang kamu ketahui?" tanyaku.

  "Sejujurnya ..." Alfa membuang napas, "Abinya nelpon tadi pagi,"

"Eh? Terus, Kak Hafiznya ada di rumah?" tanyaku lagi.

  Alfa melirik, "Kayaknya ... Enggak,"

Eh?

"Abinya nitip omongan buat Hafiz kalau beliau sama istrinya bakal berangkat ke Jogja pagi tadi, soalnya mereka nelpon gak diangkat. Yah, mereka kira Haf sibuk di rumah sakit, gue juga mikir gitu," jelas Alfa.

  Aku mengeryitkan dahi, Zayra angkat suara, "Berarti, Haf gak ada di rumah ... Orang tuanya ngira dia sibuk rumah sakit ... Ta-tapi ..."

Alfa mengeryit. Sesuatu terjadi pada sohibnya itu. Ia merogoh handphone, lalu menyambungkan nomor Hafiz. Namun tetap saja panggilannya tidak diangkat.

  Haikal mengacakkan rambutnya, "Ke mana bocah itu, sih? Rese' banget,"

"Apa kita lapor polisi saja?" usulku.

Alfa langsung menggelengkan kepalanya, "Jangan, kita belum tau pasti tentang keadaan ini. Lagipula ini belum dua puluh empat jam untuk dilaporkan sebagai kasus orang hilang,"

Teruntukmu, Imamku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang