Saat seorang wanita terdiam, saat itulah jutaan hal ada dalam pikirannya
🥀🥀🥀
7~10~2017
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"AKU habis menemui Hanum ..."
Hembusan AC tak membuat hawa di kamar itu mendingin. Tidak ada yang membuka suara di antara Alfa dan Naurra. Mereka berdua saling diam akan perkataan yang cukup mengejutkan itu. Alfa yang bingung menyusun kata untuk melanjutkan perkataannya itu, dan Naurra yang terlihat bingung akan hatinya yang menggundah itu.
"O-oh," Naurra gelagapan, tangannya tertarik dari sudut bibir Alfa, wajahnya terlihat bingung untuk menatap ke mana.
Sakit. Hanya satu kata itu yang dapat merangkum semua perasaan yang didapat Naurra sekarang. Baru saja ia mengklarifikasi jika dirinya dan Alfa berbaikan, tapi apakah dirinya tak layak mendapatkan keharmonisan dalam rumah tangga? Belum 24 jam pun dirinya sudah mendengar perkataan yang menyakitkan dari mulut suaminya sendiri.
Sebenarnya itu bukan kata-kata kasar, bahkan perkataan itu keluar lembut dari mulut Alfa. Namun entah mengapa hati Naurra menggelora mendengarnya. Tentu saja, siapa yang tidak panas jika suaminya bertemu mantan kekasih hatinya? Apalagi Alfa tau tentang hukum agama. Ia ingin marah saat Naurra dalam satu mobil yang sama, Naurra pun juga dapat marah saat Alfa dan Hanum ada dalam satu lingkaran pertemuan. Ah, membayangkannya membuat hati semakin terbakar.
"Na-Nau mau ke dapur sebentar," ujar Naurra yang terlihat sekali ingin lari dari pernyataan Alfa, namun tangannya lekas ditarik Alfa yang kini bersandar pada bantal.
"Tunggu, Naurra," Alfa mengambil jeda, lalu menghela napas.
Cowok itu merogoh suatu kertas yang terlipat dari saku bajunya. Ia membentang kertas itu dan seketika Naurra tau kertas apa itu.
"..."
"Ini--" ucapan Alfa terputus.
"Tu-tunggu!" sergah Naurra dengan jari telunjuk berisyarat menunggu.
Alfa mengeryitkan dahi saat Naurra dengan gegabah mencari sesuatu di meja tulis. Cewek itu berseru saat tangannya berhasil menemukan sebuah bolpoin hitam. Dirinya mendekat, mengambil kertas yang ada di tangan Alfa.
Naurra menelan saliva. Tangan yang panas dingin itu membuat coretan berupa sebuah tanda tangan.
Tanda tangan.
"I-ini .." ucap Naurra.
Mata gadis itu berembun, menahan hujan yang akan mengalir deras melalui pipinya saat ia memberikan kertas Pengadilan Agama itu pada Alfa, dan cowok itu malah menyambutnya dengan senyuman.
Sungguhkah Alfa akan mengakhiri semua ini?
Mata Naurra terpejam agar air mata tak lagi menetes. Cukup sudah hari ini ia mengeluarkan habis air matanya hingga mata kecil itu membengkak.
Ah, entahlah apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia tak pernah mengira akan mengakhiri pernikahannya seperti itu saja. Naurra mengira jika rasa mahabbah sudah tumbuh dalam pernikahannya. Ternyata itu salah! Hanya dirinya yang berusaha untuk menumbuhkan benih cinta dalam keluarganya. Alfa sama sekali tak berusaha sepertinya. Memang dari awal mereka hanyalah senior dan junior kampus yang sering berdebat akan suatu hal. Walau perlakuan Alfa selama mereka membina rumah tangga tak pernah menyalahi aturan, tak pernah membentak atau pun mencelakai dirinya.
Naurra tak mengerti, bagaimana ia bisa mencintai pria di depannya itu dengan waktu yang begitu cepat? Hanya dalam hitungan hari, hati gadis itu sudah mekar. Setiap pagi ia selalu semangat menyiapkan keperluan Alfa untuk ke kantor. Siang hari ia semangat memasak dan membereskan rumah. Sore hari ia dengan senang hati membuka pintu akan kedatangan Sang Suami. Dan malam hari ia pun sibuk menyiapkan makan malam dan teh hangat untuk mendampingi pekerjaan Alfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntukmu, Imamku [SELESAI]
Romance~°°~ "Kalian tau? Tiba-tiba dia melamarku!" Astaga, mimpi apa Naurra semalam? Seorang Alfazhar Farisi, Si Cogan Arab primadona kampus, Si Komisaris perusahaan Kakap Dirgantara Djaya, Si Cowok Populer yang selalu tak ingin kalah debat, tiba-tiba data...