"Lidahmu seperti seekor ular berbisa, jagalah ia dan jangan biarkan ia menggigit dirimu,"
~Al Habib Musa Kadzim Assegaff~
5~2~2018
🥀🥀🥀
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mata Hafiz terbuka dengan susah payah. Ia mengeluh akan sakit di kepala namun tak dapat dikatakan karena selang oksigen menghalangi mulutnya berbicara. Semua tubuhnya seperti dalam keadaan mati rasa. Ia bahkan terlalu sulit untuk menggerakkan jarinya.
"Haf?"
Suara familiar itu membuatnya melirikkan mata, karena satu-satunya organ tubuh yang saat itu bisa ia andalkan adalah mata. Untung, matanya tidak terasakan apa pun. Bola mata coklat itu bisa mendapati tiga orang berpakaian serba hijau dengan masker di wajahnya. Tanpa harus mereka memperkenalkan diri, Hafiz sudah hafal siapa pemilik wajah di balik maskernya.
"Apa ada yang sakit? Bisa gerakin tangan lo?" tanya salah satu dari mereka yang mungkin memang berprofesi sebagai dokter.
Ah, Haikal ...
Haikal mengerti kondisi Hafiz sekarang tidak dapat melakukan aktifis seperti biasa. Jatuh dari ketinggian menghantam derasnya aliran sungai malam itu juga pasti membuatnya menabrak sesuatu sebelum sampai ke sungai. Entah itu bebatuan atau pepohonan kecil, namun bagi dokter muda itu Hafiz selamat pun sudah termasuk sebuah keajaiban tersendiri. Luka memar dan gores sudah pasti didapat, termasuk retak pada tulang kiri kaki laki-laki ke-Araban itu. Kondisi yang membuat jantungnya melemah ialah keadaan yang membuatnya harus berlama-lama di dalam air yang mengalir deras. Itu prediksi Haikal yang mungkin benar terjadi pada Hafiz sebelum lelaki yang terbaring itu menceritakan detailnya.
"Lo bisa kedipin mata lo dua kali kalo emang benar, dan sekali kalo salah," ujar seorang lagi di antara tiga orang bermasker itu.
Zyan ...
Kedipan pelan terlihat sekali, kode pemberian Hafiz itu membuat Haikal menghela napas.
"Istirahat total, tidak perlu memikirkan yang lain. Orang tua lo sudah gue hubungi, tapi tidak gue beritahu kondisi lo sekarang. Tenang saja," ujar salah satu orang terkahir itu, lalu ia membuka maskernya.
Hah ... Dia enggan betah dengan masker ...
Hafiz memejamkan matanya sebentar, lalu terbuka kecil.
Ah ... Di mana ...
Tok! Tok! Tok!
Ketiga lelaki itu menoleh ke arah pintu yang terbuka, Hafiz hanya bisa melirikkan matanya saja, bahkan ia sangat susah untuk menggerakkan lehernya. Entah sampai kapan ia akan sembuh, tentu pasti lebih dari dua minggu untuk benar-benar sembuh total.
"Assalamu'alaikum ..." salam seorang perempuan sambil membuka pintu.
"Wa'alaikum salam," jawab ketiga orang di dalam ruangan itu.
"Gimana keadaan Kak Hafiz?" tanya Naurra sembari menaruh parcel buah di meja.
"Masih dalam masa pemulihan, dia harus banyak istirahat total." sahut Alfa.
"Ah, iya. Sekarang Hafiz tidak diharuskan membuka suara kuat-kuat, tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan itu. Dan biarkan selang oksigen ini membantu pernapasannya agar lebih longgar. Asmanya bisa saja kambuh," jelas Haikal.
"Asma?" beberapa orang di sana mengeryitkan dahi.
Zyan menoleh, "Kok, gue gak tau Haf punya asma?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntukmu, Imamku [SELESAI]
Romance~°°~ "Kalian tau? Tiba-tiba dia melamarku!" Astaga, mimpi apa Naurra semalam? Seorang Alfazhar Farisi, Si Cogan Arab primadona kampus, Si Komisaris perusahaan Kakap Dirgantara Djaya, Si Cowok Populer yang selalu tak ingin kalah debat, tiba-tiba data...