"Love is not about finding the right person, but creating a right relationship. It’s not about how much love you have in the beginning but how much love you build till the end."
1-6-2017
🥀🥀🥀
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
AKU menghela napas. Perubahan sifat Alfa membuatku terlena. Dulu, cowok itu sangat menjengkelkan, membuatku sangat ingin mencabik wajah tampannya itu. Kalo ngomong irit kata banget, cuek plus jutek. Suka ngajak debat dan tidak ingin mengalah. Sekarang? Sifatnya berbalik seratus delapan puluh derajat. Dia baik, murah senyum. Dia kadang merayuku dengan gombal. Bahkan sebelum menikah dengannya aku frustasi akan kehidupan dengan orang yang tak kuharapkan itu.
Tapi sepertinya tidak buruk. Kehidupanku seperti kisah-kisah di novel atau film romansa. Ternyata Alfa bisa romantis juga. Kukira dia akan mengajak debat capres tiap hari. Tapi tetap saja sifat menyebalkannya tidak hilang, bahkan cowok itu bisa berubah jadi sangat jahil.
Bayangkan saja. Tiap pagi hidungku selalu dicubit agar aku bangun. Kusebut itu capit kepiting karena dia akan membuat hidungku memerah. Oh, dia pernah mematikan lampu kamar mandi sehingga membuatku berteriak.
"Al, belanja," ujarku, "Kulkas udah abis, mau masak gak ada bahan,"
Alfa tidak menyahut, dia sibuk dengan laptop. Begini jadinya kalau sudah pacaran sama laptop. Kalau enggak saja aku dijahilin. Aku menghentakkan kaki. Cowok itu memang sibuk akhir-akhir ini. Menjelang sidang Kedokteran, dia juga sibuk mengatasi masalah kantornya karena Alfa kini resmi menduduki posisi Komisaris yang harus mengawasi semua kegiatan bawahannya.
"Alfa," ucapku, lalu duduk di kasur.
Alfa menutup laptop, lalu menoleh padaku, "Kenapa, Habibaty?"
Aku blushing, tapi aku tetap pada wajah datarku, "Bahan masak abis,"
"Ya, besoklah. Pasar tutup malam begini atuh, Neng," sahutnya.
Aku menghela napas, begini saja masih bisa bergombal. Pandanganku beralih pada sebuah timbangan. Aku ingin mengecek beratku, namun tidak berani. Ugh, inilah derita seorang wanita kalau berhadapan dengan timbangan. Harus mengumpulkan nyali yang kuat untuk melihat angkanya.
Kakiku menaiki timbangan dengan gambar bola tenis itu. Perlahan, kubuka mataku, melirik bawah dan membelalak kaget saat angka tinbangan berat badanku mencapai 70 kg!
"Aaaaa!" teriakku kencang.
Alfa menutup telinga, menoleh dengan alis mengkerut, "Apaan, sih? Teriak-teriak,"
Rasanya aku ingin menangis. Tidak mungkin tubuh ini berbobot sampai 70 kg. "Timbangannya pasti rusak!"
"Akur, kok," Alfa menunduk, memutar jarum timbangan kembali ke angka 0. Asalnya jarumnya lebih dari 10 kg.
Aku terkekeh pelan, lalu mulai naik. Kini aku tidak setakut sebelumnya. Aku melirik, melihat hasil berat badanku. Namun mataku kembali membelalak ketika nilai angkanya mencapai 65 kg!
"Beratnya," celetuk Alfa di belakangku.
Aku ingin menangis sebelum kutemukan sebuah kaki yang ikut menginjak timbangan. Itu kaki Alfa! Pantas saja berat. Jika aku tidak menyingkap daster panjangku maka air mataku pasti lolos karena melihat berat bohonganku itu. Aku menoleh sengit, cowok itu malah tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntukmu, Imamku [SELESAI]
Romance~°°~ "Kalian tau? Tiba-tiba dia melamarku!" Astaga, mimpi apa Naurra semalam? Seorang Alfazhar Farisi, Si Cogan Arab primadona kampus, Si Komisaris perusahaan Kakap Dirgantara Djaya, Si Cowok Populer yang selalu tak ingin kalah debat, tiba-tiba data...