Chap~22

4.5K 220 2
                                    

"Kebenaran sepenuhnya bersemayam di dalam hakekat,

Tapi orang dungu mencarinya di dalam kenampakan"

🥀🥀🥀

~Muhammad Jalaluddin Rumi~

20~10~2017

...............................................................

SRET!

"Sini, sini!" ucap Naurra.

"Enggak, bagusan gini," elak Alfa sambil menutupi kepalanya dengan tangan.

"Ih, gak rapi gitu," Naurra ngedumel, "Ayo, dong,"

"Enggak," tolak Alfa, kini cowok itu menyelubungi diri dengan selimut untuk melindungi rambut kesayangannya yang terancam dipotong oleh Sang Istri.

Naurra menghela napas. Sangat sulit membujuk Alfa untuk memotong rambutnya yang ikal itu, padahal Naurra sudah greget melihat kepala suaminya itu sudah seperti pohon beringin saja. Bagi Alfa itu aset berharga yang dimiliki pria sepertinya, namun bagi Naurra yang tiap hari melihat Alfa seakan-akan melihat bonsai berjalan.

"Kenapa gak mau, sih? Nau udah geram liatnya. Dari awal kita nikah cuma sekali Nau liat kamu potong rambut," ujar Naurra.

Terlihat selimut itu bergerak, menandakan orang di bawahnya menggelengkan kepala, "Kamu gak sayang aku, ya?"

Pipi Naurra memerah. Ah, memalukan. Padahal ditanya begitu saja jantungnya sudah berlomba menguatkan suara.

"Ya, sa-sayanglah ..."

"Kalo sayang, ya, gak bakal nindas suami, dong. Gak bakal pula ngehancurin apa yang dibanggakan suami," kepala Alfa menyembul dari balik selimut. Cowok itu menununjukkan mata pupy eyes yang sangat memilukan.

"Maka karena sayang Nau mau rapiin rambutnyaaa!" amuk Naurra yang tak sabar atas kelakuan Alfa, membuat cowok itu kembali menyelimuti kepalanya.

"Nanti dibotakin," celetuk Alfa.

Ah, kesalnya! Naurra menghela napas panjang, lalu tersenyum lembut, "Enggak, kok. Percaya, deh, sama istri sendiri juga. Kalo Al gak suka model rambutnya, Al boleh minta apa pun dari Nau."

Ah, sepertinya perkataannya salah. Naurra speechleess saat tawaran itu langsung menyembulkan kepala Alfa dari selimut. Cowok itu tersenyum sambil mengangkat sebelah alis, "Benarkah?"

" ... Iya,"

"Janjikah?"

"Astaghfirullahaladzim ... Iyaaa!"

"Baiklah!"

Naurra sweatdrop. Kini Alfa stand by tanpa rasa ragu rambutnya dipotong. Bahkan cowok itu tersenyum pada kaca. Apa ia mensenyumkan dirinya sendiri?

Ah, rambut Alfa wangi oud atau bakhur Arab. Cowok itu memang suka wewangian oud, menambahkan kesan ala ke-Araban pada dirinya. Setelan rambut coklat ikal, mata coklat besar, alis tebal, bibir pinky tipis dan bulu mata lentik plus hidung mancung. Hm, entah mengapa timbul rasa jahil pada diri wanita itu.

Teruntukmu, Imamku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang