Chap~37

3.9K 211 12
                                    

"Damai dalam kedzaliman adalah kemunafikan
Lembut dalam kebrutalan adalah kefasikan"

~Al Habib Rizieq bin Husein Syihab~

🥀🥀🥀

15~1~2019

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~10.15 WIB~

Brak!

"Berkas A di dokumentasi, komputer ruang kerja ... Berkas A di dokumentasi, komputer ruang kerja ... Berkas A ..." Zayra mengembungkan sebelah pipinya, "Di dokumentasi?"

Syafa mengerlingkan mata. Ia mengambil flasdisck Zayra yang ditinggalkan gadis itu di dekat kemudi mobil sebelum dirinya ikut keluar menyusul langkah sepupunya itu.

"Kak Zay, lo udah ngehafalin itu sepanjang perjalanan ke rumah Kak Alfa. Udah, dong? Gue sampe hafal dengernya," gerutu Syafa.

"Faaa! Syafa! Tungguin, oi!" seru Zayra ketika sepupunya itu malah melangkah duluan.

Syafa menghela napas. Gadis yang berbeda umur dua tahun dengannya itu seakan-akan seperti siput yang berjalan, "Cepetan dikit! Laper, nih!"

"Sabar! Mau makan juga Alfa belum transfer. Dia masih dua-duaan di Lombok sono," gerutu Zayra.

"Idih, Kak Zay ngiri, ya?" gadis SMA itu menyengir ria, membuat Zayra hanya bisa menyentil pelan kepala sepupunya itu.

"Paan, dah? Oh, ya, Al bilang kuncinya di pot warna ... Hitam ..." suara Zayra memelan saat matanya melihat pot-pot di perkarangan rumah sepupunya itu bewarna yang sama.

"Yang mana? Hitam semua," ujar Syafa.

Zayra spheechless, "Orang itu emang, ya, mau nyusahin mulu,"

"Cari aja, deh, ngomel mulu, buang tenaga bikin laper aja," gumam Syafa yang mulai memeriksa satu persatu pot hitam.

"Lo cari di pot samping rumah aja, gue bagian depan sini. Males gerak gue ke sana," ujar Zayra yang kini bersila di antara pot-pot tanaman.

Syafa mengerlingkan wajah. Ia berjalan ke arah samping rumah, menunduk sambil melihat pot-pot yang berbunga indah. Namun, sekali mendongakkan kepala, gadis itu terdiam saat sesuatu di depannya itu membuatnya kaget namun tidak bisa dikatakan.

"Astagfirullah ..." gumam Syafa.

Gadis itu berlari, mendekati jendela yang pecah dan berserakan di lantai. Kepalanya menoleh kanan dan kiri dari luar. Tentu saja, apa itu maling? Di samping situ sangat berantakan. Bagaimana di dalamnya?

"Syafa! Kuncinya ketemu!" seru Zayra dari depan sana.

Eh? Jika Zayra tau ...

"K-Kak Zay! Bentar!"

Zayra memasukkan kunci ke lubang pintu, siap memutarnya sebelum teriakan Syafa membuatnya mengeryitkan dahi.

"Kenapa lo teriak-teriak, sih?" tanya Zayra.

Syafa mengatur napas, "I-itu! Ada es dogan tadi di depan rumah. Beli, Kak! Panas, nih! Seger, langsung dipetik kayaknya!"

Zayra menaikkan sebelah alisnya, "Katanya abis ini mau ke Oman buat beli--"

"Itu beda cerita, nunggu Kak Alfa transfer dulu baru ke Oman Cafe. Sekarang beli es dogan dulu," sergah Syafa.

"Ya udah, tar abis ngambil data,"

Teruntukmu, Imamku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang