.
.
.
.
.
.
.Masa pelatihan selesai. Midoriya menguasai seni pedang yang all might ajarkan dengan baik. Dalam waktu yang tidak terlalu singkat atau tidak terlalu lama. All might hampir menganggapnya sebagai murid potensial.
"kerja bagus, nak. Sekarang giliranku untuk bekerja menempakan sebuah pedang. "
Midoriya sendiri tak pernah mengira hidupnya yang semula biasa dan sepi di hutan akan menjadi penuh semangat dan kerja keras.
Karena sebelumnya dia tak pernah melatih tubuh, dia sadar ototnya kuat dan pijakannya kokoh setelah pelatihan usai meski dari luar tubuhnya tak terlihat kekar, masih seperti gadis biasa.
Pelatihan membuat percaya dirinya meningkat, dia kini yakin bisa sekedar melindungi ibunya dari pencuri atau orang asing yang berulah nanti.
Tunggu.
Dia berpikir bisa melindungi apa yang dia sayangi kali ini.
Tapi bukannya dia akan keluar dari hutan dan menjelajahi dunia luar setelah pedangnya selesai?
Midoriya terdiam saat menyadari itu dalam posisi duduk di dahan pohon tinggi yang ada di dekat rumahnya–dia gemar naik ke tempat yang tinggi saat sedang berpikir sejak dia mulai mahir memanjat.
Dia kini memikirkan kembali rencana yang sudah menempel di pikirannya berbulan2 lalu.
"bagaimana ini...? "
"izuku. "
Lamunannya buyar saat mendengar suara okaa-san dari bawah pohon. "ah, ada apa okaa-san? "
"all might menunggumu di tepi sungai."
Midoriya berpikir hal apa yang all might ingin bicarakan. "ah, wakatta, aku akan kesana. Arigatou, okaa-san. "
Okaa-san mengangguk dan kembali masuk ke rumah untuk mengurus masakannya.
Midoriya meloncat turun dan mendarat dengan mulus di tanah berumput.
Dia melangkahkan kaki kearah sungai.
.
.
.
."maaf aku membuatmu menunggu, all might, " ujar midoriya dari belakang.
Sosok kesatria itu menoleh dan tersenyum. "tidak masalah. "
Midoriya menjajarinya, "apa ada masalah dengan tempaan pedangnya? " tanyanya setelah mendengar all might akan membangun tempat penempaan sederhana sendiri.
"tidak, semua baik2 saja. Tempat tempaan sudah selesai, hanya tinggal menunggu kau memilih bijih baja apa yang kau mau. "
Midoriya mengerjap beberapakali mendengar kata 'memilih'. Pasalnya all might sudah sukarela menempakan dirinya pedang, sekarang masih repot2 meminta dirinya memilih bijih baja.
"a, aku akan ambil apa pun yang kau pikir cocok untukku, all might. " midoriya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "aku tidak terlalu paham soal itu.."
"tidak masalah. Semua orang yang menempakan pedangnya di pandai besi pun memilih bijih bajanya sendiri. Meski kau tidak tahu apa bedanya dari semua bijih, kau akan tahu bijih mana yang tepat untukmu. "
Midoriya menatap dengan arti tatapan 'benarkah? '
"saa, sekarang lihat ke bagian sungai didepanmu. "
Midoriya menurut dan memperhatikan aliran sungai didepannya. Dia sadar ada 3 batu yang berpendar tipis didasar sungainya. "eh.. "
"semua bijih besi yang kupilih akan kuambil dari sungai ini, karena hanya sungai ini tempat satu2nya yang menghasilkan bijih besi terbaik daripada didalam tanah. Kau menyelam dan pilihlah satu. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure-BnHA Fanfict (Completed)
RandomSeorang gadis quirkless menyusuri takdir untuk menemukan harta yang dikatakan dapat memberikan kebahagiaan sejati. Kisah mengatakan sudah banyak nyawa hilang dalam pencarian itu. Apa harta itu benar2 ada? Sepadankah dengan semua pengorbanan? Perhat...