>34<

621 90 13
                                    

.
.
.
.
.

Sero menemui mina pada sore harinya. Pakaiannya bersih sepulang dari pengamatan, itu bisa berarti banyak hal.

"bagaimana? " tanya mina.

"mereka bermarkas di tengah hutan, padahal sebulan lalu disana tidak ada apa2. "

"apa mereka berbahaya? "

"mereka memiliki gudang senjata, penuh alat panah dan pedang serta tombak. "

"oh tidak, dalam sebulan mereka sudah sesiap itu?? "

"aku masih tidak tahu apakah mereka pemburu atau bukan karena tidak nampak satupun sangkar burung disana, tapi jika mendengar ceritamu bahwa penjahat tadi pagi mengincar elang raja, itu berarti memang pemburu. "

"hutan utara sangat dekat dengan istana dibanding hutan lainnya. Mereka bisa menyerbu dalam jumlah besar tanpa harus kehabisan tenaga terlebih dulu. "

"bagaimana? Apa kita harus musnahkan mereka segera? "

Mina menggeleng, "jangan buru2, mereka memiliki pemanah handal, dan entah ada orang berbahaya lainnya atau tidak. Kita harus pikirkan sebuah rencana. "

Sero menghela nafas dan mengusap tengkuknya pegal, "baiklah, kita bahas pada pertemuan nanti malam. Aku akan memberitahu ojiro. "

Mina mengangguk, "terimakasih. "

"oh," sero mengerem langkahnya, "bagaimana keadaan temanmu? Midoriya, ya kan?"

Mina menghela nafas, "dia selamat, tapi masih belum sadarkan diri. "

"begitu, syukurlah. Tenang saja, dia akan segera bangun. Panah itu tidak beracun kan? "

"tidak, sepertinya mereka hanya berniat melukai elang untuk kemudian disembuhkan dan dikurung dalam sangkar. "

Jiro menepuk pundak mina pelan, "kalau begitu, aku pergi dulu. "

.
.
.
.
.

Sejak medis keluar dari ruangan dan memberitahu bahwa midoriya akan baik2 saja, todoroki tidak meninggalkan ruangan itu sejengkalpun. Dia duduk disamping tempat tidur berjam2.

Manik dwi warnanya terus menatap seseorang yang terbaring di depannya.

Midoriya nampak seperti tidur pulas, namun todoroki khawatir itu akan terlalu pulas sampai midoriya tidak akan bangun, meski itu tidak akan terjadi karena gadis itu baik2 saja.

Todoroki melihat tangannya dan sadar jika sejak kembali dari hutan, dia belum sempat membersihkan diri. Darah midoriya yang mengering masih nampak di tangannya.

Pria itu menunduk dalam, dia ingat jelas betapa tangannya sangat bergetar ketakutan saat merengkuh midoriya yang terluka tadi.

Dia tahu saat itu dia harus segera kembali ke istana, namun badannya membeku begitu melihat midoriya yang tak sadarkan diri, pikirannya kacau sampai teriakan mina baru menyadarkannya.

Todoroki merasa sangat bodoh. Dia merasa tak berguna.

Benar apa yang dikatakan bakugou padanya tadi, dia begitu semangat pergi bersama midoriya, namun hasilnya gadis itu justru terluka. Todoroki mengutuk diri dalam hati.

Seseorang mengetuk dan terdengar suara pintu terbuka, "todoroki-san, hampir waktunya makan malam. Raja akan menunggu anda berkumpul di ruang jamuan. " ujar pelayan yang sedikit menampakkan dirinya dari balik pintu.

"baiklah, aku akan segera kesana. "

Pelayan itu mengangguk dan pamit undur diri.

Todoroki menghela nafas dengan berat, dia bangkit berdiri. Tangannya hendak menyentuh midoriya, namun masih ada darah kering disana, dia mengurungkan niat dan kemudian membungkukkan diri. Mendekatkan wajahnya pada midoriya.

Treasure-BnHA Fanfict (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang